KisahPendek Aku, Selfi dan Cinta Dulu,saya tak tutup tidaklah cantik seperti mana yang digambarkan oleh jiran2.sengaja saya selfie dari sudut yang cantik n muatnaik di fb N ig.kadang2 saya ambil gambar dari sudut atas bagi kurus.kadang2 ambil cuping telinga sebab hanya itulah yang cantik ada pada diri saya.
Cerpen kasih sayang dan cinta Ibu tak bersuara adalah kisah cerita inspirasi tentang cinta ibu terhadap anaknya dan kasih sayang seorang anak kepada pendek tentang kasih sayang orang tua kepada anak ini bercerita tentang seorang ibu yang tidak bisa bicara. Dia wanita yang bisu namun ia begitu menyayangi anak perempuan satu-satunya, Sang ibu tak ingin teman-teman anaknya tahu tentang lebih jelasnya tentang cerpen kasih sayang ibu sepanjang masa dan anak yang berbakti, sayang dan cinta pada ibunya disimak saja cepern mengharukan dan menyentuh hati tentang anak dan ibu berikut Cinta Ibu Tak Bersuara Author Zaidan AkbarNama Azizah terus saja disebut melalui pengeras suara yang terdegar begitu jelas. Suara itu berkoar dan menyelinap diantara barisan-barisan siswa yang berkumpul di halaman panggilan telah didengungkan namun Azizah tak muncul juga. Suasana pemilihan siswa teladan di sekolah menengah itu menjadi kisruh karena siswa yang dianggap teladan justru tak datang pada hari ini untuk menerima apa dengan Azizah? pertanyaan ini bersarang di benak siswa-siswa lainnya. Azizah dikenal sebagai siswa yang cerdas, berbudi pekerti dan punya semangat yang tinggi dalam ini juga alasannya hingga Azizah terpilih menjadi siswa teladan untuk tahun ini. Namun hingga acara selesai, Azizah tetap tidak juga terlihat di hari itu."Azizah mana ya ...?""Kenapa Azizah tak datang ke sekolah hari ini?""Apa mungkin Azizah sedang sakit?"Pertanyaan-pertanyaan itu kerap muncul dalam pikiran Hasnah. Sebagai seorang sahabat, tentulah Hasnah khawatir terhadap Azizah. Rasa cemas itu tampak jelas terlukis pada guratan wajah pulang sekolah Hasnah memutuskan untuk mampir ke tempat kos-kosan Azizah agar Hasnah tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi pada sahabat baiknya itu dan hingga Azizah tak datang ke sekolah hari sepeda motor matic yang Hasnah tunggangi, ia terus melaju menuju arah ke tempat kosnya bagai berpacu dengan rasa khawatirnya sendiri. Begitulah lumrahnya perasaan seorang teman seperti apa yang dirasakan oleh Hasnah saat kedua roda sepeda motor Hasnah kini telah membawanya sampai ke depan kosnya Azizah. Sepasang bola mata Hasnah terperanjat ketika melihat Azizah sedang melangkah lunglai dengan sebuah tas besar yang ia jinjing. Sepertinya Azizah sedang ingin pergi."Azizah ...!" panggil Hasnah berteriak dari tempat ia menunggangi sepeda menoleh ke arah sumber pekikan itu. Azizah melihat sahabatnya, Hasnah yang sedang berlari kecil mendekatinya."Azizah, kau hendak pergi ke mana?" tanya Hasnah dengan cemasnya."Untuk beberapa hari ini, aku mau pulang kampung, Hasnah!" jawab Azizah"Tapi kenapa? ini kan bukan libur sekolah," ujar Hasnah meminta penjelasan sahabatnya itu."Ibuku sedang sakit, Has! aku rindu sekali pada ibu." Azizah menjelaskan alasannya pada beranjak dan mulai meninggalkan Hasnah di tempat itu."Azizah ...! hati-hati ...! jangan lupa telpon aku jika kau telah sampai di sana." Hasnah menyeru sahabatnya yang ingin pergi menoleh ke belakang sembari tersenyum kecil sebagai respon baiknya terhadap kepedulian seorang cemas, gundah! kata-kata inilah yang menggambarkan suasana hati Azizah saat ini, saat dimana setelah Azizah menerima kabar bahwa ibunya kini sedang terbaring sakit karena asma yang dideritanya kumat tidak, orang tua Azizah sekarang hanya tinggal ibunya saja, wanita setengah baya itu bernama Normah. Sehari-hari Normah hanya bekerja sebagai buruh cuci orang-orang di bukanlah perempuan yang sempurna. Normah adalah seorang ibu tuna wicara alias tak dapat bicara. Normah tak memiliki dulu Normah memang dikenal seperti itu. Sedikit sekali orang yang mampu berkomunikasi dengan Normah. Normah sekedar bicara dengan menggunakan bahasa isyarat karena hanya itu yang ia menempuh perjalanan yang jauh dari kota Rantauprapat menuju tempat kecil bernama Sei Berombang yaitu tempat ketika dulu Azizah dilahirkan. Azizah pun sampai kerumahnya. Rumah yang begitu sederhana namun memiliki arti spesial bagi Azizah tiba ia tidak berpikir panjang lagi. Azizah langsung menuju kamar dimana ibunya terbaring sendirian di kamar. Ibu paruh baya itu tertidur pulas. terlihat hentakan napas di dadanya berdegup dengan mendekati Normah dan kemudian Azizah meraih tangan ibunya itu. Lalu dengan perlahan Azizah mencium tangan keriput itu."Ibu, maafkan aku! aku tahu kau telah bekerja keras menyekolahkan aku hingga akhirnya kini dirimu sakit seperti ini," gumam Azizah dalam berapa lama, kelopak mata sang Normah mulai terbuka. Normah bangun dari tidurnya. Ia menoleh dan menatap putri sulungnya yang terisak-isak. Normah memberi isyarat dengan tangannya agar Azizah menghapus air matanya yang tertumpah lekas-lekas menyeka air matanya di hadapan ibu. Normah pun tersenyum melihat kedatangan anaknya yang sudah begitu lama ia rindukan."Ibu istirahat saja, biar ibu cepat sembuh" ujar Azizah pada ibunya sambil diikuti dengan gerakan isyarat tangan terlihat mengangguk sebagai tanda bahwa ia mengerti apa maksud Azizah itu. Kemudian Normah menutup kedua matanya langsung mengusap-usap rambut ibunya. usapan itu telah mengantarkan Normah terlelap dalam di pagi hari, Azizah bangun kesiangan. Azizah melihat beberapa hidangan sudah tersedia untuk sarapan. Sedangkan Normah telah pergi pagi-pagi sekali. Mungkin Normah sudah merasa cukup baik sehingga ia merasa perlu untuk kembali siang itu, Azizah berniat hendak melaksanakan sholat Zhuhur. Azizah bergegas untuk berwudhu Namun malang tak bisa di tolak, Azizah terpeleset di pelantaran kamar mandi yang terbuat dari beberapa bilah papan yang sudah Azizah terjungkal dan kakinya terasa sakit sekali. pergelangan tumitnya terkilir. Azizah mengerang dan saat yang sama kebetulan Normah pulang dan ia melihat kondisi anaknya yang tak mampu berdiri itu di pelantaran kamar terlihat was-was walaupun tak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya. Normah langsung menggendong putrinya yang sudah SMA itu menuju tak bisa berucap, Ia memang perempuan yang bisu tapi hatinya penuh kecemasan terhadap keadaan putrinya semata membaringkan Azizah di ranjang tempat tidurnya. Normah berlari ke dapur mengambil segelas air putih dan membantu Azizah duduk untuk meminum segelas air putih Normah 'Si Ibu Bisu' itu sedang mengurut dan memijit pergelangan kaki putrinya. Sementara Azizah tetap mengerang mencoba menenangkan putrinya yang kesakitan dengan bahasa isyaratnya namun Azizah tak berhenti tampak kebingungan dan dalam kemelut perasaan itu, Normah langsung mendekap Azizah begitu erat hingga Azizah merasa lebih tenang sampai akhirnya Azizah tertidur dalam pangkuan ibunya malam harinya, gerimis mulai berjatuhan sedangkan tubuh Azizah terasa panas. Azizah demam dan demamnya tinggi sekali. Sementara di luar gerimis telah berubah menjadi hujan yang lebat. Petir-petir bernyanyi lantang, kilat seperti memotret seisi cinta Normah yang dalam pada sang putri membuat Normah tak peduli pada cuaca yang buruk itu. Normah keluar rumah ia berniat menjemput seorang mantri kesehatan yang bernama Johandi. Rumah mantri itu berada di Desa tetangga yaitu Desa Sei berjalan kaki ke rumah mantri itu tanpa alas kaki. Ia berjalan cepat-cepat, bajunya basah kuyup diguyur hujan. Tiba di rumah Pak Johandi, Normah menggedor pintu yang sedang tertutup Johandi membuka pintunya. Terlihat sosok wanita bisu berdiri di depan rumahnya. Pak Johandi tak mengerti maksud dan tujuan wanita yang berbahasa isyarat itu. Normah sulit berkomunikasi namun ia terus mencoba menguraikan maksudnya dengan bahasa isyarat yang ia sang mantri pun dapat mengerti maksud Normah. Sungguh mulia hati Pak Johandi ini dan ditambah lagi dengan rasa tanggung jawabnya sebagai petugas kemanusiaan, Pak Johandi rela hujan-hujanan mengikuti jejak Normah hingga sampai ke rumah rumah sederhana itu, Pak Johandi mulai memeriksa kesehatan Azizah dan setelah diberi obat, Pak Johandi ingin beranjak pulang. Normah tampak mengulurkan beberapa lembar uang pada Pak Johandi, namun Pak Johandi menolaknya sambil tersenyum hari, langit terbentang begitu megah, matahari menampakkan diri dengan gagah. Demam Azizah mulai mereda. Normah tak lupa memasak bubur untuk putrinya satu-persatu ibu-ibu berdatangan mengantar pakaian kotor untuk dicuci. Ibu-ibu itu sudah menjadi langganan Normah selama menyaksikan itu dari balik kamarnya. Mata Azizah mulai digenangi air, hatinya merasa sedih dan haru menatap pengorbanan sang telah menyiapkan kayu penyangga kaki buatan Normah sendiri. Penyangga yang dibuat dengan rasa sayang ini bertujuan agar Azizah bisa berdiri hari selanjutnya, kampung kecil ini menyelenggarakan pasar malam. Orang-orang bergembira cukup faham dengan perasaan Azizah. setelah kepulangannya, Azizah belum sempat kemana-mana karena kakinya yang masih terasa sakit sejak menghibur sang anak, Normah menggendong anaknya ke pasar malam sebab Azizah belum kuat berjalan siswi SMA yang mendekap di belakang badan Normah itu tak terasa berat. Bagi Normah rasa lelahnya ini telah sirna dan berganti dengan rasa bahagia karena sudah membuat hati Azizah ceria Ibu dan anak begitu akrab. Mungkin Normah ingin sekali bercerita pada Azizah namun Normah tak memiliki suara. Sesekali terlihat Normah dan Azizah bersenda gurau dengan bahasa isyarat Normah mungkin berbeda tapi hati Azizah cukup mengerti kata-kata ibunya yang tak bersuara malam ini menjadi saksi bahwa begitu sayangnya Normah pada Azizah. Kembang gula yang mereka beli tampak mereka santap dan Ibu ini sangat bahagia sekali sampai akhirnya mereka pulang dengan Azizah yang masih dalam gendongan semakin larut. Dalam letihnya Normah tertidur nyenyak. mereka tidur berdekatan. Azizah belum lagi memejamkan mata. Azizah meraba kedua telapak tangan ibunya tangan Normah terasa begitu kasar, kulitnya pecah-pecah. Sebagai seorang buruh cuci memang telapak tangan Normah terlihat kasar namun hati Normah sangatlah halus. Azizah berkata dalam hatinya."Bu! Aku bangga padamu, aku merasa sangat beruntung punya ibu sepertimu, meski suaramu tak pernah kudengar tapi aku tahu bahwa suara hatimu selalu berucap namaku dan engkau selalu menjaga kebahagiaanku."Begitulah kalbu Azizah berbisik sendiri di sela tangis harunya yang juga tak telah berganti, kondisi kaki Azizah mulai membaik. Saatnya Azizah kembali ke ibu kota kabupaten yaitu Rantauprapat demi melanjutkan pendidikannya. Azizah pamit pada mata Azizah tak terbendung lagi namun Normah mengisyaratkan pada Azizah untuk tidak menangis dan segera menghapus air matanya walaupun sebenarnya Normah juga berlinang air mata tapi ia membalikkan tubuhnya agar tangisnya tak terlihat Azizah.***Di Kota Rantauprapat, Azizah kembali bersekolah. Azizah bertemu lagi dengan Hasnah sahabat baiknya itu. Kegembiraan Azizah mulai terukir bersama hari, tepatnya Menjelang tanggal 22 Desember, sekolah Azizah mengadakan acara dalam memperingati hari ibu. Setiap siswa diharapkan mampu mengungkapkan rasa sayang mereka pada sang ibu dengan bercerita di hadapan ibu mereka peringatan hari ibu ini baru pertama kali diadakan di sekolah Azizah. Acara ini mengusung tema 'KAPAN TERAKHIR KALI IBU MENGUCAPKAN SAYANG PADAMU?'Tema ini cukup berat buat Azizah. Bagaimana tidak, mungkin Normah tak akan pernah datang ke acara ini. Meskipun datang mungkin juga akan merasa dipermalukan di hadapan orang tua siswa terlihat murung dan Hasanah sebagai seorang sahabat bertanya pada Azizah."Zah! kau ini kenapa lagi?" tanya Hasnah"Ibuku tak mungkin menghadiri undangan sekolah ini, Has," jawab jawaban sahabatnya itu, Hasnah mengerutkan keningnya dan lalu Azizah menceritakan perihal yang terjadi pada ibunya serta kekurangan ibunya itu yang menjadi alasan kenapa ibunya tak mungkin datang dan Azizah juga memperlihatkan foto sang ibu yang tersimpan di ponsel-nya."Mengapa kau tak pernah cerita padaku tentang ini, Azizah?" Hasnah kembali bertanya."Ibu melarang aku bercerita pada siapapun dan ibu takut aku ini menjadi bahan ejekan dan bully dari teman-teman, jadi ibu ingin orang-orang tak tahu tentang dirinya." Azizah memaparkan hal itu pada tibalah saatnya acara peringatan hari ibu itu. Siswa-siswa yang hadir turut pula membawa serta ibu mereka. Azizah tetap memberanikan diri menjadi salah satu peserta lomba bercerita tentang ibu dalam acara itu meskipun Azizah tahu mungkin Ibu yang ia cintai itu tak bisa hadir di hari siswa telah bercerita tentang ibu mereka dan berbagai ungkapan sayang juga mereka utarakan buat sang tiba waktunya untuk giliran Azizah bercerita. Azizah naik keatas panggung, ia mendekati mikropon yang sudah siap menerima memulai ceritanya."Ibu! ibu adalah mata air kebahagiaanku, aku selalu haus akan kasih sayangnya, Ibuku adalah telaga yang penuh kesabaran, di dalam pelukannya aku kerap merasa nyaman."Tiba-tiba di sisi lain, mata Hasnah menuju pada seseorang perempuan setengah tua yang duduk di sudut pojok belakang. Hasnah yakin bahwa itu adalah ibunya Azizah yang foto nya pernah Hasnah lihat di ponsel salah lagi, Hasnah mendekati ibu itu dan Hasnah mengacungkan tangannya agar Azizah melihat kehadiran ibunya Hasnah ternyata tercapai, sontak Azizah menoleh kearah Hasnah dan ia melihat ibunya rupanya hadir di acara langsung bersemangat dan Azizah melanjutkan ceritanya. Selain Azizah berucap kata demi kata, Azizah juga menggerakkan tangannya seraya ia menggunakan bahasa isyarat supaya ibunya paham apa yang Azizah sampaikan."Kapan terakhir kali ibu mengucapkan sayang padamu? tema ini adalah sebuah pertanyaan yang tak pantas ditujukan padaku," ujar Azizah."Ibuku tak pernah mengucapkan sayang padaku, tapi ia selalu nyatakan itu dengan perbuatannya, pengorbanannya dan perjuangannya demi aku."Ibuku tak mungkin mengucapkan kata sayang itu padaku, karena ibuku adalah seorang perempuan tuna wicara, tak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya. sepanjang hidupnya ia tak pernah punya kata-kata, lantas bagaimana ia mengucapkan kata sayang itu padaku?"Ibu, mungkin aku tak pernah mendengar nyanyianmu untuk mengantarkan aku pada tidur yang lelap, tak ada ucapan selamat ulang tahun padaku, tak ada dongeng yang kau ceritakan sebelum aku tidur, namun aku sangat bahagia meskipun itu tak pernah aku rasakan."Ibu, jangan pernah berpikir bahwa aku malu dengan kondisimu, dengan kekuranganmu, tidak ...! tidak sama sekali, andaipun aku di-bully setelah ini, aku tidak apa-apa, aku siap, karena aku rasa beruntung sekali punya ibu yang istimewa seperti ibu."Sekarang aku yakin bahwa surgaku itu selalu berada di bawah telapak kakinya. Dia perempuan yang mungkin tak sempurna itu tapi di mataku, dia sungguh begitu sempurna."Ibu, kau tahu, mengapa aku begitu menyayangimu?. Itu semua karena ibu terlalu menyayangiku meski sayang yang aku rasakan itu tanpa ucapan kata sayang itu turun dari panggung itu dan mendekati tempat duduk ibunya dan langsung mendekap ibunya dengan tangis yang di sela air mata yang bercucuran di pipi Normah, ia memeluk dan mencium putri semata wayangnya hati Normah terselip perasaan bangga akan putrinya yang tak pernah malu dengan kondisi ibunya pelukan mereka terlepas, Azizah menggunakan kata isyarat dengan mengucapkan."Maafkan aku ibu, sungguh aku amat sayang padamu, selamanya."Normah mengangguk-angguk di sela deru air mata dan tangisnya yang tak bersuara orang-orang yang hadir di situ merasa terharu sekali atas ucapan Azizah. Air mata mereka tertumpah seperti menyaksikan sebuah film ber-ending Hasnah merasa senang sekali melihat sahabatnya, Azizah menggandeng tangan ibunya itu dengan rasa bahagia. Sedangkan setelah hasil lomba diumumkan besoknya, maka Azizah keluar sebagai S e l e s a i -Pesan moral dalam cerpen cinta dan kasih ibu kepada anaknya- Ibu adalah makhluk terbaik yang menjadi ladang surga buat anaknya- Cinta ibu kepada anaknya seluas samudera- Cinta ibu sepanjang masa cinta anak sepanjang galah- Walau bagaimanapun keadaan Ibu, dia adalah seorang perempuan yang berjuang dan berkorban untuk anak tercintanya.
PandanganBelas Kasih. Nats : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Lukas 10:33)Bacaan : Lukas 10:25-37 Ketika Francisco Venegas, penjaga sekolah di Colorado, mengamati anak-anak yang sedang asyik di tempat bermain, ia melihat seorang anak perempuan sembilan tahun jatuh dari bangku
- Koleksi 2 Cerpen kasih sayang ibu singkat dan penuh haru, cerita pendek kasih sayang ibu mengingatkan kita untuk selalu terus berbakti kepada orang tua khususnya 2 Cerpen Kasih Sayang Ibu TerbaikSaya akan membagikan kisah dari cerita pendek tentang kasih sayang ibu, betapa luar biasa jasa seorang ibu kepada ibu sepanjang masa, sayangi beliau selagi masih ada jika sudah tiada maka doakan yang terbaik untuk ibunda Pendek Kasih Sayang Ibu 1Cerpen karangan Celine jkDi sebuah desa, hiduplah seorang ibu bernama Ratih. Ratih tinggal bersama anak perempuannya yang bernama Lia. Suaminya telah meninggal saat Lia masih kecil. Sejak saat itu, Ratih berperan sebagai ibu sekaligus ayah untuk Lia. Ratih bekerja keras membanting tulang setiap hari. Ia sangat menyayangi putrinya itu. Ratih tak ingin Lia hidup hari, Ratih dan Lia sedang menyantap sarapan seperti biasanya. Tapi ada yang aneh dengan sikap Lia. Ia tampak tak berselera makan. Ratih menyadari sikap anaknya itu. Ia pun bertanya.“Kenapa kamu terlihat tak berselera makan?” tanya Mau Makan Apa Hari ini?“Aku sedang bosan makan sayur. Aku ingin makan yang lain,” kata Lia.“Makanlah apa yang ada sekarang. Masih banyak diluar sana orang yang tidak bisa makan seperti kita,” Ratih memberi nasihat pada Lia.“Iya bu,” kata Lia. Ia pun menghabiskan makanannya meski tidak berselera. Setelah sarapan, Lia pamit menuju sekolah. Sedangkan Ratih berangkat untuk berjualan di bersinar dengan terik. Pasar yang tadinya penuh sesak kini sudah sepi pengunjung. Sudah waktunya Ratih membereskan jualannya dan pulang ke rumah. Saat berjalan pulang, Ratih melihat penjual ayam goreng di dekat pintu masuk teringat akan Lia. Ia takut Lia tidak ingin makan jika hanya ada sayur di rumah. Ratih tidak setega itu membiarkan Lia kelaparan. Ia memutuskan untuk membeli ayam goreng untuk tak apa, pikirnya. Ia yakin Lia akan senang melihat apa yang dia bawa.“Lia, coba lihat apa yang ibu bawa!” seru Ratih pada Lia. Lia yang merasa dipanggil menoleh ke arah Ratih. Lia langsung tersenyum senang ketika melihat apa yang dibawa oleh Ibunya.“Ayam goreng!” teriak Lia senang.“Sekarang kamu siapkan piring dulu. Ibu ingin ganti baju sebentar,” kata Ratih memberikan bungkusan ayam goreng itu pada Lia. Lia menerimanya dengan sukacita.“Siap bu,” kata Lia semangat. Ia bergegas mengambil piring dan nasi lalu mulai makan. Ratih tersenyum melihatnya. Meskipun hanya sepotong ayam namun bisa membuat Lia tersenyum.“Ibu mau?” tanya Lia pada Ratih yang hanya memandanginya tanpa ikut makan.“Tidak, habiskan saja,” jawab Ratih tersenyum. Lia pun menghabiskan makanannya dengan lahap.“Ayamnya enak sekali. Ibu memang yang terbaik,” kata Lia memeluk Ibunya. Ratih membalasnya dengan pelukan hangat. Sungguh besar kasih sayang Ratih pada Lia. Hanya Lia yang Ia punya. Ratih senang jika Lia dapat bertumbuh dengan baik, walaupun tanpa seorang tahun kemudian, Lia bertumbuh menjadi gadis yang cantik dan hari ia rajin belajar. Saat lulus SMA, Lia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kota untuk meraih usahanya, Ia berhasil mendapatkan beasiswa di kota. Lia sudah mempersiapkan semua dengan baik sampai hari keberangkatannya ke kota. Ratih mengantar kepergian Lia hingga terminal bus.“Bu, aku pamit ya. Doakan aku,” pamit Lia.“Ibu akan selalu mendoakanmu. Maaf ibu tidak bisa memberimu uang. Ibu hanya bisa membawakanmu bekal makanan,” kata Ratih memeluk Lia. Lia membalas pelukan Ratih dengan erat.“Tidak apa-apa. Ibu selalu jaga kesehatan ya,” kata lama, bus yang akan ditumpanginya pun tiba. Lia melambaikan tangan pada Ratih saat bus mulai Ratih yang menyaksikan kepergian Lia ke kota merasa bangga sekaligus sedih. Ia bangga karena Lia bisa pergi ke kota untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi ia sedih karena Lia akan meninggalkannya seorang diri. Tapi rasa sedihnya tidak lebih besar dari rasa kota, Lia belajar dengan sungguh-sungguh. Pada tahun awalnya tinggal di kota, Ia masih sering memberi kabar pada ibunya. Tapi lama kelamaan Lia mulai sibuk dan jarang memberi kabar. Ratih yang khawatir pun menelepon Lia.“Halo, Lia?” kata Ratih saat telepon baru terhubung.“Halo ibu? Ada apa?” balas Lia.“Ibu hanya khawatir terjadi sesuatu padamu. Kamu sudah lama tidak menelpon ibu,” kata Ratih, “Apa ibu mengganggumu?” tanyanya.“Tidak juga. Aku baik-baik saja,” jawab Lia, “Sudah dulu ya bu, ada yang harus aku kerjakan,”“Ya sudah, jaga kesehatanmu dan jangan lupa makan,” kata Ratih.“Ya bu,” jawab Lia sebelum mengakhiri panggilan telepon itu. Panggilan yang biasanya lebih lama. Kini menjadi sesingkat itu karena Lia sibuk berkuliah sekaligus bekerja paruh waktu. Ratih hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Lia. Begitulah waktu tiba waktunya Lia lulus kuliah. Lia lulus dengan nilai yang baik dan mendapat pekerjaan di perusahaan besar di kota. Semenjak bekerja Lia semakin sibuk dan sangat jarang menelepon Ratih. Mungkin sebulan hanya sekali atau dua kali. Itu pun Ratih yang menelepon lebih sudah gelap. Lia baru saja menyelesaikan pekerjaan di perjalanan pulang, Lia melihat seorang ibu yang menjual gorengan. Ibu itu terlihat lelah karena berjualan keliling sambil menggendong anaknya yang masih kecil. Lia yang merasa kasihan menghampiri ibu itu. Ia membeli beberapa gorengan yang belum terjual. Ibu itu berterima kasih karena Lia membeli gorengan yang dijualnya. Melihat ibu itu, Lia jadi teringat Ratih di desa. Sudah lama Lia tidak menghubungi Ratih. Ia rindu Ibunya dan kampung halamannya. Lia berencana akan pulang ke desa akhir pekan saatnya akhir pekan. Lia pulang ke desanya. Tak banyak yang berubah di desanya selama Ia ke kota. Rumahnya pun masih sama seperti dulu. Lia mengetuk pintu rumahnya. Tak lama pintu terbuka. Ratih keluar dari rumah. Tanpa aba-aba Lia segera Ibunya.“Maaf ya bu, Lia baru pulang sekarang,” kata Lia menangis. Ratih yang melihatnya ikut menangis bahagia.“Ibu senang kamu pulang,” kata Ratih. “Ayo masuk, Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu,”“Ayam goreng?” tanya Lia semangat.“Iya ayam goreng,” kata Ratih. Mereka pun makan bersama sambil melepas menceritakan tentang pekerjaannya di kota. Ia juga membeli rumah sendiri dengan gajinya. Lia mengajak Ratih untuk tinggal bersama di kota. Ratih dengan senang hati menerima ajakan Lia. Ia senang dapat tinggal bersama-sama lagi dengan Pendek Kasih Sayang Ibu 2Cerpen karangan Rif’il HusniyahPagi berembun pengingat masa kecilku. Ketika ibu bercerita bahwa sebelum diinjak oleh orang lain ibu berusaha membangunkanku untuk berjalan di air embun pagi itu. Kasih sayang ibu tak terbalas sepanjang masa dan terabadikan sepanjang hayat. Tak pernah memaksakan kehendak pada anaknya namun tak pula menuruti kemauan berkulit putih berwajah manis yang selalu menyambutku dengan senyuman di depan pintu rumah merupakan sosok ibu yang luar biasa. Jika teringat kembali cerita ibu bahwa air embun membuat seorang balita lekas berjalan bagiku hanyalah sebuah aku tak ingin mengecewakan dan memotong ceritanya. Cerita tentang kami anak-anaknya semasa kecil, yang selalu membuat keributan tapi tak pernah dimarahi malah bertambah kasih lenyap sudah ditelan revolusi industri, udara bersih hilang ditelan karbondioksida. Kehidupan berganti, teknologi canggih dan hidup serba instant sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Aku pun menginjak usia remaja akhir di zaman serba ada bernostalgia dengan januari 2012. Sebab di tahun itu hati dan jiwaku lumpuh. Hidup simpang siur berbelok ke kanan dan ke kiri, jikalau bertemu sebuah persimpangan aku pun masuk. Tak peduli dengan jeritan hati, perkataan jiwa dituruti, nafsu dipuaskan sudahlah mirip dengan dari januari dan berakhir di Mei. Selama itulah diri ini tak lagi tentu akan rasa, tak lagi cemas dengan dosa namun yang terpenting memikirkan cara ibu sehat kembali. Aku merasa tak berguna ketika belahan jiwa ini berbaring tak berdaya bu. Anak macam apa aku ini bu?Disaat Wanita yang telah memberikan seluruh hidupnya padaku tergeletak tak berdaya aku hanya bisa membanjiri pipi ini dengan air mata. Andai aku bisa mengulur waktu. Aku ingin kita berganti posisi. Aku yang sakit bu dan merasakan semua penderitaanmu. Sebab tiadalah pantas engkau belahan hatiku pelengkap jiwaku merasakan itu bulan mei aku berbicara keadilan dengan tuhanPagi yang sejuk dan sebuah senyuman yang meneduhkan hatiku terpancar dari wajahmu. Setelah sekian lama aku menantikannya, saat matahari terbangun seolah-olah kau telah kembali seperti dulu. Gigitan buah apel yang engkau makan secara perlahan membuatku hidup kembali. Kulangkahkan kakiku menuntut ilmu agar bisa menjadi seorang dokter yang kau pun berpesan padaku “Hati-hati ya nak rajin-rajin belajar”.Hidupku mekar kembali jiwa yang mati telah bergelora sebab senyum yang hilang telah kembali di wajahmu saat itu bu. Tapi tiada kusangka senyum itulah yang memisahkan kita. Langit seakan pecah di hari itu bu. Berulang kali ku menuntut keadilan kepada tuhan saat engkau kesakitan menghadapi sakaratul maut. Tapi tuhan hanya diam, tak menjawab. Kutuntut lagi keadilan untuk kesekian kalinya agar engkau hidup sepanjang hayatku. Tapi tetap saja tuhan diam bu. Hingga aku berdoa, “Aku ikhlas akan kepergianmu bu”. “aku ikhlaskan beliau permudahlah jalannya menghadap engkau Ya Robb!”Doaku terijabah, dua kalimat syahadat menghantar telah pergi bersama dengan 05 12Aku tidak lupa buAku belum iklas dengan kepergiannmuHingga 23 05 15Aku mengerti alasan engkau diambil kembali oleh sang khalikAku merindukanmu sepanjang hidupku buBagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa dirimuItulah yang terpikir olehku saat engkau pergiTiada tempat mengadu, berkeluh kesah lagiSenyum yang terlihat sepanjang hari tinggal dukaBahkan aku lupa caranya hidup dengan baikSimpang siur hidupku, tak tentu arahnya23 05 12 – 23 05 15Itulah saksi kekhilafankuSaksi rapuhnya aku tanpamuBumi seolah-olah terbelah buKetika lisan tak bisa bicaraHatilah yang tersiksaKetika bulan tak lagi tersenyumBintang tak lagi melihatApakah aku masih bisa tertawaApakah aku masih bisa bersuara?Hidup dalam kegelapanTiga tahun tersesat dalam kebodohan dan kebebasanTak peduli apa yang terjadiHingga tuhan membuka hatikuIbuAku sudah lepas dari penindasan jiwaDan pemberontak rasa telah lenyapAku sudah bahagia di rumahku surgakuNah itulah, Koleksi 2 Cerpen Terbaik Tentang Kasih Sayang Ibu Singkat dan Penuh Haru
Thelatest Tweets from YaminBismillah ID🇮🇩 (@yamin_maha48). @tsukasa1209 / @yamin_tagatame
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kasih Sayang Seorag IbuIbu adalah wanita wanita yang paling berjasa dalah kehidupan kita sebagai seorang sayang seorang ibu amatlah besar terhadap anaknya, kasih sayang seorang ibu tidak mungkin dapat kita bayangkan tapi kasih sayang seorang ibu dapat kita rasakan sepanjang hidup kita , dalam perumpamaan seindah apapun dan sebanyak apapu kasih sayang yang kita miliki mungkin tak akan sebanding dengan kasih sayang yang telah diberikan oleh seorang ibu terhadap kita sudah lupa atau tidak mengingatnya lagi, ketika kita masih kecil ibu yang selalu sabar merawat dan mengurus kita, ketika kita sakit dan rewel ibu yang selalu menjaga dan menenangkan kita , ibu dengan relanya membersihkan kotoran ketika kita masih yang selalu menyuapi kita dan ibu rela terbangunkan tidurnya di tengah malam karena mendengar tangisan kita, ketika kita menangis ibu yang selalu menenangkan berita-berita yang memaparkan seorang anak tega membunuh ibunya atau orang tuanya karna keinginananya tidak dipenuhi , Tidak pantas rasanya kita sebagai anak tega menyakiti ibu kita sendiri, kecuali mungkin anak yang tega menyakiti ibunya sendiri dia memiliki keganguan pula cerita ibu menyakiti anaknya sendiri, tapi seorang ibu tidak akan mungkin menyakiti anaknya sendiri jika seorang anak tidak melakukan kesalahan yang membuat orang tuanya kesal ibu tidak akan tega melihat atau menyaksikan anaknya menderita, seorang ibu ingin melihat semua anaknya bahagia. Tanpa kita sadari mungkin kita pernah menyakiti perasaan ibu kita sendiri dan telah membuat ibu kita menangis, telah membuatnya kesal dan malah tanpa kita sadari kita secara tidak sengaja pernah membentaknya karna suatu alasan yang tidak sepaham dengan terkadang akan ada kesalahna yang dirasakan oleh seorang anak dengan berbagai alasan, mungkin setiap anak pernah merasakan dibanding-bandingkan dengan sodara kita yang lainnya, pernah dimarah-marahi, mungkin ada juga yang merasa dirinya tidak disayang oleh ibu. Mungkin perasaan ini masih ada sampai saat kita dewasa kini. Tapi kita harus berfikir lagi ibu atau orang tua bukan tidak menyayangi kita, melainkan mereka memberikan perhatian yang khusus terhadap kita agar kita menjadi lebih baik saaing seorang ibu tidak akan mampu kita bayar dengan apaun dan tidak akan mampu kita bayar sampai kapanpu. Karna kasih sayang seorang ibu tulus dan murni dari sebagai anak harus mampu membahagiakan, dan membanggakan ibu atau orang tua kita semampu kita agar mereka bahagia dan bangga terhadap kita. Lihat Cerpen Selengkapnya
Hidupuntuk Mama Sekarang ini, neng kerja, hidup neng, semua cuma untuk mama. Pengen bisa segera bahagiakan mama yang belum sempet neng lakukan ke almarhum papa. Gak pengen nyesel, jadi sekarang ini mama is my everything. 11 angka keramat 11 itu angka keramat. Lahir di bulan november jadi membuat angka ini berkesan luar biasa buat neng.
- Cerita pendek kali ini bertema kasih ibu sepanjang masa, jangan menyiakan kehadiran seorang ibu sebelum engkau kehilangan Ibu yang Tak Kunjung KembaliDi suatu perkampungan hiduplah keluarga kecil. Keluarga yang kata orang-orang, mereka keluarga bahagia pada saat itu. Pak tono dan bu tini merekalah yang dimaksud oleh orang-orang masa itu. Mereka mempunyai dua orang anak yang bernama Reza dan Riza. Reza merupakan anak sulung yang mempunyai keberanian dan mandiri dalam hal apapun. Ia selalu mendapat kasih sayang dari kedua orang begitu, tidak membuatnya menjadi anak yang manja dan bergantung pada orang tuanya. Hingga suatu hari, ibunya melahirkan anak kedua Riza adik reza. Namun setelah melahirkan ibunya mengalami sakit keras dan mengharuskan ayahnya untuk membawa ke rumah sakit. Sekian lama dirawat di rumah sakit, nyawa bu Tini tidak bisa itu membuat Reza dan Ayahnya terpukul atas kepergian istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Bu Tini meninggal pada saat Riza berusia 3 bulan. Sejak saat itulah Reza yang menggantikan semua pekerjaan ibunya. Ia dan ayahnya juga merawat Riza dengan penuh kasih sayang, seperti dahulu saat ibunya merawat reza sewaktu kecil. Seiring berjalannya waktu, Riza pun menginjak usia 4 tahun. Ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan suatu hari, ketika sekolah ia sering melihat teman-temannya selalu diantarkan oleh ibunya, lantas hal itulah membuat ia bertanya-tanya. “ sebenarnya ibuku dimana? Mengapa tidak mengantarkan dan menjemputku sekolah seperti ibu mereka “ ucap Riza dalam hati. Ketika pulang sekolah, ia menanyakan hal itu kepada ayahnya. Namun ayahnya hanya berucap “ ibumu pergi jauh “. Riza pun masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan ia meminta ayahnya untuk menceritakan tetapi ayahnya malah menyuruhnya untuk tidur. Saat kakaknya pulang, ia menanyakan kemana bertanya “ kak, sebenarnya ibu itu kemana si. Dari kecil aku tidak tahu wajah ibu itu gimana. “Hai, Mau Makan Apa Hari ini?“ ibu bekerja di luar negri, sudah ya jangan tanya lagi. “ jawab RezaHal itu membuat Reza melamun dan tak sadar air matanya pun turun. Lantas hal itu membuat Riza bertanya kembali.“ apa ibu tidak pernah pulang kak? Terus kenapa kakak menangis? ““ kakak Cuma rindu aja sama ibu “ ucap RezaSetelah itu, Riza menceritakan semua kejadian pada saat di sekolah. Kakaknya pun hanya bisa memberi semangat dan memotivasinya untuk tetap sekolah meskipun tidak diantarkan oleh sang ibu. Beberapa tahun kemudian, Riza menginjak usia remaja. Ia semakin penasaran dimana ibunya berada, mengapa hingga ia dewasa ibunya masih belum selalu mengungkapkan rasa rindu pada ibunya, ia juga selalu bertanya-tanya pada dirinya “ ibu dimana? Mengapa tidak pernah pulang, apa tak rindu dengan kami. Ibu aku sudah besar, lihatlah aku ibu, sudah menjadi gadis yang cantik. Aku juga sering mendapat juara, ini semua berkat doa ibu. Aku ingin mempersembahkannya untuk ibu, pulanglah ibu. Setega itukah ibu dengan kami? Mengirim surat kabar pun tidak pernah. “ ia selalu mengungkapkan kerinduan pada ibunya di buku diary yang berjudul “ ibu yang tak kunjung kembali “.Setiap hari ia menulisnya dan menceritakan segala kegiatannya. Hingga suatu hari, Reza bersih-bersih kamar adiknya. Ia pun menemukan diary tersebut. Hal itu membuat Reza menangis dan merasa bersalah pada adiknya. Setelah itu, ia menceritakan pada ayahnya dan mereka memutuskan untuk memberi tahu Riza, apa yang sebenarnya terjadi pada sore hari, mereka sedang kumpul di meja makan. Kemudian sang ayah memulai percakapan.“ Riza, ayah dan kakakmu sebelumnya minta maaf, karena telah menyembunyikan ini semua dari kamu. Ini bukan kemuan kami, tetapi ini kemauan ibumu. “ ucap ayahRiza pun bingung dan bertanya-tanya “ apa maksud perkataan ayah? Kenapa kakak dan ayah meminta maaf padaku? “Sang ayah pun menjelaskannya “ ibumu sudah meninggal ketika kamu berusia 3 bulan. Setelah melahirkanmu, ibumu mengalami sakit-sakitan. Beliau koma setelah melahirkanmu. “ mendengar cerita tersebut membuat air mata Riza mengalir deras. Rasa rindu pada ibunya selama ini ia pendam, namun nyatanya ia tak akan bisa bertemu ibunya kembali. Ia juga merasa bersalah pada ayah dan kakaknya, sebab karena ia ibunya meninggal. Akan tetapi ayah dan kakaknya pun menguatkannya dan menjelaskan padanya bahwa ini semua sudah takdir yang tak bisa dihindari oleh harinya, Riza dan keluarganya berziarah ke makam ibunya. Riza mengungkap rasa rindunya selama 16 tahun yang ia pendam, ia juga berjanji pada ibunya untuk tetap semangat dalam hal apapun. Ia juga berterimakasih pada ayah dan kakaknya yang telah merawatnya dengan tulus dan penuh kasih saat itu, Riza tumbuh dewasa. Ia juga menuliskan semua kejadian yang dialaminya dalam buku diarynya “ Ibu yang Tak Kunjung Kembali “. Ia berpesan kepada siapapun untuk tetap merawat dan menyayangi orang tua selagi mereka masih ada. Jangan pernah hiraukan perintah orang tua selagi itu positif untuk kehidupan kita. Karena sesungguhnya doa orang tua yang paling diridhoi oleh karya Ira Ami Maharani UMSIDA
Kitapasti pernah mendengar pepatah yang mengatakan, "kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah." Ya, memang ada ketimpangan besar antara "kasih sayang" ibu dan anak, hingga melahirkan hukum "nilai" tak resmi yang disepakati bersama, yaitu pepatah di atas. Perbandingan sepanjang "masa" dan "galah" (tombak/tongkat
IalahAisyah, pemilik cinta pertama dalam Islam, cinta Rasulullah SAW. Sungguh Aisyah memiliki kedudukan yang agung seperti kisah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Shafwan: "Ada tujuh hal pada diriku yang tidak dimiliki oleh wanita manapun, kecuali yang diberikan oleh Allah kepada Maryam binti Imran.
Seolaholah kita sepanjang masa berkehendak untuk melakukan keburukan. "kalau kita cuma berbuat baik semata-mata takutkan hukuman dan mahukan ganjaran, maka kita sungguh kasihan-Einstein". menjadi buruan polis dari awal sehingga ke hujung cerita, kasih sayang ayah kepada seorang anak (walaupun bukan anaknya), sungguh-sungguhnya dia cuba
kalaudiberi peluang mimpi itu datang kembali, aku ingin terus bermimpi mencari penghujung jalan cerita. kasih sayang seorang ayah, mencium..memeluk,menidurkan sampai lena, bangun menggantikan tempat ibu untuk melayan kerenah anak di pagi hari.seriously aku sungguh teruja! alangkah gumbira hati ni kalau awak terus berpewatakkan begitu di masa
KumpulanBuku Cerita Anak Bergambar Populer Sepanjang Masa. Kumpulan Cerita Rakyat Pendek yang Penuh Pesan Moral. Lima Cerita Lucu Anak Anak yang Menghibur dan Mendidik. Cerita Dongeng Anak Islami yang Mendidik untuk Buah Hati Tercinta. Tak hanya pemalas, gadis tersebut juga sangat manja. Apa yang ia mau, semuanya harus tersedia.
. r2jhtolaxz.pages.dev/446r2jhtolaxz.pages.dev/917r2jhtolaxz.pages.dev/792r2jhtolaxz.pages.dev/759r2jhtolaxz.pages.dev/937r2jhtolaxz.pages.dev/856r2jhtolaxz.pages.dev/697r2jhtolaxz.pages.dev/520r2jhtolaxz.pages.dev/51r2jhtolaxz.pages.dev/366r2jhtolaxz.pages.dev/596r2jhtolaxz.pages.dev/311r2jhtolaxz.pages.dev/550r2jhtolaxz.pages.dev/311r2jhtolaxz.pages.dev/147
cerita kasih sayang ibu sepanjang masa