Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Karya sastra adalah bentuk ekspresi artistik yang mengandung keindahan dan didasarkan pada ekspresi pribadi individu, baik dalam bentuk perasaan, pikiran, pengalaman hidup, dan imajinasi. Karya ini dapat diserahkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan disukai oleh publik karena memiliki nilai estetika dan tujuan satu bentuk karya sastra yang diinginkan oleh publik pada umumnya adalah puisi. Puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang terikat oleh ritme, mantra, rima, serta pengaturan baris dan stanza. Puisi juga dapat mengekspresikan ekspresi yang berasal dari jiwa seseorang, karena ia menggambarkan pikiran-pikiran dalam penyair yang diungkapkan melalui bahasa dengan memperhatikan keindahan kata-kata. Resta, 202268. Salah satu penulis yang karya-karyanya masih populer saat ini adalah Chairil Anwar. Pria muda yang lahir pada tanggal 26 Juli 1922 di Medan, diberi nama āSi Binatang Jalangā yang diambil dari puisi yang sangat populernya berjudul āAkuā. Kemunculan Chairil Anwar di dunia sastra pada generasi ke-45 membawa gelombang warna baru ke dalam puisi Indonesia. Tidak seperti puisi sebelumnya yang cenderung membosankan, puisi Chairil hidup, penuh antusiasme dengan ekspresi segar, baru dan berani mereka. Gaya bahasa yang dia ciptakan penuh emosi, ekspresif, langsung, tetapi masih indah. Karya-karya besar yang telah dibuat oleh Chairil Anwar patut dihargai. Pada kesempatan ini, penulis akan menghargai puisi Chairil Anwar berjudul Sendiri menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik adalah pendekatan untuk studi sastra yang berfokus pada studi hubungan antara karya sastra dan realitas di luar karya-karya sastra. Abrams 1981 menambahkan pendekatan yang melihat karya sastra sebagai imitasi dan tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
AKU Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Chairil Anwar Maret 1943 A. MAKNA PUISI AKUā Dengan membaca dan memahami makna puisi Aku karya Chairil Anwar, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Karena, pada generasi ini, tentu tidak pernah hidup dan mengalami secara nyata apa yang terjadi di era awal kemerdekaan Indonesia. Beberapa makna puisi Aku, di antaranya adalah Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni āKalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayuā Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi tersebut. Semangat yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat āaku mau hidup seribu tahun lagiā. Hal tersebut adalah cermin dan betapa semangat Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu B. UNSUR INTRINSIK PUISI AKUā Tema Tema pada puisi āAkuā karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah AKUā yang mencari tujuan hidup. Pemilihan Kata Diksi Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua bait pertama āKu mau tak seorang ākan merayuā merupakan pengganti dari kata āku tahuā. āKalau sampai waktukuā dapat berarti ākalau aku matiā, ātak perlu sedu sedanādapat berarti āberarti tak ada gunannya kesedihan ituā. āTidak juga kauā dapat berarti ātidak juga engkau anaku, istriku, atau kekasihkuā. Rasa Rasa adalah sikap penyeir terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada puisi āAkuā karya Chairil Awar merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa ājika sampai waktunyaā, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai āakuā. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair. Nada dan Suasana a. Nada Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit sedih. b. Suasana Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap perjuangannya si tokoh. Majas Dalam puisi tersebut menggunakan majas hiperbola pada kalimat āAku tetap meradang menerjangā. Terdapat juga majas metafora pada kalimat āAku ini binatang jalangā. Pencitraan/pengimajian Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya Ku mau tak seorang ākan merayu Imaji Pendengaran, Tak perlu sedu sedan ituā Imaji Pendengaran, Biar peluru menembus kulitkuā Imaji Rasa, Hingga hilang pedih perihā Imaji Rasa. Amanat Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Makna bersifat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang dan situasi tempatpenyair mengimajinasikan dalam Puisi Akuā karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya. C. UNSUR EKSTRINSIK Biografi Pengarang Chairil Anwar di Medan, 22 Juli 1922. Mulai muncul di dunia kesenian pada zaman Jepang. Dilihat dari esai-esai dan sajak-sajaknya terlihat bahwa ia seorang yang individualis yang bebas dan berani dalam menentang lembaga sensor jepang. Chairil pun seorang yang mencintai tanah air dan bangsanya, hal ini tampak pada sajak-sajaknya Diponegoro, Karawang-Bekasi, Persetujuan dengan Bung Karno, dll. Hubungan Karya Sastra Dengan kondisi sosial masyarakat Pada Saat Karya Sastra Lahir Sajak AKU ini, banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat pada zaman itu. Bahkan sebagai akibat dari lahirnya sajak AKU ini, Chairil Anwar ditangkap dan dipenjara oleh Kompetai Jepang. Hal ini karena sajaknya terkesan membangkang terhadap pemerintahan Jepang. Sajak AKU ini ditulis pada tahun 1943, di saat jaman pendudukan Jepang. Kondisi masyarakat pada waktu itu sangat miskin dan menderita. Bangsa Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang, tanpa mampu berbuat banyak untuk kemerdekannya. Kerja paksa marak terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi budak di negaranya sendiri. Chairil Anwar mulai banyak dikenal oleh masyarakat dari puisinya yang paling terkenal berjudul Semangat yang kemudian berubah judul menjadi Aku. Puisi yang ia tulis pada bulan Maret tahun 1943 ini banyak menyita perhatian masyarakat dalam dunia sastra. Dengan bahasa yang lugas, Chairil berani memunculkan suatu karya yang belum pernah ada sebelumnya. Pada saat itu, puisi tersebut mendapat banyak kecaman dari publik karena dianggap tidak sesuai sebagaimana puisi-puisi lain pada zaman itu Puisi yang sebelumnya berjudul Semangat ini terdapat dua versi yang berbeda. Terdapat sedikit perubahan lirik pada puisi tersebut. Kata ku mauā berubah menjadi kutahuā. Pada kata hingga hilang pedih periā, menjadi hingga hilang pedih dan periā. Kedua versi tersebut terdapat pada kumpulan sajak Chairil yang berbeda, yaitu versi Deru Campur Debu, dan Kerikil Tajam. Keduanya adalah nama kumpulan Chairil sendiri, dibuat pada bulan dan tahun yang sama. Mungkin Chairil perlu uang, maka sajaknya itu dimuat dua kali, agar dapat dua honor Aidit1999. Penjelajahan Chairil Anwar berpusar pada pencariannya akan corak bahasa ucap yang baru, yang lebih berbunyiā daripada corak bahasa ucap Pujangga Baru. Chairil Anwar pernah menuliskan betapa ia betul-betul menghargai salah seorang penyair Pujangga Baru, Amir Hamzah, yang telah mampu mendobrak bahasa ucap penyair-penyair sebelumnya. Idiom binatang jalangā yang digunakan dalam sajak tersebut pun sungguh suatu pendobrakan akan tradisi bahasa ucap Pujangga Baru yang masih cenderung mendayu-dayu. Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil sendiri. 1. Pada lirik pertama, chairil berbicara masalah waktu seperti pada kutipan 1. Kalau sampai waktuku Waktu yang dimaksud dalam kutipan 1 adalah sampaian dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatasi oleh waktu. Chairil adalah penyair yang sedang dalam pencarian bahasa ucap yang mampu memenuhi luapan ekspresinya sesuai dengan yang diinginkannya, tanpa harus memperdulikan bahasa ucap dari penyair lain saat itu. Chairil juga memberikan awalan kata kalauā yang berarti sebuah pengandaian. Jadi, Charil berandai-andai tentang suatu masa saat ia sampai pada apa yang ia cari selama ini, yaitu penemuan bahasa ucap yang berbeda dengan ditandai keluarnya puisi tersebut. Ku mau tak seorang kan merayu Pada kutipan 2 inilah watak Charil sangat tampak mewarnai sajaknya. Ia tahu bahwa dengan menuliskan puisi Aku ini akan memunculkan banyak protes dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan penyair. Memang dasar sifat Chairil, ia tak menanggapi pembicaraan orang tentang karyanya ini, karena memang inilah yang dicarinya selama ini. Bahkan ketidakpeduliannya itu lebih dipertegas pada lirik selanjutnya pada kutipan 3. Tidak juga kau Kau yang dimaksud dalam kutipan 3 adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Berbicara tentang baik dan buruk, bait selanjutnya akan berbicara tentang nilai baik atau buruk dan masih tentang ketidakpedulian Chairil atas keduanya. Tidak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Zaini, salah seorang Sahabat Chairil pernah bercerita, bahwa ia pernah mencuri baju Chairil dan menjualnnya. Ketika Chairil mengetahui perbuatan sahabatnya itu, Chairil hanya berkata, āMengapa aku begitu bodoh sampai bisa tertipu oleh kauā. Ini menunjukkan suatu sikap hidup Chairil yang tidak mempersoalkan baik-buruknya suatu perbuatan, baik itu dari segi ketetetapan masyarakat, maupun agama. Menurut Chairil, yang perlu diperhatikan justru lemah atau kuatnya orang. Dalam kutipan 4, ia menggunakan kata binatang jalangā, karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah ia dari kumpulannya terbuangā. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia dari kumpulannya terbuangā karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Peluru tak akan pernah lepas dari pelatuknya, yaitu pistol. Sebuah pistol seringkali digunakan untuk melukai sesuatu. Pada kutipan 5, bait tersebut tergambar bahwa Chairil sedang diserangā dengan adanya peluru menembus kulitā, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata āBiarā. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, Chairil masih memberontak, ia tetap meradang menerjangā seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap Chairil yang tak mau mengalah. Semua cacian dan berbagai pembicaraan tentang baik atau buruk yang tidak ia pedulikan dari sajak tersebut juga akan hilang, seperti yang ia tuliskan pada lirik selanjutnya. Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Inilah yang menegaskan watak dari penyair atau pun dari puisi ini, suatu ketidakpedulian. Pada kutipan 6, bait ini seolah menjadi penutup dari puisi tersebut. Sebagaimana sebuah karya tulis, penutup terdiri atas kesimpulan dan harapan. Kesimpulannya adalah Dan aku akan lebih tidak perduliā, ia tetap tidak mau peduli. Chairil berharap bahwa ia masih hidup seribu tahun lagi agar ia tetap bisa mencari-cari apa yang diinginkannya. Disamping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. SHARE TO Ā»
Analisi Puisi Aku karya Chairil Anwar AKU Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Analasis Puisi Aku karya Chairil Anwar Bait pertama Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kau Bait itu bermakna bahwa kebulatan keyakinan pengarang yang sangat terhadap apayang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata "kau" bisa menjadiseorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Bahkan merayupun tidakdiinginkan oleh pengarang Bait kedua Tak perlu sedu sedan itu Dalam bait yang satu baris itu sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibursiapapun yang merayunya. Walaupun bernuansa menghibur sebenarnya hal itubermaksud menegaskan bahwa dirayu dengan cara apapun entah sedih atauekspresi melas penulis tak akan goyah. Bait ketiga Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang Penulis semakin mempertegas keyakinannya dengan merendahkan hati bahwa iabukan sesuatu yang peting untuk diurusi maka hendaknya tidak perlu dibujukrayu karena hal itu akan sia-sia. Bait empat dan kelima Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periKEMAMPUANMEMPARAFRASEKAN PUISI āAKUā KARYA CHAIRIL ANWAR MENJADI PROSA OLEH SISWA KELAS X SMK SWASTA TAMANSISWA PEMATANGSIANTAR TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016. ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI āAKUā KARYA CHAIRIL ANWAR. 0 4 6 Download (82 Halaman - 698.82KB) Ć. Dokumen yang Anda mencari
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang cukup digemari oleh semua kalangan. Bahasanya yang indah dan penuh makna menjadi salah satu alasan puisi selalu menarik perhatian. Selain itu, tak jarang seseorang menggunakan media puisi untuk menyatakan kasih sayang kepada orang tua atau kerinduan dengan seorang sahabat dan Puisi juga bisa mengekspresikan suasana hati dan kondisi sosial maupun politik. Indonesia sendiri memiliki banyak penyair besar yang telah menghasilkan karya-karya puisi yang fenomenal, seperti Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Joko Damono, Joko Pinurbo dan lain sebagainya. Beberapa sastrawan tersebut memiliki gaya bahasanya masing-masing saat menulis dan membaca puisi. Terkadang, banyak orang yang kurang memahami tentang bahasa puisi. Oleh karena itu, disini saya mencoba untuk menganalisis atau memaknai puisi ā AKU Karya Chairil Anwarā I. Puisi AKUKarya Chairil AnwarKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Dari rangkaian kata puisi diatas, Berikut makna puisi Aku karya Chairil Anwar yang dapat saya sampaikan. Puisi ini bercerita tentang perjuangan. Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu, tidak juga kau. Di sini si aku menyampaikan kalau sampai waktunya telah tiba yang bisa diartikan sebagai waktu untuk ia berjuang. Dia tidak mau ada seorang pun yang akan menghalangi niatnya untuk berjuang, sekalipun itu adalah seseorang yang dia kasihi. "Tak perlu sedu sedan itu," ketika ia pergi berjuang, si aku tidak ingin ada yang bersedih. Dia ingin mereka mengikhlaskannya untuk berjuang Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Larik puisi ini mengibaratkan dirinya seperti binatang jalang. Binatang jalang disini adalah sosok yang keras, yang tidak mudah untuk dikekang. āDari kumpulannya terbuang,ā adalah pemikiran si aku yang mengganggap dirinya bagaikan seseorang yang tidak dianggap atau terbuang. Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang. Ini adalah bentuk semangat perjuangan yang ia miliki. Di sini, meskipun ketika dalam perjuangan terluka, peluru menembus kulit, namun dia tidak akan berhenti berjuang, semangatnya akan tetap membara. Luka dan bisa kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih peri. Ketika dia terluka, hal itu tidak dihiraukannya, tidak dirasakannya. Dengan semangat perjuangan yang membara, rasa sakit, pedih, dan perih itu pun seolah lenyap. Dan aku akan lebih tidak perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi. Pada akhir larik puisi ini, dapat diartikan bahwa si penyair tidak perduli dengan pandangan orang tentang dirinya. Akan tetapi, berkat perjuangannya, kelak ia akan tetap dikenang hingga seribu tahun lamanya. Nah, pada puisi ini dapat kita pahami bahwa perjuangan yang dilakukan Chairil Anwar adalah dengan karyanya. Puisi Chairil Anwar adalah karya yang membangkitkan semangat perjuangan, sehingga puisinya dicekal oleh Jepang karena dianggap membahayakan. Namun, Chairil Anwar tidak pernah berhenti berjuang. Ia terus berjuang dengan karya-karyanya. Semakin dikekang, semakin bergelora semangatnya untuk menghasilkan karya-karya yang membangkitkan semangat perjuangan. Sekian analisis saya untuk puisi Aku karya Chairil Anwar. Jika ada masukkan, kritik atau saran, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga untuk kedepannya, saya bisa lebih memberikan yang terbaik. Terima kasih...!
PuisiSajak Putih ditulis oleh Chairil Anwar pada tanggal 18 Januari 1944. Puisi ini diterbitkan di dalam dua antologi miliknya, yang pertama adalah Deru Campur Debu yang diterbitkan pada tahun 1993 oleh penerbit Dian Rakyat, Jakarta dan yang kedua adalah dalam antologi Tiga Menguak Takdir yang juga berisikan karya-karya milik Asrul Sani danPuisi Chairil Anwar yang berjudul Aku menjadi salah satu puisinya yang paling terkenal. Kutipan-kutipan lariknya banyak dipakai dan direproduksi dalam bentuk mural, kaus, maupun desain digital. Kutipan "Aku ini binatang jalang" juga kutipan "Aku ingin hidup seribu tahun lagi" menjadi yang cukup banyak untuk tidak mengatakan paling banyak digunakan. Puisi 'Aku' karya Cairil Anwar menjadi tonggak bagi bentuk dan semangat puisi Angkatan 45. Sebelum memublikasikan melaui cetakan, Chairil Anwar terlebih dahulu membacakan Puisi Aku di Pusat Kebudayaan Jakarta pada 1943. Baca Juga Kumpulan Hasil Analisis Puisi Karya Chairil Anwar Puisi tersebut kemudian diterbitkan di Pemandangan dengan judul Semangat. Penggunaan judul Semangat sebagai pengganti judul yang sebenarnya yaitu aku diperlukan untuk menghindari sensor dari pemerintah yang waktu itu diperintah oleh militer Jepang. Selain perubahan judul, larik yang berbunyi Ku mau tak seorang kan merayu juga diubah menjadi Ku tahu tak seorang kan merayu. Penggunaan Ku mau dianggap lebih radikal dibanding dengan Ku tahu. Jadi, penggunaan pilihan kata yang lebih 'lunak' ini bertujuan untuk menghindari penyensoran oleh pemerintah. Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar di Dinding di Belanda Sumber Gambar Berikut ini puisi Aku karya Chairil Anwar Selengkapnya Aku Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi! Parafrase Puisi Aku Kalau sudah sampai waktuku untuk pergi 'Ku mau tak seorang 'kan merayu untuk tetap tinggal Tidak juga kau Tak perlu tangis sedu sedanmu itu Aku ini adalah ibarat binatang jalang Dari kumpulannya terbuang maka harus pergi Biar peluru menembus kulitku hendak menghentikanku Aku tetap akan semakin meradang dan tetap menerjang Luka ini dan bisa racun ini kubawa berlari terus Berlari aku akan terus berlari Hingga hilang rasa pedih peri di hati Dan aku akan lebih tidak peduli dengan kenyinyiran orang meski begini Aku mau karyaku tetap hidup sampai seribu tahun lagi! Dari hasil parafrase di atas, dapat diketahui bahwa, puisi Aku karya Chairil Anwar tersebut menggambarkan semangat untuk terbebas dari kungkungan keadaan. Si Aku sadar bahwa, usahanya untuk 'menentang zaman' pasti akan membuatnya diasingkan terbuang, bahkan harus siap disakiti ditembus peluru. Tapi tokoh 'Aku' akan tetap menerjang segala rintangan itu, tidak memedulikan rasa sakitnya yang akan hilang dengan sendirinya. Bahkan dia sama sekali tidak akan peduli, hingga suatu saat karyanya benar-benar akan dikenang bahkan hingga seribu tahun lagi. Baca Juga Contoh Parafrase Lagu dan Puisi yang Lain Analisis Diksi Puisi Aku karya Chairil Anwar Dilihat dari diksi atau pilihan kata yang digunakan oleh Chairil Anwar, ada beberapa yang bisa dianalisis. Antara lain penggunaan rima, dan kata kiasan makna konotasi dalam puisi, juga ciri khas Chairil Anwar. Penggunaan Bunyi Irama yang digunakan oleh Chairil Anwar muncul di hampir setiap bait puisi Aku. Hal ini tampak pada baris-baris berikut ini Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Dalam bait di atas, tampak jelas bahwa ada pengulangan bunyi sengau ng yang berulang-ulang dalam satu bait. Ini bukan hal yang tidak disengaja. Penggunaan bunyi berulang seperti ini menunjukkan bahwa pilihan kata yang digunakan benar-benar diperhatikan. Hal yang sama juga tampak pada kata meradang menerjang dalam bait berikut ini Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Penggunaan pengulangan kata yang mirip juga tampak pada kata pedih peri dalam baris berikut Hingga hilang pedih peri Dalam baris tersebut, ada dua kata yang hampir serupa bunyinya yaitu kata pedih dan kata peri yang sama-sama diawali suku kata pe dan suku kata kedua mengandung bunyi i. Penggunaan Aliterasi Aliterasi adalah pengulangan bunyi vokal yang terdapat dalam satu kalimat. Dalam puisi Aku karya Chairil Anwar ini terdapat beberapa aliterasi yang dapat dianalisis. Luka dan bisa kubawa berlari Dalam baris di atas, terdapat aliterasi b. Pengulangan bunyi /b/ terdapat pada kata bisa, bawa, dan berlari. Pengulangan bunyi b ini memperkuat keindahan bunyi pada puisi Aku. Hingga hilang pedih peri Puisi aku juga mengandung aliterasi h yang tampak pada baris di atas. Ada yang digunakan sebagai awal kata pada hingga dan hilang juga digunakan di akhir kata yaitu pedih. Penggunaan bunyi h yang berulang menunjukkan makna kesedihan. Ciri Khas Chairil Anwar Hampir dalam setiap puisinya, Chairil Anwar melakukan penghilangan bunyi untuk kata-kata yang sudah umum diketahui. Dalam beberapa puisi yang lain, Chairil bahkan menghilangkan bunyi ma dalam kata manusia sehingga hanya menjadi 'nusia. Dalam puisi Aku ini, si Binantang Jalang ini, 'hanya' menghilangkan bunyi 'a' pada kata aku dan kata akan. Sehingga hanya menjadi 'Ku dan 'kan seperti tampak pada baris 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Pemendekan atau lebih tepatnya pemotongan kata seperti ini menjadi ciri khas Chairil Anwar dan menjadi pelopor di Zamannya. Tema dan Amanat Puisi adalah karya sastra di zamannya dan bisa dimaknai lintas waktu menembus masa. Puisi Aku karya Chairil Anwar ini ditulis digubah dalam masa penjajahan Jepang yang sangat represif. Maka dari itu, puisi ini bisa dimaknai sebagai puisi yang bertemakan kesanggupan diri melawan kemapanan, berjuang menjadi bangsa yang bebas dalam berkarya dan mengarungi hidup. Chairil menggambarkan hal itu sebagai 'berlari'. Bergerak dengan sangat cepat. Meskipun sifat dan sikapnya itu akan memunculkan kesulitan dan mendapat ancaman dari berbagai pihak, dia tidak pernah peduli. Karena dia yakin bahwa, suatu saat karya dan sikapnya akan tetap dikenang, bahkan sampai seribu tahun lagi. Jadi, tema dalam puisi aku adalah menjadi diri sendiri yang bebas dari penjajahan. Adapun amanatnya adalah Mari terus berjuang, meski merasakan sakit. Karena di akhir perjuangan pasti akan ada kemenangan. Baca Juga Karakter tokoh 'aku' dalam Puisi 'Aku' Karya Chairil Anwar. Demikian contoh analisis puisi Aku karya Chairil Anwar sang Pelopor Angkatan 45. ParafrasePuisi Aku Karya Chairil Anwar - KT Puisi. Daftar karya Chairil Anwar - Wikiwand. Daftar karya Chairil Anwar - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. KEMAMPUAN MEMPARAFRASEKAN PUISI āAKUā KARYA CHAIRIL ANWAR MENJADI PROSA OLEH SISWA KELAS X SMK SWASTA TAMANSISWA PEMATANGSIANTAR Semiotik adalah ilmu yang pempelajari tentang tanda yang mempunyai makna. Tokoh dalam semiotik terdiri atas Ferdinan de Saussure, dan Charles Sander Pierce. Menurut Sariban, 200944-45 konsep Semiotik menurut Ferdinan de Saussure menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda signifier, dan petanda signified. Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu petanda. Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda adalah arti yang ditimbulkan oleh bentuk formal. Semiotika, biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda the study of signs, pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna Scholes, 1982 ix. Menurut Charles S. Pierce 1986 4, maka semiotika tidak lain sebuah nama lain bagi logika. Sedangkan Ferdinand de Saussure 1966 16, semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda,ā suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakatā. Konsep Semiotik menurut Charles Sander Pierce merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Iklan 1. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. 2. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas sebab-akibat. 3. Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda bersifat arbiter Sariban, 200945-46. Dalam pembahasan ini analisis semiotika dilakukan terhadap karya sastra yang sebaiknya dimulai dengan analisis bahasa dan menggunakan langkah-langkah seperti dalam tataran linguistik wacana. Yaitu dengan menganalisis aspek sintaksis, dan menganalisis aspek semantik. Puisi āAkuā karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah AKUā yang mencari tujuan hidup. 1. Bait Pertama Kalau Sampai Waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Pada Baris pertama ā Kalau Sampai Waktukuā penyair membuat kalimat seperti itu, penyair Waktu yang dimaksud dalam Baris pertama adalah sampaian dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatasi oleh waktu. mengibaratkan kelak jika sudah saatnya di pergi . Pada baris kedua ā Ku mau Tak Seorang Kan Merayu ā penyair membuat kalimat seperti itu, penyair ingin jika memang sudah waktunya ia tak ingin ada satu orang pun yang membujuknya , memohon agar ia tetap disini. Pada Baris ke tiga ā Tidak Juga Kau ā kau disini adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. penyair membuat kalimat seperti itu , untuk menyampaikan bahkan dia sekali pun tidak bisa memohon. 2. Bait Kedua Tak Perlu sedu Sedan Aku ini binatang Jalang Dari kumpulan terbuang Pada baris pertama āTak perlu sedu sedanā penyair membuat kalimat seperti itu, karna ia ingin tak perlu ada tangis dan kesediahan, Penyair pada baris Kedua ā Aku binantang Jalangā karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah pada paris ketiga ia menulis āDari kumpulannya terbuangā. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia dari kumpulannya terbuangā karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya. 3. Bait Ketiga Biar peluru menembus kulitku Aku tetap merendang menerjang Pada Baris Pertama āBiar peluru menembus kulitkuā pada baris tersebut tergambar bahwa penyair sedang diserangā dengan adanya peluru menembus kulitā, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata āBiarā. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, pada baris ke dua āAku tetap merendang menerjang ā Penyair masih memberontak, ia tetap meradang menerjangā seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap penyair yang tak pantang menyerah . 4. Bait Keempat Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Pada baris pertamaā Luka dan bisa kubawa berlariā Penyair ingin tetao pergi membawa Semua cacian dan berbagai pembicaraan tentang baik atau buruk yang tidak ia pedulikan dari sajak tersebut juga akan hilang, seperti yang ia tuliskan pada lirik āHingga Holang pedih perih ā Agar semua rasa sakit yang ia rasakan dapat segera hilang. 5. Bait Kelima Dan aku akan lebih tidak perduli Aku ingin hidup seribu tahun lagi Pada baris pertama ā Dan aku akan lebih tidak perduli ā ia tetap tidak mau peduli. Chairil berharap bahwa ia masih hidup seribu tahun lagi agar ia tetap bisa mencari-cari apa yang itu penyair ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari penyair , bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, penyair juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. Ikuti tulisan menarik Roman Sah lainnya di sini. .