OswaldChambers menulis buku renungan klasik, "Sasaran utama dari misionaris adalah untuk melakukan kehendak Allah, bukan untuk menjadi berguna, bukan untuk memenangkan seorang penyembah berhala.". Melakukan hal itu memang berguna, ia sudah memenangkan orang kafir, namun itu bukanlah sasaran utamanya.
Elsie C. Di katakan di Ibrani 1036, “Kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu, yaitu hidup . Hanya satu jenis orang yang akan tetap hidup selama-lamanya, yaitu orang yang melakukan kehendak Allah. 1Yoh. 217 Namun tidaklah mudah bagi kita untuk melakukan kehendak Allah. Terdapat beberapa hal yang mendasar yang akan membantu kita dalam melakukan kehendak Tuhan. Kita harus Percaya kepada-Nya. Dalam hal yang berhubungan dengan kehidupan kita, kita hanya akan melakukan perintah atau kehendak dari orang yang kita percayai atau ditakuti. Namun Allah lebih senang kalau kita melakukan kehendak Allah karena kita percaya kepada-Nya bukan karena kita takut pada-Nya. Sebagai seorang Bapa yang baik, Dia lebih senang dipercayai daripada ditakuti. Dalam hubungan dengan seseorang yang memberi perintah, apakah orangtua, guru, dokter dll., tanda kepercayaan adalah ketaatan. Dan sebaliknya tanda ketidak-percayaan ialah ketidak-taatan. Orang yang hidup dalam ketidak-taatan dalam pengertian apapun tidak dapat disebut orang percaya, karena ketidak-taatannya adalah bukti ketidak-percayaannya, sekalipun ia mempercayai dengan segenap hati Yesus ialah Tuhan! Kehendak Allah tidak berat. Apakah kita menemukan bahwa kehendak atau perintah Allah itu berat? Jika kita mengasihi seseorang, setiap keinginan dan kehendaknya sangatlah enteng. Kita akan dengan penuh semangat berusaha untuk menyenangkan hati orang yang kita kasihi. Orang yang sedang berpacaran pasti tahu hal ini. Karena cinta, tidak ada yang terasa berat, banyak orang yang bahkan sanggup mengorbankan segalanya karena cinta. Jika kita sesungguhnya mengasihi Tuhan, perintah-Nya tidak akan terasa berat, karena satu-satunya upah yang kita cari ialah kesenangan-Nya. Seperti yang dikatakan oleh Yohanes, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat 1 Yoh. Pandangan tentang kehendak Allah. Kehendak Allah itu baik dan sempurna bagi kita. Allah tidak memperoleh apa-apa ketika kita melakukan kehendak-Nya. Semua kehendak-Nya adalah demi kebaikan dan keuntungan kita. Tidak ada satupun yang kita lakukan “untuk Dia” yang menguntungkan Dia, tetapi justru untuk keuntungan kita sendiri! Kita menyembah Dia, tapi yang untung kita sendiri. Jika kita berdoa, siapa yang untung? Dan ini termasuk semua larangan yang Tuhan tetapkan bagi kita. Kita seringkali memandang kehendak dan larangan Allah sebagai mengekang kebebasan kita. Akal budi kita harus diperbarui untuk melihat bahwa setiap perintah Allah itu adalah untuk kebaikan dan untuk melindungi kita dari yang jahat. Oleh karena itu, dalam melakukan kehendak Allah, janganlah kita berpikir kita telah mengorbankan sesuatu, karena dalam kenyataannya kita tidak rugi apa-apapun, tetapi malah memperoleh segala sesuatu. Kita harus kumpul, duduk dan dengar. Alasan yang sering diberi untuk tidak melakukan kehendak Allah adalah karena kita tidak mengetahuinya. Di Matius 1250 Yesus berkata bahwa siapa saja yang melakukan kehendak Bapa di surga adalah saudaranya. Yesus menunjuk kepada mereka yang sedang berkumpul, duduk dan mendengarkan firman Tuhan Mt Firman Tuhan mengungkapkan kehendak Tuhan. Memang benar bahwa kita tidak mungkin dapat melakukan kehendak Tuhan, jika kita tidak mengetahuinya. Dan cara untuk mengetahui kehendak Tuhan adalah mengetahui apa yang diucapkan atau dikatakan oleh-Nya. Kehendak seseorang diungkapkan lewat kata-katanya, demikian juga dengan Tuhan, kata-kata-Nya atau firman-Nya mengungkapkan isi hati dan kehendak-Nya. Tidak ada alasan untuk kita berkata kita tidak mengetahui kehendak Tuhan padahal Dia sudah mengungkapkan semuanya di dalam Kitab Suci. Waktu. Kita perlu meluangkan waktu untuk mengetahui maupun melakukan kehendak Tuhan. Paulus meminta kita untuk mempergunakan waktu kita dengan arif dan bijaksana. Dan orang yang arif akan mempergunakan waktu untuk mengerti kehendak Allah Efe 515-17. Sangat menyedihkan melihat bagaimana orang membuang waktu mereka untuk hal-hal yang tidak berguna; menonton filem-filem yang tidak berguna, membaca majalah-majalah dan buku-buku yang tidak bermanfaat dan juga menghabiskan waktu melakukan kegiatan-kegiatan yang sia-sia. Kesibukan tidak selalunya berarti produktivitas. Waktu adalah hidup, dan jika kita arif, kita akan memaksimalkan waktu kita untuk mencari-tahu kehendak Allah bagi kehidupan kita. Kita dapat memulainya dengan memperhatikan dengan seksama bagaimana kita hidup, atau dengan kata lain, bagaimana kita mempergunakan waktu kita. Ada baiknya kita mulai menyerderhanakan hidup kita. Kiranya kita ditemukan seperti Maria yang meninggalkan segala kesibukan dan memfokuskan diri untuk duduk dan mendengarkan perkataan Yesus dan tidak seperti Marta yang sibuk melakukan banyak hal dan gagal dalam memilih bagian yang terbaik Lukas Dan setelah mendengarkan isi hati Tuhan, kita tinggal melakukannya karena kita mengasihi dan mempercayainya dari kedalaman hati kita. Post navigation
Bertumbuhsebagai keluarga Allah berarti keluarga bertumbuh di dalam Kristus from RELIGION 111 at SMAN 96 JAKARTA
Pastor Eric Chang Matius 1246-50 Kita akan membahas Firman di Matius 1246-51. Pada pesan yang lalu, kita telah membahas pengajaran Yesus di ayat 43-45. Kita melihat betapa pentingnya dipenuhi oleh Roh Allah; bahwa hidup kita tidak boleh sampai kosong. Jika kita tidak dipenuhi oleh Roh Allah, maka kita akan menjadi korban kuasa si jahat. Hari ini kita masuk pada Matius 1246-50 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Kata-kata di atas sangatlah penting bagi kita dalam memahami ajaran Yesus. Kita lihat juga bagian bacaan yang sejajar di Lukas 819-21. Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Hal ini memberi kita gambaran lain bahwa begitu banyak orang yang mengerumuni Yesus saat dia mengajarkan Firman Allah sehingga keluarganya tidak bisa mendekati dia Orang memberitahukan kepada-Nya “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Perikop yang sejajar ini menjelaskan ayat-ayat di Matius tadi Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku? Jawabnya adalah “siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”. Apakah arti dari kalimat “yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga”? Itulah “mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya!” Dengan membandingkan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya di dalam Kitab Suci, kehendak Allah dan Firman Allah ternyata sejajar. Selanjutnya, jika kita buka ke Lukas 1127-28, Anda akan melihat bahwa perikop yang sebelumnya berkaitan dengan apa yang sedang kita pelajari di Matius pasal 12, tentang orang yang hidupnya kosong dan dikuasai lagi oleh delapan roh najis. Lukas 1127-28 berbunyi Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” Bagian bacaan ini berkenaan dengan kehendak Allah. Apakah kehendak Allah itu? Bagaimana kita bisa melakukan kehendak Allah? Apakah makna penting dari kehendak Allah itu? Ikatan keluarga bukan paspor menuju Kerajaan Allah Apa konteks dari Matius 1246? Yesus sedang mengajar banyak orang, dan apa yang terjadi? Keluarganya datang dan menyela kegiatannya. Ayat 46 berbunyi, “Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu,” dia belum selesai, dia masih sedang berbicara pada orang banyak, dan keluarganya datang serta berkeras ingin bertemu dengannya. Mereka ingin berbicara dengannya, padahal dia masih belum selesai mengajar. Suatu hal yang lazim dilakukan oleh sanak keluarga, bukankah begitu? Mereka selalu merasa bahwa mereka punya hak atas diri Anda, tak peduli apapun hal yang sedang Anda kerjakan. Dan jelas sekali, fakta bahwa Yesus sedang mengajarkan Firman Allah tidak mengendurkan niat mereka; orang banyak yang sedang bersemangat mendengarkan Firman Allah juga tidak membuat mereka undur. Kelihatannya mereka belum siap untuk menunggu sampai Yesus selesai mengajar, mereka menyuruh seseorang untuk memberitahunya, padahal Yesus masih sedang mengajar. Inilah hal yang perlu kita camkan. Lalu, ketika Yesus sedang terhenti sejenak kegiatan mengajarnya, dia berkata, “Saudaraku dan ibuku adalah mereka yang melakukan kehendak Allah, Bapaku di surga.” Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah, hubungan darah, pertalian antara manusia, tidak punya makna penting di dalam Kerajaan Allah. Yesus berkata kepada orang banyak dan kepada orang yang menyampaikan pesan tersebut, bahwa tak seorang pun yang berhak mengklaim dirinya hanya karena orang tersebut adalah kerabatnya. Hanya ada satu hal yang penting di dalam Kerajaan Allah, dan hal itu adalah kehendak Allah. Dan ini adalah pokok yang harus dipahami oleh semua orang Kristen. Satu-satunya hal yang penting di dalam Kerajaan Allah adalah kehendak Allah, yang lain tidak penting. Jadi jelaslah bahwa para kerabatnya itu belum mengerti hakekat dari Kerajaan Allah. Dan mereka berpikir bahwa pertalian jasmani antara mereka dengannya memberi mereka hak atas Yesus. Hal ini memang berlaku di dalam kerajaan duniawi. Jika Anda kebetulan adalah seorang kerabat dari presiden, perdana menteri, atau petinggi di sebuah negara, maka sudah sewajarnya, menurut ukuran duniawi, Anda berhak mendapat perhatian darinya. Sebagai contoh, jika saya adalah saudara dari Presiden Obama, maka tentu saja saya bisa langsung masuk ke Gedung Putih, sementara orang lain masih harus antri di luar dan menunggu sampai pemandu mereka mengantarkan mereka berkeliling di Gedung Putih. Jika saya bisa menunjukkan bahwa saya adalah saudaranya, maka hal itu sudah merupakan bukti yang cukup. Tak seorang pun akan berani menghalangi saya untuk bertemu dengan saudara saya. Jika ibu dari seorang Presiden datang, maka tak seorang pun akan berani mengusirnya dari hadapan sang presiden. Dia berhak untuk bertemu dengan si presiden dan orang yang berani menghalanginya akan menghadapi banyak masalah. Begitulah tata cara yang berlaku di dunia, akan tetapi bukan itu tata cara yang berlaku di dalam Kerajaan Allah. Di dalam Kerajaan Allah, pertalian darah tidak berarti apa-apa. Yang penting hanya kehendak Allah saja. Yang lainnya tidak berlaku. Hal ini saya tegaskan berkali-kali karena Yesus memang ingin agar kita memahaminya. Berdasarkan ayat-ayat ini, Maria sama sekali tidak memiliki kedudukan yang khusus, tidak di dalam Kitab Suci dan juga tidak di dalam ajaran Yesus. Jika dia memang berhak untuk mendapatkan penghargaan, tentunya hal itu bukan karena dia memiliki pertalian darah, dan pokok ini akan kita lihat nanti. Di dalam Kerajaan Allah, pertalian darah sama sekali tidak berarti apa-apa. Ini bukan berarti bahwa Yesus tidak menghormati dan tidak mengasihi ibunya; bukan begitu maksudnya. Dia mengasihi ibu dan menghormati ibunya. Akan tetapi kita sekarang ini sedang berbicara tentang Kerajaan Allah, yaitu di dalam kaitannya dengan makna keselamatan, tentang hal memasuki Kerajaan Allah. Anda tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah, atau diselamatkan, karena Anda memiliki pertalian darah dengan Yesus. Pertalian darah bukanlah paspor menuju keselamatan. Ini adalah poin penting pertama yang perlu kita camkan. Iman yang mengerjakan kehendak Allah Pertama-tama, tak seorangpun masuk ke dalam keselamatan kecuali melalui pelaksanaan kehendak Allah. Jika Anda tidak mengerjakan kehendak Allah, Anda tidak akan mungkin diselamatkan. Anda tidak akan diselamatkan oleh keyakinan pada doktrin yang benar. Tidak ada ayat yang mendukung keyakinan semacam itu. Anda tidak diselamatkan dengan mengandalkan kenyataan bahwa Anda adalah jemaat Injili yang baik, karena kebetulan Anda masuk ke gereja yang benar dan mempercayai hal-hal yang benar. Apakah semua itu akan menyelamatkan Anda? Tidak sedikitpun! Anda tidak akan melangkah masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan hal semacam itu. Keyakinan Injili Anda hanya akan membawa Anda masuk ke dalam gereja Injili. Atau, jika Anda adalah seorang jemaat Anglikan, hal itu akan membawa Anda masuk ke gereja Anglikan seandainya Anda mempercayai doktrin-doktrin Anglikan yang benar. Jika Anda mempercayai doktrin-doktrin Katholik yang benar, hal itu hanya akan membawa Anda masuk ke dalam gereja Katholik, dan tercatat di dalam daftar jemaat mereka. Hal itu tidak akan membawa Anda masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tidak akan membawa Anda mendekat kepada Allah. Satu-satunya hal yang penting di dalam keselamatan hanyalah kehendak Allah, bukannya menyakini kredo yang benar, atau doktrin yang benar. Sekalipun hal tersebut sangat penting, akan tetapi tidak akan membawa Anda masuk ke dalam Kerajaan Allah. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa jika hal-hal tersebut tidak membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Allah, lalu kita boleh mempercayai sembarang doktrin yang salah. Yang saya maksudkan adalah bahwa mempercayai doktrin yang benar tidaklah cukup untuk membawa Anda masuk ke dalam Kerajaan Allah. Doktrin yang benar hanyalah titik awal saja. Anda masih harus melangkah mengerjakan kehendak Allah. Yesus menegaskan hal ini dengan sangat nyata di Matius 721, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Lalu, siapakah orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah jika bukan mereka berseru, “Lord, Lord“? Lagi pula, seluruh Jemaat berseru, “Lord, Lord“! Yesus berkata, “Hanya mereka yang melakukan kehendak BapaKu di surga, bukan yang berseru kepada-Ku!'” Yesus berkata, “Jangan berpikir karena kamu memanggil Aku Lord’ maka hal itu akan membawa kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Bahkan yang melakukan mukjizat, karya-karya besar, berbahasa roh, apapun itu, semua itu tidak akan membawa kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Orang-orang tersebut melakukan semua hal itu di Matius 721, namun mereka tidak masuk ke dalam Kerajaan Allah. Anda berkata, “Wah! Lalu bagaimana caranya masuk?” Yesus berkata, “Dengan melakukan kehendak BapaKu di surga”; itulah syarat yang dia minta. Jadi, jangan berpikir bahwa karena Anda telah memiliki kuasa rohani tertentu, Anda bisa mengerjakan mukjizat, maka hal itu merupakan jaminan bagi Anda untuk masuk ke surga. Anda tidak akan masuk ke surga dengan mengandalkan hal itu. Tidak ada cara lain kecuali melakukan kehendaknya. Yesus sendiri menegaskan bahwa satu-satunya jalan bagi Anda untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah melalui iman yang mengerjakan kehendak Allah. Sekarang jelaslah, tanpa iman, Anda tidak akan mau melakukan kehendak Allah, bukankah begitu? Akan tetapi iman itu sendiri tidak akan menyelamatkan Anda jika tidak terwujud dalam pelaksanaan kehendak-Nya. Itulah yang diajarkan Yesus. Iman yang mengerjakan kehendak Allah. Iman yang tidak sekadar percaya bahwa kehendak Allah itu baik tetapi juga bergerak melakukannya. Banyak Orang hanya memperalat Allah Tentu saja, kita bisa percaya bahwa kehendak Allah itu baik. Saya sering bertemu dengan orang-orang Kristen, yang tidak pernah melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah. Tetapi di saat mereka berada dalam masalah mereka selalu mencari tahu tentang kehendak Allah. Bisa dikatakan bahwa mereka tahu bahwa kehendak Allah itu baik. Jika tidak, mengapa mereka ingin mencari tahu? Mereka datang dan bertanya, “Bagaimana cara supaya aku bisa tahu kehendak Allah?” Akan saya katakan pada mereka bahwa jika Anda ingin tahu apa kehendak Allah, janganlah menunggu sampai masalah datang baru mau melakukannya, karena, pada saat itu, Anda akan mendapati bahwa mencari tahu kehendak Allah itu sangat sukar. Anda harus mulai dengan melakukannya sekarang juga. Lalu, seiring dengan pelaksanaannya, Anda akan mendapati bahwa mencari tahu kehendak Allah itu mudah. Bagi mereka yang bergegas mendatangi Allah di saat-saat berada dalam masalah, mereka akan menghadapi kesulitan yang sangat besar untuk mengetahui apa kehendak Allah. Mereka mendapati bahwa Allah tidak berbicara kepada mereka. Mengapa? Karena mereka hanya ingin memperalat Allah. Mereka tidak tahu apa arti melakukan kehendak Allah itu. Hanya pada saat Anda mempunyai masalah, Anda membutuhkan Allah dan ingin tahu apa yang dikehendaki oleh Allah karena Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Banyak juga orang yang lari ke tukang ramal. Anda bisa memperalat tukang ramal. Taruh saja uang di atas meja, maka petunjuk akan Anda dapatkan, jika hal itu bisa Anda katakan sebagai petunjuk’. Anda tidak bisa memperalat Allah dengan cara ini. Anda harus secara konsisten melakukan kehendak Allah atau, jika tidak saat tiba waktunya, Anda akan kesulitan mengetahui apa kehendak-Nya, karena pada saat itu Anda hanya ingin memperalat Dia. Dan Allah tidak mau diperalat seperti ini. Dia tidak akan tunduk kepada kita. Kitalah yang harus tunduk kepada-Nya. Jadi, marilah kita pahami hal ini dengan jelas. Bersediakah Anda mengarahkan kehendak Anda untuk melakukan kehendak-Nya? Ungkapan Memasuki Kerajaan Allah’ yang dipakai oleh Yesus sebenarnya berarti diselamatkan’ dalam istilah Paulus. Kerajaan Allah, seperti yang sudah kita lihat sebelumnya, berarti masuk ke dalam pemerintahan-Nya. Kerajaan Allah artinya kedaulatan Allah, pemerintahan Allah di atas kita. Bagaimana mungkin Anda bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah jika Anda tidak bersedia melakukan kehendak-Nya dan berada di bawah pemerintahan-Nya? Cukup mudah untuk dipahami bukan? Mengapa begitu penting melakukan kehendak Allah? Karena Allah memberikan Roh-Nya hanya kepada mereka yang melakukan kehendak-Nya. Hal itu dinyatakan dengan jelas bagi kita di dalam Kisah 532. Kisah 532 berbunyi … Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia. Dan Paulus memberitahu kita di Roma 89, Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Jika Anda sandingkan kedua ayat itu, maka Anda tidak perlu menjadi seorang ahli logika, atau matematika, untuk bisa memahaminya. Jika Anda ingin memiliki Roh Kudus, maka Anda harus mentaati Dia. Hanya mereka yang memiliki Roh Kudus yang menjadi milik Kristus. Dengan demikian, hanya mereka yang mentaati Kristus yang merupakan miliknya. Semuanya sangat jelas, dan saya ingin bertanya kepada Anda sekarang, jika Anda menilai bahwa Anda ini orang Kristen, apakah Anda taat dalam melakukan kehendak Allah? Orang Kristen macam apakah Anda? Apakah Anda termasuk jenis mereka yang berpikir bahwa karena Anda memeluk doktrin yang benar, maka Anda akan masuk surga? Kalau begitu, berarti saya merusak impian Anda. Berdasarkan Kitab Suci Anda tidak akan masuk ke surga dengan cara itu. Anda harus siap berkata, “Tuhan, dengan kasih karunia-Mu, aku akan melakukan kehendak-Mu, segala kehendak-Mu.” Jika Anda memiliki komitmen semacam ini dalam melakukan kehendak Allah, maka saya bisa berkata bahwa Anda berada di jalur menuju keselamatan. Anda termasuk jenis orang yang bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah, karena Anda adalah orang yang telah menerima Roh Allah; karena Anda adalah jenis orang yang bersedia mengarahkan kehendak Anda untuk melakukan kehendak-Nya. Kehendak Allah tidak memberatkan karena saya percaya dan mengasihi Dia Hal ini membawa kita pada pertanyaan selanjutnya. Apakah kehendak Allah yang begitu penting itu? Apakah hakekat dari kehendak-Nya? Mengapa saya harus melakukan kehendak-Nya? Mengapa Anda ingin melakukan kehendak orang lain jika Anda tidak percaya pada orang itu, jika Anda tidak mengasihi orang itu? Saya melakukan kehendak orang lain tentunya karena saya percaya kepada orang itu. Jika dia memberi saya perintah, saya akan mentaatinya karena dia adalah orang yang pertimbangannya bisa saya percayai. Jika dia menyampaikan sesuatu yang harus saya kerjakan, sekalipun saya tidak mengerti, saya tetap akan melakukannya, karena saya percaya pada pertimbangan dan hikmatnya. Mengapa saya bersedia melakukan kehendak Allah? Karena saya percaya kepada Allah. Saya percaya pada hikmat, pengetahuan dan pemahaman-Nya. Lebih dari itu, saya melakukannya karena saya mengasihi Dia. Mengapa seseorang mentaati orang yang lainnya? Salah satu alasannya adalah karena Anda mengasihi orang itu. Bukankah kita sering melakukan kehendak orang lain karena kita mengasihi orang itu, sekalipun bisa saja orang itu ternyata salah? Syukur kepada Allah, tidak ada bahaya melakukan kesalahan jika kita melakukan kehendak-Nya. Namun itulah alasan lain mengapa kita melakukan kehendak-Nya. Karena kita mengasihi Dia. Jadi, kita memiliki dua dasar di dalam melakukan kehendak Allah yang pertama adalah karena kita tahu bahwa kehendak Allah tidak mungkin salah, dan yang kedua adalah karena kita mengasihi Dia. Dengan demikian, melakukan kehendak-Nya tidak akan menjadi beban bagi kita. Seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes di dalam suratnya yang pertama, “Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” Mengapa tidak berat? Karena kita mengasihi Dia. Di saat Anda mengerjakan sesuatu bagi orang yang Anda kasihi, tak terasa ada beban di sana. Justru membahagiakan; menyenangkan. Seperti yang tertulis di Ibrani 107, “Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Benar! Orang Kristen sejati adalah orang yang mengerjakan kehendak Allah bukan karena merasa wajib, melainkan karena hal itu memberi dia sukacita. Itulah tanggapan yang layak bagi Allah yang kasih-Nya tidak akan membiarkan kita pergi. Sungguh sangat indah. Kehendak Allah selalu baik bagi saya Terlebih lagi, saya percaya kepada kehendak Allah karena saya tahu bahwa kehendak Allah buat saya selalu baik. Poin ini sangat penting untuk kita camkan. Cukup mengejutkan, banyak sekali orang Kristen yang tidak memahami hal ini dengan jelas. Saat Allah berkata kepada kita, “Jangan lakukan itu.” Kita merasa bahwa diri kita sedang dikekang. Itu pemahaman yang salah. Sangat keliru! Inilah alasan mengapa Hawa jatuh ke dalam dosa saat dia digoda oleh Iblis. Dia mengira bahwa Allah sedang menahan sesuatu yang baik dari dia, bukankah begitu? Saat Allah berkata, “Jangan makan buah dari pohon itu.” Jika Anda berpikir, “Hah! Pasti ada sesuatu yang baik dari pohon yang Allah larang untuk kumakan buahnya ini.” Ini adalah suatu kebodohan! Ini adalah suatu kegagalan di dalam memahami bahwa kehendak Allah adalah selalu dilandasi itikad yang baik. Jangan pernah berpikir bahwa ketika Allah berkata, “Jangan lakukan hal ini atau itu,” berarti Dia sedang menahan sesuatu yang baik dari Anda. Dia tidak pernah menahan sesuatu yang baik dari Anda. Seperti yang kita lihat di dalam Mazmur 8412, Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Apakah Anda memiliki keyakinan seperti itu? Jika tidak, itu karena Anda masih belum mengenal Allah dengan baik. Pelajarilah Firman Allah dan Anda akan mendapati bahwa segala sesuatu yang Allah buat itu dirancang untuk kebaikan kita. Kedengarannya seperti omongan seorang guru kepada murid-muridnya, bukankah begitu? Atau, seperti omongan orang tua kepada anak-anaknya, “Itu semua demi kebaikanmu.” Namun kita tidak senang mendengarnya. Walaupun ternyata memang semuanya demi kebaikan kita. Telitilah kehendak Allah di dalam Kitab Suci, dan Anda akan mendapati bahwa semua yang Dia inginkan, yang telah Dia kerjakan, semuanya demi kebaikan dan kesejahteraan kita. Pernahkah Anda memperhatikannya? Apakah ada tertulis di dalam Kitab Suci tentang kehendak-Nya yang tidak untuk kebaikan kita? Semuanya merupakan ungkapan kasih-Nya kepada kita. Bahkan hajaran yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, dilakukan karena kasih dan kepedulian mereka pada kesejahteraan si anak. Tidak ada hal yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yang tidak diniatkan untuk kebaikan si anak. Dapatkah Anda memiliki keyakinan yang sama terhadap kehendak Allah? Jika Anda bisa, maka Anda akan bersukacita di dalam melakukan kehendak-Nya, karena kehendak-Nya itu demi kesejahteraan Anda. Kita mengetahui kehendak Allah melalui Firman dan Roh-Nya Namun hal ini membawa kita pada pertanyaan selanjutnya. Bagaimana kita bisa tahu kehendak Allah supaya kita bisa melakukannya? Baru saja, kita melihat bahwa kehendak Allah terungkap di dalam Firman-Nya. Dan betapa Yesus bersukacita di dalam melakukan kehendak Allah, sampai dia berkata di Yoh 434, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Maksudnya adalah, “Apakah makananku? Untuk apa aku menjalani hidup ini? Untuk melakukan kehendak Allah. Kehendak Allah mencukupkanku. Mengerjakan kehendak Allah adalah hal yang menyehatkanku.” Itulah pola kehidupan Yesus. Itulah kualitas hidupnya. Tekad Yesus di dalam menjalankan kehidupan ini hanya satu kehendak Allah, yang merupakan makanan baginya. Di Matius 44, saat Iblis mencobai Yesus, Yesus berkata kepadanya, “Ada tertulis Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Dengan kata lain, Firman Allah adalah makananku. Aku hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Sandingkan ayat-ayat itu dan Anda akan dapatkan bahwa Firman Allah dan Kehendak Allah itu identik. Mengerjakan kehendak Allah berarti mengerjakan Firman Allah. Roh Kudus adalah air yang kita minum Ada hal indah yang lain di Yohanes 736-37, di mana Yesus berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Lalu kita lihat di ayat 37 dan 38 bahwa yang dia maksudkan adalah Roh Kudus. Tahukah Anda apa yang sedang kita bahas sekarang ini? Firman Allah adalah roti, makanan. “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Dan Roh Allah adalah air. Firman Allah adalah makanan untuk kita makan, dan Roh Allah adalah air untuk kita minum. Anda bisa hidup untuk sementara waktu tanpa makanan, akan tetapi Anda tidak bisa hidup tanpa air. Dengan kata lain, tak ada orang Kristen yang bisa hidup tanpa Roh Allah. Saya tidak bisa hidup tanpa Roh Kudus. Saya bahkan tidak bisa berbicara tentang kehendak Allah tanpa Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan saya untuk hidup. Dialah hidup saya. Dialah aliran-aliran air yang hidup itu, air yang saya terima dari Yesus. Roh Kudus membuat kita lapar akan Firman Allah Jika saya haus, maka selera makan saya hilang. Pernahkah Anda mencoba makan di saat Anda kehausan? Mulut Anda terasa kering. Tenggorokan Anda terasa macet. Anda tidak bisa menelan apa-apa. Saat Anda telah minum, sesaat kemudian, selera makan Anda muncul. Dengan kata lain, Roh Allah bekerja di dalam diri kita saat Roh Kudus masuk ke dalam hidup Anda, Anda mulai merasa lapar akan Firman Allah. Saat saya melihat orang-orang yang lapar akan Firman Allah, saya mulai melihat bahwa Roh Allah bekerja pada orang-orang itu. Saya tahu bahwa orang tersebut telah datang kepada Tuhan. Saya bisa melihat perubahan di dalam hidupnya. Demikianlah kita bisa mengetahui kehendak Allah melalui Firman-Nya dan melalui Roh-Nya. Di satu sisi, Roh Kudus yang menjelaskan kepada saya tentang arti Firman Allah. Di sisi lain, Firman Allah yang mengajarkan kepada saya untuk terus taat kepada Roh. Dengan demikian, keduanya bekerja bersama-sama, Firman Allah dan Roh Allah memampukan saya untuk melakukan kehendak Allah, dan memampukan saya untuk mengetahui kehendak-Nya. Jadi, saya membutuhkan makanan dan air untuk mengerjakan kehendak-Nya. Dan Allah telah menyediakan keduanya. Dia tidak membiarkan saya dalam kebingungan tentang apa itu kehendak-Nya dan bagaimana melakukannya? Satu-satunya hal yang Dia minta dari kita adalah bahwa kita sendiri memiliki hasrat untuk mencari tahu tentang kehendak-Nya, dan hasrat untuk mengerjakan hal tersebut di atas segala-galanya. Apakah Anda bersedia melakukan kehendak-Nya? Orang bertanya pada saya, “Bagaimana saya bisa tahu kehendak Allah?” Saya berkata, “Sebelum Anda menanyakan hal itu, Anda perlu bertanya pada diri Anda, Apakah Anda bersedia melakukan kehendak-Nya, apapun kehendak itu? Jika Anda tidak bersedia melakukan kehendak-Nya, maka tidak ada gunanya bertanya tentang apa kehendak-Nya.'” Hal ini sangatlah penting karena Banyak orang yang mencari tahu tentang kehendak Allah supaya mereka bisa menentukan apakah akan mengerjakannya atau tidak. Jika Anda menghampiri Allah dengan sikap hati seperti itu, maka Anda sedang membuang-buang waktu Anda. Allah tidak akan memberi Anda petunjuk sama sekali. Dia tidak menyampaikan kehendak-Nya untuk Anda periksa dan setujui. Kehendak-Nya bukan hal yang bisa Anda periksa lalu Anda putuskan apakah akan dikerjakan atau diabaikan. Kehendak-Nya bukan seperti barang jualan di super market, di mana Anda bisa periksa setiap produk dan memutuskan, “Kupikir aku suka yang ini saja,” atau, “Aku tidak suka yang itu.” Anda tidak bisa memperlakukan kehendak Allah seperti itu. Anda harus datang kepada Allah dengan komitmen tanpa syarat, komitmen yang berkata, “Tuhan, apapun kehendak-Mu itu, aku akan mengerjakannya.” Jika Anda bisa dengan setulus hati mengucapkan hal itu, maka Anda tidak akan pernah kesulitan di dalam mencari tahu apa kehendak Allah. Anda mungkin harus menunggu sesaat, akan tetapi Anda boleh yakin bahwa Anda pasti akan tahu apa kehendak Allah itu pada saatnya nanti. Saya menyampaikan ini sebagai suatu kesaksian berdasarkan pengalaman saya sendiri. Dia tidak pernah membiarkan saya berada dalam kebingungan mencari tahu apa kehendak-Nya karena, oleh kasih karuniaNya, saya memiliki satu komitmen apapun kehendakNya itu, saya akan melakukannya. Apapun itu! Bisakah Anda memiliki komitmen seperti itu? Jika Anda memiliki komitmen seperti itu, Anda boleh yakin bahwa Anda akan tahu apa kehendak-Nya. Anda tidak akan pernah berada dalam ketidakpastian. Namun jika Anda datang dengan sikap hati orang yang sedang berbelanja, yang berkata, “Pertama-tama, aku mau tahu dulu apa kehendak-Nya itu, dan jika Allah ingin agar aku pergi ke kutub utara, aku akan berkata, Maaf, Tuhan, kutub utara terlalu dingin buatku.'” Lalu bagaimana dengan Kongo? “Kongo terlalu panas buatku. Maksudku, yang satu terlalu dingin dan yang satunya lagi terlalu panas. Tempatkanlah aku di daerah yang tidak dingin dan tidak panas, supaya aku tetap baik-baik saja. Dan nanti aku akan mengerjakan kehendakMu, selama tempatnya di daerah yang sejuk.” Jika Anda menghampiri Allah dengan sikap hati semacam itu, berarti Anda sedang menyia-nyiakan waktu Anda. Allah tidak akan memberitahu apa-apa buat Anda. Dia tidak akan berkata apa-apa, karena Dia tahu bahwa Anda hanya mau mengerjakan kehendak-Nya selama hal itu bersesuaian dengan kehendak Anda sendiri. Pada akhirnya, keputusan akhir berada di dalam kehendak Anda, dan itu berarti Anda tidak sedang menundukkan kehendak Anda kepada kehendak Allah. Allah tunduk pada kehendak Anda. Anda tidak akan pernah tahu apa kehendak-Nya dengan cara itu. Tidak mungkin! Hanya jika Anda datang kepada-Nya dan berkata, “Tuhan, jika harus ke Kongo atau ke kutub utara, atau di tempat sejuk, atau di manapun itu, aku menerimanya. Utuslah aku ke manapun Engkau mau.” Anda tidak akan berkata, “Kau tahu, Tuhan, aku telah dua tahun tinggal di Kanada, dan aku telah membeku kedinginan di sini. Bagaimana jika Engkau mencarikan aku tempat pelayanan di wilayah Florida? Mungkin di Kalifornia? Maksudku, ada banyak orang Kristen di sana. Ada banyak orang yang lapar akan Firman Allah di sana. Mungkin Engkau bisa kirim aku ke sana. Bagaimana?” Lalu saya menunggu dan menunggu, tapi saya tidak mendengar apa-apa, tak ada tanggapan dari-Nya. Allah sebenarnya sedang berkata, “Kalau kamu mau pergi ke Florida, tidak perlu bertanya kepada-Ku. Kamu mau pergi? Berangkat saja. Mau pergi ke Kalifornia? Pergi saja. Buat apa bertanya kepada-Ku?” Saya baru bisa benar-benar datang kepada Dia dengan berkata, “Tuhan, kemanapun Engkau mengirimku, jika ke daerah tropis, maka ke sanalah aku berangkat. Jika ke daerah kutub, di mana aku akan lebih membeku lagi, terpujilah nama-Mu! Aku akan berangkat karena aku senang melakukan Firman-Mu, ya Tuhan. Apapun itu, aku menerimanya.” Jika saya bisa berkata seperti itu dengan setulus hati, maka Dia akan memberi saya petunjuk-Nya. Dia akan mengungkapkan kehendak-Nya bagi saya. Tentu saja, mungkin saya akan mendapat kejutan di dalam hidup saya! Mungkin ke Florida. Bisa saja. Namun kehendak-Nya tidak akan terungkapkan sebelum saya bisa berkata, “Tuhan, apapun kehendak-Mu itu.” Demikianlah, Anda harus memiliki kesediaan yang tulus untuk mengikuti kehendak Allah. Kekristenan apa yang ada sekarang? Kita memanggil Tuhan, “Lord, Lord,” namun kita mengerjakan kehendak kita sendiri. Itulah kekristenan zaman ini. Dan kita mengharapkan keselamatan. Tentu saja, pada akhirnya, tidak heran jika Yesus berkata kepada orang-orang ini, “mengapa kamu memanggil-Ku Lord, Lord,’ padahal kamu tidak melakukan apa yang kuperintahkan?” Kita mau mendapatkan yang terbaik dari dua dunia. Kita ingin menjejakkan satu kaki di dalam kerajaan Allah, sambil berpijak di dunia dengan kaki yang satunya. Kita ingin berada dalam keseimbangan yang enak dan mapan. Hal itu disebut dengan istilah jalan tengah. Cara ini tidak berlaku bagi Allah. Berkomitmenlah sepenuhnya pada kehendak-Nya, atau hiduplah berdasarkan kehendak Anda dan terimalah akibatnya. Tidak ada jalan tengah di antara keduanya. Selanjutnya, apakah kehendak Allah itu? Anda berkata, “Baik, dengan kasih karunia Allah, apapun kehendak-Nya itu, aku mengerti bahwa kehendak-Nya itu baik buatku dan juga orang lain. Mungkin aku tidak bisa menikmatinya sekarang ini, namun nanti, aku akan melihat hikmat dari rencana-Nya. Apapun kehendak-Nya, hal itu pastilah baik, itu sebabnya aku siap untuk melakukannya tanpa syarat, dengan kasih karunia Allah.” Mengerjakan kehendak Allah tidak mengacu pada perbuatan lahiriah Selanjutnya muncul pertanyaan, apa arti melakukan kehendak Allah? Apakah, misalnya, mengerjakan kehendak Allah itu sama seperti yang dipahami oleh orang-orang Farisi dan ahli taurat? Berarti mengerjakan kehendak Allah itu adalah dengan meneliti secara cermat setiap hukum Taurat, misalnya, “Tidak boleh bekerja pada hari Sabat.” Lalu, apa arti mengerjakan kehendak Allah di dalam hal tidak boleh bekerja di hari Sabat’? Apakah memasak’ itu bekerja? Orang-orang Farisi dan ahli Taurat memandang hal itu sebagai pekerjaan’. Memasak itu bekerja’. Sejak kapan memasak’ itu bukan merupakan pekerjaan? Anda bekerja keras di saat memasak. Anda harus mencuci semuanya, mengupas kentang, bersusah payah di dalam dapur di hari yang panas. Jika hal itu bukan bekerja’, lalu apa arti bekerja’ itu? Tentu saja kegiatan itu termasuk bekerja’. Lalu orang-orang Farisi dan ahli Taurat memutuskan, “Tidak boleh memasak di hari Sabtu.” Jadi hukumnya adalah bahwa makna dari mengerjakan kehendak Allah itu adalah tidak boleh bekerja di hari Sabat’. Lalu bagaimana dengan berjalan? Apakah berjalan itu bekerja atau bukan? Berjalan itu bisa diartikan bekerja tetapi juga bisa diartikan tidak bekerja. Lalu mulailah orang-orang pandai itu memikirkannya. Para ahli taurat mulai merenungkannya. Dan secara ajaib mereka sampai pada kesimpulan, kamu boleh berjalan sampai jarak sekitar 1500 yard di hari Sabat. Lebih dari itu, kegiatanmu dianggap sebagai bekerja, kurang dari itu, tidak dianggap sebagai bekerja. Jadi itulah mengerjakan kehendak Allah bagi mereka. Melakukan kehendak Allah berarti berjalan kurang dari jarak 1500 yard di hari Sabat dan berarti Anda tidak boleh memasak sayur dan lauk Anda di hari Sabat. Pada akhirnya, apa yang kita hasilkan? Kita menghasilkan satu sistem keagamaan. Mengerjakan kehendak Allah akhirnya menjadi satu sistem keagamaan. Itukah yang dimaksudkan? Jadi, orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah orang yang melangkah tidak lebih dari jarak 1500 yard di hari Sabat? Dan mereka yang tidak memasak makan malam mereka di hari Sabat? Anda berkata, “Nah, urusan ini terlihat semakin praktis’, atau mungkin malah semakin menggelikan’.” Di mata para ahli Taurat, hal ini terlihat praktis. Di mata orang lain, hal ini terlihat keterlaluan. Apa yang sedang saya bicarakan ini? Saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa, di dalam ajaran Yesus, jika kita berbicara tentang hal mengerjakan kehendak Allah, yang kita bicarakan bukanlah tindakan lahiriahnya. Ini sangat penting untuk dipahami. Mengerjakan kehendak Allah itu yang terutama adalah persoalan sikap hati terhadap Allah. Saya bisa saja berjalan dalam jarak kurang dari 1500 yard di hari Sabat, namun apakah itu menunjukkan bahwa hati saya taat kepada Allah? Apakah hati saya benar-benar hidup di dalam keselarasan dengan kehendak-Nya? Atau, saya bisa saja tidak memasak di hari Sabat, namun apakah hal itu menunjukkan bahwa hati saya berada dalam ketaatan yang penuh sukacita kepada Allah, bahwa saya benar-benar hidup dalam penundukan secara sukarela kepada Dia? Semua itu tidak membuktikan apa-apa karena itu hanyalah ketaatan lahiriah. Sama sekali tidak menyatakan isi hati. Demikianlah, di zaman sekarang ini, kita juga menciptakan aturan-aturan yang lain. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh minum minuman keras; tidak boleh merokok; tidak boleh memakai rok mini; tidak boleh begini dan begitu. Dan kita harus beribadah di gereja secara teratur, dan mungkin termasuk menghadiri acara perjamuan kudusnya, kalau tidak, minimal mengikuti kebaktiannya. Kita harus membaca Alkitab sedikitnya sepuluh menit setiap hari, jika tidak, berarti Anda bukan orang Kristen yang baik. Dan diharapkan Anda juga membacanya bersama dengan buku renungan harian Anda atau buku-buku Kristen yang lainnya. Anda harus melakukan berbagai macam hal, dan dilarang mengerjakan berbagai macam hal juga. Itulah yang mereka maksud dengan mengerjakan kehendak Allah. Bukankah kita sudah menjadi sama dengan orang-orang Farisi dan para ahli taurat? Kekristenan kita menjadi urusan perbuatan lahiriah. Kita harus melakukan hal-hal tertentu; dan kita juga dilarang melakukan hal-hal lainnya. Demikianlah, urusannya menjadi perkara halal’ dan haram’. Anda boleh melakukan yang ini, tetapi tidak boleh melakukan yang itu. Bukannya saya mau berkata bahwa minum anggur itu baik. Saya juga tidak bermaksud berkata bahwa merokok itu baik. Saya sendiri tidak tahan dengan bau asap rokok. Namun yang saya maksudkan adalah apakah kekristenan itu berkenaan dengan hal-hal semacam ini? Apakah melakukan kehendak Allah itu adalah urusan eksternal? Sekarang ini banyak orang Kristen yang mengira bahwa urusannya memang seperti itu. Saya ingin tahu apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Apakah ini yang diajarkan oleh Yesus? Saat Yesus berkata, “Inilah saudara-Ku dan ibu-Ku.” Siapakah orang-orang itu? Apakah mereka adalah orang-orang yang tidak merokok, tidak minum, tidak pergi ke bioskop, dan yang membaca Alkitabnya minimal sepuluh menit setiap hari? Anda mungkin akan berkata, “Tidak. Itu tidak cukup. Anda juga harus mempercayai doktrin yang benar, yaitu kredo para rasul, kredo Nicea, pengakuan iman Westminster.” Anda berkata, “Baiklah, setidaknya Anda meyakini pengakuan iman Westminster, dan kredo Nicea. Ditambah dengan tidak merokok dan tidak minum, maka cukup sudah. Nah, jika Anda meyakini pengakuan iman Nicea tetapi Anda masih merokok dan minum, berarti Anda tidak melakukan kehendak Allah, dan Anda pasti masuk neraka.” Sungguh membingungkan. Maksud saya, apakah arti melakukan kehendak Allah itu? Jawabannya adalah meyakini pengakuan iman Nicea, tidak merokok dan tidak minum, dan juga tidak pergi ke bioskop. Apa lagi yang lainnya? Saya kuatir, seperti itulah kekristenan yang diramu pada zaman sekarang ini. Anda meyakini hal-hal yang benar, Anda tidak melakukan hal-hal tertentu, Anda wajib mengerjakan beberapa hal tertentu, maka Anda diselamatkan. Tidak dibicarakan tentang isi hati kita, tentang kualitas hidup yang kita jalani. Hal itu tidak dipentingkan lagi. Malahan, berbicara tentang kekudusan’ itu bisa dianggap sebagai mau membuat sekte kekudusan’. Demikianlah, kekudusan tidak menjadi penting lagi. Saat saya berkhotbah tentang Ibrani 1214, “Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan,” beberapa penginjil terkenal menyalahkan saya karena memberitakan kekudusan. Saya tidak malu membicarakan kekudusan. Apakah saya salah karena memberitakan kekudusan? Kehendak Allah itu selalu rohani Di dalam pengajaran yang alkitabiah, kehendak Allah itu selalu rohani. Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus? Jika Anda teliti pengajaran Yesus, melakukan kehendak Allah itu berarti Anda menyelaraskan kehendak Anda mengikuti kehendak Allah. Itulah yang rohani. Keselarasan di dalam batin antara kehendak kita dengan kehendak Allah adalah suatu penyatuan rohani. Itulah persatuan rohani di dalam Alkitab. Jika Anda dapati bahwa di dalam hati Anda, ada sukacita yang indah di dalam penundukan dan ketaatan kepada kehendak Allah, berarti Anda sudah tahu apa artinya menjadi orang Kristen, karena hal itu muncul dari dalam hati Anda, dari dalam batin Anda. Tidak ada kaitannya dengan ketaatan lahiriah. Anda mulai tahu apa artinya menjadi orang Kristen, apa yang sedang diajarkan oleh Yesus. Namun setiap orang yang membayangkan bahwa melakukan kehendak Allah itu sekadar urusan ketaatan lahiriah, dia belum mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Yesus di sini. Anda tahu, Yesus sama sekali tidak tertarik dengan yang lahiriah. Begitu juga dengan rasul Paulus; dia sama sekali tidak tertarik dengan yang semacam itu. Keagamaan versus kerohanian Kristen palsu vs Kristen sejati Saya akan menunjukkan dari tulisan-tulisan Paulus bahwa Yesus memang mengajarkan hal ini. Apakah rasul Paulus menyatakan hal yang berbeda? Sama sekali tidak. Paulus, sama seperti Yesus sendiri, sangat prihatin dengan penyimpangan dari kerohanian menjadi keagamaan. Ada perbedaan yang sangat besar di antara keduanya. Menjadi orang beragama tidak sama artinya dengan menjadi orang yang rohani. Jika Anda tidak tahu perbedaan keduanya, maka Anda belum tahu apa bedanya orang Kristen palsu dengan yang sejati. Anda harus tahu apa bedanya menjadi orang yang rohani dengan orang beragama. Jangan mengira bahwa karena Anda orang yang religius maka Anda adalah orang yang rohani. Jangan pernah membuat kesalahan seperti itu. Itulah kesalahan yang dibuat oleh orang-orang Farisi. Mereka mengira bahwa karena mereka orang yang religius, maka mereka adalah orang yang rohani. Dan karena mereka religius, maka mereka mendapat jaminan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Saudara-saudaraku, hal ini sama sekali tidak benar. Saya sampaikan sekali lagi, hanya satu hal yang penting di dalam Kerajaan Allah, yaitu melakukan kehendak Allah. “Aku senang melakukan kehendak-Mu” – di manakah rasa senang itu muncul? Rasa senang itu muncul di dalam hati Anda. Karena hati kita menggemakan isi hati Allah. Batin kita menggemakan batin Allah; pikiran kita bertaut dengan pikiran-Nya; jiwa kita, hidup kita bertaut dengan hidup-Nya. Itulah yang disebut melakukan kehendak Allah keselarasan batin yang mendalam di hati kita dengan Allah. Jemaat di Galatia dalam bahaya menyimpang dari yang rohani menjadi yang religius Ketika jemaat di Galatia beralih dari yang rohani kepada yang religius, Paulus menjadi sangat prihatin. Seluruh isi surat Galatia hanya membahas tentang hal ini bahayanya beralih dari yang rohani kepada yang religius. Kita tidak bisa membahas semua isi surat Galatia sekarang, namun saya akan memberi beberapa contoh dari hal ini. Tanda pertama dari penurunan kualitas kerohanian adalah menguatnya aturan dan tata cara keagamaan. Camkanlah hal ini baik-baik. Dan hal inilah yang Paulus sampaikan kepada, misalnya, orang-orang di Galatia, di dalam Galatia 410, Kamu jemaat di Galatia dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Kalian telah mendangkalkan makna agama menjadi urusan ketaatan lahiriah. Apakah persoalannya parah? Sangat parah! Di ayat 11, dia berkata, “Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.” Apa artinya itu? Tidak ada hasilnya aku bersusah payah untuk kalian. Aku telah bekerja keras demi keselamatan kalian tetapi kalian tidak selamat. Dan oleh karena itu, dia berkata di Galatia 54, Kamu lepas dari Kristus. Kalian telah terpisah dari Kristus. Kalian yang ingin dibenarkan menurut ketaatan pada hukum Taurat, telah lepas dari kasih karunia. Dan inilah hal yang Paulus katakan kepada mereka di Gal 33, Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Tidakkah Anda melihat bahwa agama itu hanya perbuatan daging? Hanya menyentuh bagian permukaan. Hanya menyangkut tindakan lahiriah. Dia berkata kepada jemaat di Galatia, Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, setelah memulai dengan yang rohani, kalian ingin mengakhirinya dalam kedagingan, yaitu dalam ketaatan pada tata cara keagamaan? Mereka telah beralih dari yang rohani menjadi yang religius. Itulah tahap pertama dari penurunan kualitas rohani, tahap pertama dari langkah berbahaya menuju kebinasaan. Berwaspadalah, khususnya mereka yang baru-baru ini dibaptiskan. Saya melihat sukacita di dalam diri Anda yang dipenuhi oleh Allah, dipenuhi oleh Roh. Namun betapa cepatnya, sungguh cepat, hal itu bisa berlalu. Hal itu akan segera terjadi jika Anda mengambil langkah menuju kehidupan yang religius. Sungguh berbahaya. Selanjutnya, apa yang tadinya berkisar di dalam batin, menjadi urusan lahiriah, dan yang ada di dalam batin itu tidak bersisa lagi. Segala sesuatunya menjadi dangkal, dan apa yang ada di dalam batin menjadi kosong kembali. Dapatkah Anda memahami hal yang sedang kita bahas ini? Ingatkah Anda betapa sempurnanya ajaran Yesus itu? Masihkah Anda ingat tentang rumah yang menjadi kosong di Matius pasal 12? Orang tersebut telah membuat semacam reformasi moral. Semua kehidupan religius itu adalah sisi luarnya. Itu semua hanya hiasan. Perhatiannya mengarah ke sisi luar lagi, yang ada di dalam menjadi kosong. Dan apa yang dikatakan oleh Yesus? “Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula.” Saya harap Anda bisa mencermati hal ini dengan baik melakukan kehendak Allah itu tidak berkaitan dengan ketaatan lahiriah. Melakukan kehendak Allah bukan urusan mentaati aturan-aturan lahiriah. Menjadi seorang Kristen bukan sekadar urusan apakah Anda merokok atau minum. Saya tidak memandang bahwa merokok itu baik; merokok itu buruk bagi kesehatan Anda. Mabuk juga buruk bagi kesehatan Anda, khususnya jika sudah berlebihan. Akan tetapi kekristenan bukan masalah itu. Orang bisa saja tidak merokok atau mabuk, namun tetap bukan seorang Kristen. Ada juga orang non-Kristen yang tidak merokok atau mabuk. Dan ada juga orang non-Kristen yang tidak melakukan hal-hal yang tidak bermoral. Apa artinya itu? Tidak ada arti apa-apa. Hal-hal tersebut tidak membawa mereka masuk ke dalam kerajaan Allah. Sekilas tentang 1 Korintus 112-16 Saya ingin menunjukkan kepada Anda tentang bahaya ini, yang mungkin jauh lebih besar daripada yang mungkin Anda bayangkan. Bahkan orang-orang yang terlihat berpola pikir rohani juga bisa gagal mencermati pokok yang satu ini dan gagal. Untuk alasan ini, saya akan berhenti sejenak di 1 Korintus 11, dan akan memberikan ilustrasi kepada Anda tentang poin ini. 1 Korintus 112-16 merupakan bagian yang terkenal yang membahas tentang apakah perempuan harus menutupi kepala mereka. Di dalam bagian bacaan inilah Paulus menyampaikan tentang hal ini. Di dalam ayat 3, dia berkata, Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. Ada suatu hirarki di mana Allah adalah Kepala dari Kristus; Kristus adalah kepala dari laki-laki, dan laki-laki adalah kepala dari perempuan. Lalu dia berkata di ayat 4, Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. Dengan kata lain, perempuan seharusnya menudungi kepala mereka; laki-laki tidak diperkenankan menudungi kepala. Demikianlah pembahasan selanjutnya di dalam bagian tersebut. Bagaimana kita akan memahami hal ini? Beberapa waktu yang lalu kita kedatangan tamu. Dan saat mereka datang beribadah, mereka mengeluarkan kain dan menudungi kepala mereka. Nah, ini adalah suatu tindakan yang sangat baik. Mereka memang berhasrat mengerjakan kehendak Allah. Untuk itu, Anda boleh memberikan penghargaan kepada mereka. Akan tetapi mereka melakukan hal ini karena ada dua orang pengajar Alkitab yang memberitahu mereka bahwa di 1 Korintus 112-16 tertulis tentang hal ini, yaitu bahwa mereka harus menudungi kepala mereka. Demikianlah, mereka, di dalam ketaatan mereka kepada kehendak Allah, memakai kain untuk menudungi kepala mereka. Saya sampaikan kepada Anda bahwa kedua guru Alkitab itu sangat mengasihi Allah, dan memang mereka berhasrat melakukan kehendak Allah. Namun mereka sedang memperlakukan kehendak Allah sebagai aturan lahiriah, inilah prinsip yang sedang kita bicarakan. Malahan, di dalam persoalan ini, perlu diperhatikan bahwa bahkan saudara kita yang hebat, Watchman Nee, juga telah keliru. Karena, sebagaimana yang Anda ketahui, Watchman Nee, dan jemaat Xiao Qun, “kawanan kecil the Little Flock,” menuntut agar setiap perempuan memakai kerudung di tengah jemaat. Watchman Nee menghendaki agar para perempuan memakai kerudung. Mengapa dia membuat persyaratan ini? Karena dilandasi oleh ayat-ayat ini. Saudara Nee telah menulis banyak karya yang luar biasa, dan menyusun banyak buku yang bermutu, namun di dalam hal ini dia melalaikan prinsip tersebut dan telah salah jalur. Mengapa? Saya akan memberi Anda satu uraian singkat. Namun pertama-tama, dan yang terutama, Anda perlu tahu prinsip untuk tidak pernah mendangkalkan kehendak Allah ke dalam bentuk sekumpulan aturan, dan jika Anda mendangkalkan kehendak Allah, maka itu berarti Anda telah mengambil langkah pertama menuju kesalahan yang fatal. Saya tidak memiliki persoalan apapun dengan Saudara Nee. Jadi, ini bukanlah masalah pribadi, namun penting bagi saya untuk menyatakan Firman Allah. Apakah kesalahannya? Kesalahannya adalah kesalahpahaman di dalam ajaran Alkitab dan uraian yang tidak tepat. Kata-kata tersebut hanya berlaku bagi perempuan yang sudah menikah Pertama-tama, jika mereka teliti lagi ayat-ayat itu, mereka akan melihat bahwa kata-kata tersebut hanya berlaku bagi perempuan yang sudah bersuami. Dengan demikian, para gadis, perempuan yang belum bersuami, tentunya tidak perlu mengeluarkan kerudung dan menutupi kepala mereka. Maksud saya, jika mereka mau lebih jeli lagi, akan terlihat bahwa uraian ini hanya berlaku bagi perempuan yang sudah menikah; tidak ada kaitannya dengan perempuan yang belum menikah. Tentunya tidak berlaku bagi para gadis yang belum menikah, sekalipun jika ayat-ayat itu memang disyaratkan bagi para perempuan yang sudah menikah untuk menjadi tanda tunduknya mereka pada suami mereka. Kata suami’ muncul di ayat 3. Di mana letak kesulitan pemahamannya? Kepala setiap perempuan adalah suaminya. Malahan, jika mereka mau bersusah payah sedikit dalam meneliti latar belakangnya, mereka akan tahu bahwa hal itu mengikuti kebiasaan orang Yahudi kita tidak tahu banyak dengan kebiasaan di tengah jemaat di Korintus. Hanya perempuan yang sudah menikah yang menudungi kepala mereka, namun apakah mereka melakukan hal itu dalam rangka penundukan diri kepada suaminya tidak bisa diketahui dengan pasti. Itu hanya gaya busana saat itu. Dan tulisan-tulisan pada zaman itu tidak bisa memberikan konfirmasi apakah itu memang tanda penundukan diri. Kerudung itu hanya menjadi tanda sudah menikah atau belum, sama seperti apakah Anda memakai cincin pernikahan atau tidak. Istri saya memakai cincin pernikahan itu, tetapi itu bukan bukti bahwa dia menundukkan dirinya kepada saya. Hanya menjadi bukti bahwa dia telah menikah. Namun ada banyak perempuan yang sudah menikah tetapi tidak memakai cincin pernikahan. Dan para lelaki juga banyak yang tidak memakainya. Jadi, perkara lahiriah ini sama sekali tidak membuktikan apa-apa. Istri tunduk kepada suami, namun bukan berarti bahwa setiap perempuan tunduk kepada laki-laki Namun tujuan dari uraian itu bukanlah untuk menyatakan bahwa semua perempuan harus tunduk kepada laki-laki, melainkan bahwa istri tunduk kepada suami. Tidak ada ajaran alkitabiah yang menyatakan bahwa setiap perempuan tunduk kepada laki-laki. Akan tetapi, memang ada ajaran bahwa istri tunduk kepada suami, dan inilah pokok yang diuraikan di sini. Hal menudungi kepala ini berkaitan dengan nubuat dan doa Poin kedua yang perlu diamati dari ayat-ayat ini, dari ayat 4, 5 dan 13, adalah bahwa hal tentang menudungi kepala ini hanya berlaku pada saat seorang perempuan yang sudah menikah bernubuat tentang Firman Allah atau sedang berdoa. Hanya itu yang dinyatakan di sana. Bukan berkata bahwa mereka harus menudungi kepalanya setiap saat; hanya secara khusus menunjuk pada saat bernubuat atau berdoa. Paulus tidak menyebutkan tentang hal yang lainnya. Ayat 4 menyatakan Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dan kemudian di ayat 5, Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya. Dan di dalam ayat 13 Pertimbangkanlah sendiri Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung? Kembali, pokok pembicaraannya adalah doa. Tidak ada kaitannya dengan hal yang lain. Jika Anda mempelajari Kitab Suci, uraian di dalam Kitab Suci sangatlah jelas. Berulang kali disebutkan tentang hal berdoa dan bernubuat. Mengapa dua hal ini disebutkan? Aapa yang Anda lakukan di saat berdoa? Anda sedang berbicara dengan Allah. Renungkanlah baik-baik. Paulus sedang berkata, “Perempuan yang sudah menikah seharusnya menudungi kepala mereka saat sedang berbicara dengan Allah,” bukannya di saat mereka sedang berbicara dengan laki-laki. Sudahkah hal ini Anda pahami dengan jelas? Dan di saat Anda bernubuat, Anda sedang menyampaikan ucapan Allah. Anda lebih merasakan kehadiran Allah ketimbang laki-laki di saat Anda bernubuat. Itulah hal yang seharusnya Anda lakukan di setiap saat. Sekali lagi, uraian ini berkaitan dengan hubungan Anda dengan Allah. Baik bernubuat ataupun berdoa, keduanya menyangkut hubungan Anda dengan Allah, bukan dengan manusia. Ini harus ditegaskan. Jadi tidak ada kaitannya dengan masalah apakah Anda harus menudungi kepala Anda di saat berkhotbah. Tindakan ini dilakukan di saat mereka bernubuat atau berdoa, bukan di saat orang lain berdoa atau bernubuat buat mereka. Bukankah itu yang disampaikan oleh Firman Allah dengan sangat gamblang? Sekali lagi, perhatikan baik-baik bahwa masalah menudungi kepala ini berkaitan dengan hubungan mereka dengan Allah. “Menjadi orang Kristen tidak ada hubungannya dengan urusan keagamaan lahiriah” Poin ketiga adalah ini renungkan baik-baik apa yang sudah kita lihat di surat Galatia misalnya, kita sudah melihat bahwa Paulus tidak peduli dengan ketaatan lahiriah; dengan urusan makanan, minuman, pakaian, hari-hari, waktu, tahun dan musim; dia tidak peduli dengan hal-hal semacam itu. Orang-orang religius sangat peduli akan hal-hal semacam itu. Hari yang satu lebih suci daripada hari yang lain. Pada hari Jumat, Anda harus makan ikan, tidak boleh daging lainnya. Mereka sangat memperhatikan hal makanan dan minuman. Paulus berkata di Roma 1417, Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Kebenaran, damai sejahtera dan sukacita itu ada di dalam batin. Bagaimana kita akan membaca Firman Allah dengan kerudung yang menutupi muka? Tidak bisakah kita memahami apa yang dia maksudkan? Dia sedang berkata, “Aku tidak mau mengatakan kepadamu bahwa menjadi orang Kristen itu berkenaan dengan hal ketaatan lahiriah. Menjadi orang Kristen itu berkaitan dengan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di dalam Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kamu. Kamu adalah bait-Nya.” Apakah Anda berpikir bahwa Paulus di dalam surat Korintus ingin berkata kepada kita bahwa menjadi orang Kristen itu berkaitan dengan pakaian yang kita kenakan? Apakah Anda berpikir bahwa dia telah melupakan apa yang dia sampaikan dalam surat yang sebelumnya, dan sekarang secara mendadak ia menetapkan bahwa menjadi orang Kristen itu berkaitan dengan hal pakaian yang Anda kenakan? Atau model topi yang Anda kenakan? Atau bahwa Anda harus atau tidak boleh mengenakan kerudung? Apakah Paulus bermaksud berkata bahwa semua perempuan harus mengenakan penutup kepala? Hal ini membawa kita pada poin tentang hal penutup kepala. Apakah penutup kepala ini? Apa maksud kata menudungi ini? Apakah Paulus bermaksud mengatakan bahwa perempuan harus mengenakan topi? Bahwa laki-laki tidak boleh mengenakan topi, karena jika mengenakan topi berarti dia telah menghina kepalanya? Itukah yang Paulus maksudkan? Dalam kasus ini, setiap kali saya mengenakan topi, di hari yang panas, lalu saya tiba-tiba teringat kata-kata Paulus Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. Segera saja saya melepaskan topi saya, dan berpanas-panas di bawah terik matahari. Tidak, dia tidak bermaksud berkata seperti itu. Begitu Anda mulai menjadikan agama sebagai perkara lahiriah, Anda akan jatuh ke dalam bahaya penciptaan tata cara yang keliru Apakah arti menudungi kepala’ itu? Anda tidak bisa menyangkal bahwa topi adalah penutup kepala. Atau mungkinkah yang dimaksudkan itu selendang? Nah, jika Anda mulai menjadikan agama sebagai perkara lahiriah, bisakah Anda melihat poin yang sedang saya sampaikan? Anda akan jatuh ke dalam bahaya casuistry. Casuistry terjadi jika orang-orang berusaha mendefinisi apa itu kehendak Allah. Jika kita harus menutupi kepala kita, pertanyaan yang bersifat casuistry segera muncul. Pertanyaan macam apa? Pertanyaan seperti, penutup macam apa yang layak disebut sebagai penutup kepala? Itu pertanyaan yang pertama. Seberapa besar penutup kepala itu dibuat agar layak disebut sebagai penutup kepala? Misalnya, jika saya memakai kertas untuk menudungi kepala saya, bukankah itu bisa disebut sebagai penutup kepala? Kertas itu menutupi kepala saya, bukankah begitu? Lalu, apakah kertas ini sudah cukup besar untuk menjadi penutup kepala? Bagaimana kalau separuhnya saja? Masih bisakah disebut sebagai penutup kepala? Atau, bagaimana kalau seperempatnya saja? Seberapa besar ukuran yang layak? Maka Anda akan jatuh ke dalam lubang yang telah menjebak orang-orang Farisi dan para ahli taurat. Saat Anda berkata, “Berjalan itu termasuk bekerja,” maka seberapa jauh jarak perjalanan yang layak dianggap sebagai bekerja? Lalu mereka menetapkan bahwa jarak 1500 yard adalah batasannya. Baiklah, lalu bagaimana jika 1400 yard? Bukan. Itu tidak termasuk bekerja. Demikianlah, akan ada orang yang harus membuat patokan ukuran. Akan ada orang yang harus menetapkan seberapa besar ukuran penutup kepala yang layak disebut sebagai penutup kepala. Banyak dari antara Anda yang telah melihat orang Yahudi yang memakai tutup kepala. Seberapa besar tutup kepala mereka? Hanya menutupi separuh bagian belakang kepala mereka, dijepitkan di rambut mereka. Anda pasti pernah melihat tutup kepala yang dipakai oleh orang-orang Yahudi. Apakah yang sebesar itu sudah cukup? Bisakah kita buat lebih kecil lagi? Mengapa tidak? Sedikit lebih besar lagi? Bisa saja. Yang lebih besar juga bisa. Segera saja, Anda terjerat dengan berbagai macam persoalan. Lalu, seberapa tebal seharusnya ukuran penutup kepala itu? Jika menudungi kepala saya itu merupakan tanda ketaatan, maka tentunya jika semakin besar dan tebal ukuran yang saya kenakan, berarti semakin besar pula tanda ketaatan saya. Bukankah hal ini masuk akal? Jika menudungi kepala itu merupakan tanda ketaatan, maka tentunya, semakin besar, semakin menutupi, berarti semakin jelas pula ketaatan terhadap suami itu. Jadi, jika seorang istri ingin mengungkapkan ketaatannya kepada sang suami, mungkin hal terbaik yang perlu dia lakukan adalah mencari topi dengan ukuran yang paling besar, atau kerudung yang paling besar, supaya setiap orang bisa melihat seberapa taat Anda kepada Allah. Apakah Anda pikir ini lucu? Justru hal inilah yang terjadi pada orang-orang Yahudi. Dalam hal inilah Yesus menegur mereka “Kalian membuat phylactery kotak berisi salinan ayat-ayat yang diikatkan di dahi orang Yahudi yang besar. Kalian sudah sangat mendangkalkan agama menjadi kumpulan aturan.” Mereka memakai sabuk kulit, dan sabuk ini sangat lebar. Mereka mengikatkan kotak kulit di dahi mereka untuk menunjukkan bahwa mereka selalu ingat pada hukum Taurat Allah. Mereka mengikatkan kotak kulit juga di lengan mereka, untuk menunjukkan bahwa mereka selalu melakukan kehendak Allah, hal yang sebenarnya jarang mereka laksanakan. Akan tetapi, yang penting ada kotak kulit itu di lengan. Paulus berkata bahwa perempuan sudah memiliki rambut sebagai tutup kepala mereka Lebih jauh lagi, di ayat 15, Paulus sendiri mengatakan bahwa perempuan sudah memiliki tudung dalam bentuk rambut mereka sendiri. Jika dia sudah memiliki tutup kepala, mengapa dia memerlukan tambahan penutup lagi? Ayat 15 berbunyi “Tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.” Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perempuan sudah memiliki penudung kepala, apakah masih belum cukup? Apakah Paulus membantah hal itu dan menyatakan bahwa perempuan masih harus memakai tudung yang lain? Jika memang demikian, berapa banyak tutup kepala yang harus dia kenakan supaya bisa dikatakan cukup? Sebenarnya, apa yang mau dijelaskan? Kata Yunani veil’, kata benda yang berarti penudung, tidak ada tertulis di sana; yang ada hanya kata kerja menudungi’ dan kata benda tanda wibawa authority’ Jika Anda cermati secara ketat, dari sudut pandang eksposisi, Anda akan melihat bahwa kata benda penudung atau tutup kepala’ yang secara konstan saya pakai, dan kata veil’, yang juga berarti tutup kepala, tidak ada tertulis di ayat-ayat ini. Tidak muncul di sana. Kata benda penudung atau tutup kepala’, atau veil’ di dalam bahasa Yunaninya, tidak muncul barang satu kalipun. Saya sudah memeriksanya berulang-ulang, dan saya tidak mendapati kata benda yang mengacu pada penudung, atau topi, atau apapun itu. Hal ini sangat mengejutkan. Tidak satu kata benda pun! Kata benda veil’ memang dipakai oleh Paulus, akan tetapi tidak di dalam ayat-ayat ini. Ia hanya muncul di 2 Korintus 313 dan seterusnya, di mana dia berbicara tentang Musa, yang menudungi wajahnya saat berhadapan dengan kemuliaan Allah. Hanya di sana dia memakai kata veil’, sekitar empat atau lima kali. Akan tetapi di dalam ayat-ayat ini, kata veil’ atau penudung kepala’, dalam naskah aslinya tidak ada. Tidak tertulis satu pun. Tidak ada kata veil; tidak ada kata yang berarti penudung atau tutup kepala; tidak ada kata yang berarti topi; tidak ada! Lalu apa yang tertulis di sana? Yang ada hanya kata kerja yang berarti menudungi’. Dan beberapa terjemahan bahasa Inggris menggunakan kata benda, wearing a veil memakai kerudung’, atau wearing a covering memakai penutup’, atau memakai sesuatu yang semacam itu. Namun sebenarnya, kata tudung atau tutup kepala’, di dalam naskah Yunaninya tidak tertulis sama sekali; yang ada hanya kata kerja, menudungi’. Dan satu-satunya ayat di mana dia mestinya bisa memakai kata benda untuk mengacu pada penutup kepala adalah di ayat 10, “Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya“, dia sama sekali tidak memakai kata kerudung. Jika Anda memiliki terjemahan bahasa Inggris versi RSV, Anda akan lihat bahwa di bagian catatan pinggirnya ada penjelasan bahwa kata Yunani yang dipakai adalah ex-ousia yang berarti kekuasaan atau wibawa. Dan kata ex-ousia tidak pernah memiliki arti kerudung; tidak pernah diartikan sebagai tudung atau bentuk penutup kepala lainnya. Saya sudah memeriksa hal itu di dalam kamus yang paling diakui, karya Liddel & Scott. Kata ex-ousia tidak pernah, dalam keadaan apapun, diartikan sebagai kerudung, atau penutup kepala dalam bentuk apapun. Demikianlah, di dalam satu-satunya ayat yang memungkinkan dia untuk memakai kata benda untuk menunjuk penutup kepala, dia justru memakai kata tanda wibawa’. Tindakan nyata penundukan dari dalam hati kepada suami Apakah Anda mengerti maksud semua ini? Pokok uraiannya sederhana secara eksegetik, Paulus tidak peduli pada benda’, pada kata benda, dia memusatkan perhatian pada kata kerja, yang berarti suatu tindakan. Dan yang dia pikirkan adalah suatu tindakan yang tunduk kepada suatu kuasa. Bisakah Anda memahaminya? Dia tidak peduli pada apa yang Anda kenakan di kepala Anda, dia peduli pada apa yang Anda perbuat. Artinya, Anda harus menjadi orang macam apa, yaitu orang yang tunduk pada otoritas, orang yang mengenakan penudung. Maksudnya, di dalam bahasa gambar, adalah menjadi orang yang tunduk pada kewenangan, di dalam hal ini, istri tunduk kepada suami. Jadi segenap agumentasinya adalah seorang perempuan yang tidak hidup di dalam sikap tunduk dari dalam hati kepada suaminya merupakan kehinaan di hadapan Allah, sama seperti perempuan yang menggunduli rambutnya di mata laki-laki. Perempuan yang menggunduli rambutnya akan terlihat sangat aneh. Pernahkah Anda melihat perempuan gundul di sekitar Anda? Terlihat sebagai suatu kehinaan. Jadi Paulus sedang bermaksud mengatakan bahwa sama seperti perempuan yang menggunduli rambutnya, yang akan ditolak atau dipandang hina di mata laki-laki, demikian pula perempuan yang tidak tunduk kepada suaminya menjadi kehinaan di hadapan Allah. Poin ini sebenarnya dinyatakan secara tegas oleh Petrus. Di 1 Petrus 33-4, dia berkata, “Perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” Perhatikan kata-kata, di mata Allah, jadi bukannya di mata laki-laki; dia tidak peduli dengan pandangan laki-laki di dalam ayat-ayat ini. Sekarang Anda bisa mengerti mengapa di saat Paulus berbicara tentang hal menudungi kepala, dia selalu berbicara di dalam rangka hubungan dengan Allah, saat berdoa atau saat bernubuat bagi Allah. Apakah Anda pikir Paulus, orang yang sangat memahami perkara rohani, benar-benar berpendapat bahwa ketaatan sejati berkenaan dengan apa yang Anda kenakan di kepala Anda? Apa mungkin pemahamannya sedangkal itu? Apakah Anda berpikir bahwa apa yang dikenakan oleh seorang perempuan di kepalanya menunjukkan sikap sejatinya kepada sang suami, walau secuil saja? Tentu tidak. Apapun yang Anda kenakan di kepala Anda tidak menunjukkan apa-apa dalam hal sikap hati Anda kepada suami Anda. Ketaatan tidak pernah bisa ditunjukkan lewat penampilan; ketaatan berasal dari dalam hati. Demikianlah, di zaman sekarang ini, jika Anda pergi ke gereja tertentu Anda akan melihat perempuan-perempuan memakai kerudung, atau topi hitam, karena mereka mengira sedang mengikuti petunjuk di ayat-ayat itu. Jadi, mereka melakukan kekeliruan dengan membuat iman sejati kepada Allah menjadi kumpulan aturan. Apakah Anda berpikir bahwa perempuan yang mengenakan kerudung itu benar-benar taat kepada suaminya? Anda bisa buktikan hal itu di saat dia sudah sampai di rumah. Akan tetapi Anda tidak akan bisa membuktikannya dengan cara menilai topi atau kerudungnya. Hal ini sama sekali tidak menunjukkan apa-apa. Mungkin di saat dia sudah sampai di rumah, justru dia yang menjambak rambut suaminya, tetapi di saat dia pergi ke gereja, dia mengenakan topi di kepalanya. Sungguh menggelikan jika Anda mambayangkan bahwa apa yang dikenakan di kepala itu berkaitan dengan ketaatan. Dan bahkan lebih keterlaluan lagi jika memandang bahwa memang hal itu yang mau disampaikan oleh Paulus, akan tetapi, orang-orang dengan kualitas seperti Watchman Nee dan yang lain-lainnya ternyata masih terkena kekeliruan semacam ini, jadi kita harus semakin mawas diri. Kita harus sangat waspada. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa jika Anda melalaikan satu prinsip rohani, Anda bisa tersesat sangat jauh. Ini sebabnya mengapa mereka yang sedang dalam pelatihan diajarkan untuk memahami prinsip-prinsip rohani dan juga eksegetik. Jika Anda tidak memahami prinsip-prinsip rohani, maka Anda bisa terjatuh ke dalam kekeliruan semacam ini. Demikianlah, saudara-saudariku, saya memakai gambaran dari 1 Korintus 11 untuk menunjukkan kepada Anda tentang poin ini melakukan kehendak Allah tidak berkaitan dengan ketaatan lahiriah. Ia berkenaan dengan sikap di dalam hati kita yang menyelaraskan diri dengan hati Allah. Ketaatan kepada kehendak Allah itu sangat besar pengorbanannya Terakhir, perhatikanlah harga yang perlu dibayar dari ketaatan ini. Di Matius pasal 12, tidakkah Anda akan melihat bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus itu akan menyinggung hati saudara dan ibunya, saat Yesus berkata, “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku? … siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Jadi, dalam pengertian tertentu, dia menyangkal klaim dari para saudara dan ibunya. Tidakkah mereka akan merasa tersinggung? Namun itulah harga yang perlu dibayar dalam melakukan kehendak Allah. Anda harus menyatakan kebenaran sekalipun hal itu terasa menyinggung hati, sekalipun bisa disalahpahami, sekalipun orang akan menolak ucapan Anda. Saya yakin bahwa para kerabat itu sama sekali tidak suka mendengar ucapan, “Kamu tidak berhak atas diri saya, hanya mereka yang melakukan kehendak Allah yang berhak atas diri saya.” Mereka tidak akan suka mendengar hal itu. Namun jika Anda menyampaikan Firman Allah, Anda harus menyatakan kebenaran. Dan Anda akan menyatakan kebenaran, entah orang suka atau tidak suka mendengarkannya. Tidak jadi masalah. Anda harus menyatakan kebenaran, karena hanya dengan menyatakan kebenaran itulah Anda bisa membantu mereka sampai pada pemahaman tentang kebenaran dan dengan demikian diselamatkan. Dan Yesus, saya yakin, tentu telah menyinggung hati para saudaranya dan juga ibunya di saat dia berkata seperti itu. Namun perhatikan betapa indahnya ketika para saudaranya itu kemudian berpaling kepada Tuhan. Anda tahu bahwa Yakobus, salah satu saudaranya, belakangan hari menjadi pimpinan jemaat di Yerusalem. Firman Allah mungkin tidak terasa enak untuk didengarkan pada awalnya, namun ia akan mencapai tujuannya. Melakukan kehendak Allah adalah hal yang terpenting di dalam Kerajaan Allah Dan sebagai rangkumannya, kita perlu perhatikan ini hanya satu hal yang penting di dalam kerajaan Allah. Dan kita mengerti sekarang, dan saya sendiri dengan perih hati menguraikan kepada Anda bahwa melakukan kehendak Allah itu bukan sekadar urusan ketaatan lahiriah belaka, tentang hal larangan ini atau kewajiban itu. Melainkan masalah sikap hati kepada Allah, dan jika Anda sudah memiliki sikap hati yang benar, Anda akan melakukan hal-hal yang benar. Karena perkaranya bukan sekadar mencari tahu kehendak Allah saja, melainkan untuk melakukannya. Inilah hal yang terpenting. Satu kata penutup berkenaan dengan Maria, ibu dari Yesus. Dan dari sini kita juga mendapat pelajaran lain. Maria sangat dihormati, dan kita juga perlu menghormati Maria, bukan karena dia adalah ibu dari Yesus menurut daging melainkan karena Maria adalah orang yang melakukan kehendak Allah. Renungkahlah Lukas 138 ketika Roh Allah datang kepada Maria, dan dia mengandung oleh Roh Kudus, dan melahirkan Yesus. Ingatkah Anda akan kata-kata berharga yang diucapkan oleh Maria di Lukas 138 “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”? Ada ketaatan untuk melakukan kehendak Allah bahkan sampai mengorbankan nama baiknya. Dia akan disalahpahami. Dia akan dituduh oleh orang-orang yang tidak mengerti persoalannya, mungkin bahkan dengan tuduhan percabulan, perzinahan, atau apapun itu. Namun dia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Maria adalah orang yang taat pada kehendak Allah. Namun pelajaran yang perlu kita tarik adalah Anda mungkin saja taat pada kehendak Allah dalam satu perkara, namun Anda lupa pada ketaatan itu di dalam perkara yang lainnya. Jelas bukan suatu tindakan yang terpuji di saat Maria menyela kegiatan mengajar Yesus. Dia harus diingatkan bahwa pernah melakukan kehendak Allah itu tidaklah cukup. Ini adalah perkara melakukan kehendak Allah secara berkelanjutan. Dan Anda harus terus mengingat hal itu. Mereka yang dibaptiskan beberapa minggu yang lalu, mereka saat itu sedang melakukan kehendak Allah. Mereka dibaptiskan di dalam ketaatan mereka kepada Allah. Mereka taat kepada Allah, menyerahkan hidup mereka sepenuhnya kepada Dia. Dan kita bersyukur kepada Allah akan hal itu. Namun sekarang janganlah duduk bersantai dan berkata, “Kau lihat, aku pernah taat kepada Allah. Sekarang aku sudah aman untuk seterusnya!” Jangan buru-buru. Ketaatan kepada Allah adalah suatu proses yang berkelanjutan; ia terus menerus berlangsung. Anda baru saja memulainya. Sekarang Anda berada di tengah jalan itu, teruslah melangkah. Maria harus belajar akan hal itu. Dia pernah menunjukkan ketaatan yang indah kepada Allah, namun apa yang dia lakukan sekarang? Menyela kegiatan Yesus saat sedang memberitakan Firman Allah, saat sedang melakukan kehendak Allah. Dia harus diingatkan untuk terus melakukan kehendak Allah. Demikianlah, kita mendapati begitu banyak pelajaran yang berharga berkenan dengan hal kehendak Allah ini. Yesus, lewat beberapa ayat yang pendek itu, sedang menyampaikan segala sesuatu yang paling penting untuk kita ketahui mengenai kehendak Allah. Sebagai kesimpulannya, tanyakanlah diri Anda sekali lagi, dan saya juga perlu menanyakan diri saya sendiri Apakah kita benar-benar taat pada kehendak-Nya? Apakah sekarang ini kita menyadari bahwa inilah hal yang paling penting? Bahwa inilah satu-satunya jalan menuju keselamatan? Berikan Komentar Anda
Bagaimanakahkeluargamu melakukan kehendak Allah secara konkret? - 32629344 jhontampubolon10 jhontampubolon10 12.09.2020 Bahasa lain Sekolah Menengah Atas terjawab Bagaimanakah keluargamu melakukan kehendak Allah secara konkret? TAP HUKUM KASUS PT MIGRAN INDONESIA 2. apakah pt MTB cukup memenuhi persyaratan untuk DISEBUT
Keluarga yang kuat melahirkan pribadi yang kuat Kamu tentu sudah pernah mendengar tentang kisah orang yang bijaksana dan orang yang bodoh, bukan? Sekarang, baca dan pahamilah kisah tersebut dalam Matius seven24-27 1. Siapakah orang yang bijaksana, dan siapakah orang bodoh. ii 1. Siapakah orang yang bijaksana, dan siapakah orang bodoh? ii. Mengapa disebut orang bijaksana dan orang bodoh? three. Hubungkanlah orang yang bijaksana dan orang yang bodoh dalam kehidupan keluarga! iv. Apakah yang harus dilakukan agar kehidupan keluarga menjadi kokoh dan kuat? Angka Perceraian di Indonesia,Terus Meningkat Sabtu, 14 September 2013 – xix36 Teraspos – Angka perceraian di Republic of indonesia tiap tahunnya terus tahunnya bisa mencapai kasus. “Angka tersebut jauh meningkat dari 10 tahun yang lalu, yang mana jumlah angka perceraian hanya sekitar per tahun,” ujar Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Jakarta, Sabtu 14/9. Pihaknya pun merasa prihatin dengan tingginya angka perceraian tersebut. Apalagi, lanjut dia, hampir eighty persen yang bercerai adalah rumah tangga yang usianya terbilang muda. “Usia rumah tangga relatif masih muda dengan anak yang masih kecil “Usia rumah tangga relatif masih muda dengan anak yang masih kecil. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial.” Selain itu, hampir seventy persen perceraian yang terjadi adalah cerai gugat. Dengan kata lain,Nasaruddin menilai lebih banyak perempuan yang mengajukan gugatan perceraian. “Dengan adanya perceraian setidaknya memunculkan masalah baru, yakni kemiskinan,” tambah dia. Dari berbagai macam alasaan perceraian, ada satu yang mungkin tidak masuk akal. Alasan perbedaan pandangan politik saat ini tren. “Ini sungguh tidak masuk akal, namun itu terjadi,” katanya. Diambil dari Tuhan menginginkan keluarga memiliki hubungan yang kuat terikat dengan Kristus. Realita yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen adalah sangat sulit untuk mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Berapa banyak waktu yang keluargamu gunakan untuk merenungkan firman Allah? Berapa banyak waktu yang keluargamu gunakan untuk mengenal Allah dalam komunikasi bersama? Bagaimanakah keluargamu melakukan kehendak Allah secara konkret? Apa yang harus dilakukan agar keluarga kamu benar-benar hidup di dalam Kristus? Bagaimana keluarga mengandalkan Kristus sepenuhnya untuk menopang kehidupan keluarga? Sikap apa yang harus kamu lakukan untuk mendukung keluargamu agar tetap bertumpu kepada Kristus sebagai fondasi keluarga? Matius 724 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius vii26 “Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir” Lalu apa yang jadi tanggung jawab anak terhadap keluarga??? Download presentation Keluarga yang kuat melahirkan pribadi yang kuat Kamu tentu sudah pernah mendengar tentang kisah orang yang bijaksana dan orang yang bodoh, bukan? Sekarang, baca dan pahamilah kisah tersebut dalam Matius 7 24 -27 1. Siapakah orang yang bijaksana, dan siapakah orang bodoh? 2. Mengapa disebut orang bijaksana dan orang bodoh? 3. Hubungkanlah orang yang bijaksana dan orang yang bodoh dalam kehidupan keluarga! four. Apakah yang harus dilakukan agar kehidupan keluarga menjadi kokoh dan kuat? Angka Perceraian di Republic of indonesia, Terus Meningkat Sabtu, 14 September 2013 – 19 36 Teraspos – Angka perceraian di Republic of indonesia tiap tahunnya terus meningkat. Setiap tahunnya bisa mencapai 212. 000 kasus. “Angka tersebut jauh meningkat dari x tahun yang lalu, yang mana jumlah angka perceraian hanya sekitar 50. 000 per tahun, ” ujar Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Jakarta, Sabtu 14/nine. Pihaknya pun merasa prihatin dengan tingginya angka perceraian tersebut. Apalagi, lanjut dia, hampir fourscore persen yang bercerai adalah rumah tangga yang usianya terbilang muda. “Usia rumah tangga relatif masih muda dengan anak yang masih kecil. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial. ” Selain itu, hampir 70 persen perceraian yang terjadi adalah cerai gugat. Dengan kata lain, Nasaruddin menilai lebih banyak perempuan yang mengajukan gugatan perceraian. “Dengan adanya perceraian setidaknya memunculkan masalah baru, yakni kemiskinan, ” tambah dia. Dari berbagai macam alasaan perceraian, ada satu yang mungkin tidak masuk akal. Alasan perbedaan pandangan politik saat ini tren. “Ini sungguh tidak masuk akal, namun itu terjadi, ” katanya. Diambil dari http //nasional. teraspos. com/read/2013/09/14/ 60412/angka-perceraiandi-indonesiaterusmeningkat Tuhan menginginkan keluarga memiliki hubungan yang kuat terikat dengan Kristus. Realita yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen adalah sangat sulit untuk mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. • Berapa banyak waktu yang keluargamu gunakan untuk merenungkan firman Allah? • Berapa banyak waktu yang keluargamu gunakan untuk mengenal Allah dalam komunikasi bersama? • Bagaimanakah keluargamu melakukan kehendak Allah secara konkret? • Apa yang harus dilakukan agar keluarga kamu benar-benar hidup di dalam Kristus? • Bagaimana keluarga mengandalkan Kristus sepenuhnya untuk menopang kehidupan keluarga? • Sikap apa yang harus kamu lakukan untuk mendukung keluargamu agar tetap bertumpu kepada Kristus sebagai fondasi keluarga? Matius 7 24 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. ” Matius 7 26 “Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan. Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir” Lalu apa yang jadi tanggung jawab anak terhadap keluarga? ? ?
Dikatakan di Ibrani 10:36, "Kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu, yaitu hidup (ay.39) . Hanya satu jenis orang yang akan tetap hidup selama-lamanya, yaitu orang yang melakukan kehendak Allah. ( 1Yoh. 2:17) Namun tidaklah mudah bagi kita untuk melakukan kehendak Allah.
bagaimanakah keluargamu melakukan kehendak allah secara konkret – Keluarga merupakan salah satu dari kelompok sosial yang paling penting dalam hidup manusia. Dalam keluarga, pemeluk agama Islam diharapkan untuk melakukan kehendak Allah secara konkret. Untuk mencapai ini, keluarga harus menunjukkan keteguhan dan komitmen yang kuat terhadap tata nilai yang diajarkan oleh Al-Quran dan Sunnah. Hal pertama yang harus dilakukan oleh keluarga untuk melakukan kehendak Allah secara konkret adalah selalu menjaga ketaatan mereka kepada Allah. Ini termasuk menjaga komitmen mereka terhadap ibadah dan penghormatan kepada Allah. Hal ini juga termasuk berpegang teguh pada nilai-nilai yang diajarkan oleh Al-Quran dan Sunnah, serta menghargai hak-hak orang lain. Kemudian, keluarga juga perlu menunjukkan keteguhan dan komitmen yang kuat untuk melakukan perbuatan baik. Ini termasuk menghormati orang lain, mematuhi hukum, menghormati hak-hak orang lain, serta menghargai jenis kelamin, ras, dan agama yang berbeda. Dalam hal ini, keluarga dapat menciptakan suasana yang positif dalam keluarga mereka untuk membantu anggota keluarga mereka melakukan kehendak Allah. Selain itu, keluarga juga perlu membantu anggota keluarga mereka untuk menjadi lebih baik. Hal ini termasuk membantu mereka untuk menjadi pribadi yang tangguh dan bermoral melalui pendidikan dan pengajaran tentang nilai-nilai agama. Ini juga termasuk membantu anggota keluarga mereka untuk menjadi lebih tangguh dan bermoral melalui pengalaman dan dukungan spiritual yang kuat. Akhirnya, keluarga juga harus menunjukkan komitmen mereka untuk melakukan kehendak Allah secara konkret dengan menjalankan amanat agama mereka. Ini termasuk membantu anggota keluarga mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat, puasa, dan berzakat. Ini juga termasuk menghormati hak-hak orang lain, serta memelihara keharmonisan dan persatuan dalam keluarga dan masyarakat. Dengan cara ini, keluarga dapat menunjukkan keteguhan dan komitmen mereka untuk melakukan kehendak Allah secara konkret. Ini adalah cara yang efektif untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan jasmani yang lebih baik bagi keluarga dan masyarakat. Sehingga, keluarga dapat mencapai tujuan akhir mereka, yaitu menjadi keluarga yang taat kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya dengan penuh keteguhan.
Allahmemiliki kehendak khusus bagi hidup setiap orang percaya. Mengetahui dan melakukan kehendak-Nya harus merupakan tujuan hidup kita yang terutama, apa pun risikonya. Agar dapat mengetahui kehendak Allah bagi hidup kita, kita harus lebih dahulu mengenal Allah sendiri. Kita tidak mungkin mengenal diri kita sendiri sebelum mengetahui siapa
Source 1 2 Pelopor Berita Terima Kasih Telah Membaca beberapa Tulisan yang kami tuliskan, memang belum Sempurna namun kami upayakan agar anda mendapat intisari dari tulisan ini.
Karenaitu, Ia memberi tahu Adam dan Hawa tentang kehendak-Nya bagi umat manusia, dengan menyatakan, "Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.". ( Kej. 1:28) Yehuwa juga meminta agar mereka merespek standar-Nya tentang yang baik dan yang buruk. ( Kej. 2:16, 17) Adam dan Hawa bisa memilih untuk tetap loyal.
Minggu, 04 Agustus 2013 KEHENDAK ALLAH BAGI KELUARGA Bacaan Firman Bacalah Kejadian 1816-33 dengan hati yang berdoa untuk menerima pencerahan dari Allah dalam saat teduh hari ini. Pertanyaan Renungan 1. Apa yang dipikirkan oleh Tuhan tentang keluarga Abraham ayat 17-18? 2. Mengapa Allah memilih keluarga Abraham ayat 19? Dalam renungan Saat Teduh hari ini, kita menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang mungkin diajukan oleh beberapa orang, yakni apa yang ada di dalam pikiran Allah tentang keluarga. Musa menuliskan jawabannya dengan kalimat indah, “Berpikirlah TUHAN Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?,’” ayat 17-18. Apa yang ada dalam pikiran Allah terhadap keluarga yang takut dan gentar akan Tuhan? Musa menuliskan pikiran Allah, “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” Allah adalah pencipta, yang menciptakan segala sesuatu. Ia tidak perlu memberitahukan kepada makhluk ciptaanNya tentang apa yang akan Ia kerjakan. Namun, kita melihat bahwa demi kehendak Allah terjadi di bumi, maka Ia menyatakan rahasiaNya kepada Abraham. Sebenarnya Allah tidak perlu meminta pertimbangan manusia, tapi Ia tidak mau merahasiakan kehendakNya kepada Abraham. Apa tujuan Allah memberitahukan rencana dan kehendakNya kepada Abraham? Karena FirmanNya, “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya,” ayat 19. Ketika keturunan dari Abraham melakukan kebenaran dan keadilan, maka Allah akan memenuhi janjiNya kepada mereka. Rindukah keluarga Anda dipilih untuk melakukan kehendak Allah, yaitu melakukan kebenaran dan keadilan di bumi? Apakah Anda dan keluarga melakukan kebenaran dan keadilan? Hiduplah dengan benar di mata Tuhan. Sebab, jika Anda taat untuk melakukan kehendak Allah, maka keluarga Anda akan diberkati oleh Tuhan. Siapkan Anda untuk melakukan kehendakNya? Praktek Sudahkah Anda hidup benar di mata Allah dengan melakukan kebenaran dan keadilan? Jika belum, mengapa? Bagikan pengalaman dan komitmen Anda di komsel. Pengunjung 1,628 2019-10-11T054243+0700
Diingatkanbahwa tujuan akhir kita sebagai murid Kristus, yaitu seperti Bunda Maria, kelak di akhir zaman kita pun akan diangkat ke Surga, tubuh dan jiwanya. Namun, ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk sampai ke sana, yaitu: setia melakukan kehendak Allah dalam kehidupan kita sehari-hari sampai akhir hidup.
Kejadian 2 18-25 Pembahasan tentang topik keluarga adalah pembahasan yang sangat menarik dan relevan sepanjang zaman. Tidak ada kata tamat dalam pendidikan keluarga. Apa keluarga itu dan bagaimana sebuah keluarga menjadi misioner, Alkitab mengajar kita tentang hal itu. Alkitab menyatakan bahwa keluarga ada karena Allah yang menghendaki. Tuhanlah yang membentuk keluarga sebagai lembaga pertama di dunia ini. Tema kita minggu ini “Keluarga adalah Kehendak Allah”. Berdasarkan tema ini kita mempelajari beberapa hal sebagai berikut 1. KELUARGA ADA KARENA RANCANGAN ALLAH Secara individu manusia diciptakan dalam kesempurnaan oleh Allah. Manusia dicipta berdasarkan pertimbangan/rancangan Allah di dalam kekekalan bnd. Kej. 1 26 ; Baiklah Kita.... Menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka 27. Namun ketika Allah melihat bahwa manusia itu Adam seorang diri saja, Ia menganggap bahwa itu tidak baik 18. Karena itu Allah terdorong menciptakan pribadi yang sepadan dengannya Kej. 2 18 dan menyatukan mereka menjadi pasangan suami-istri yang tinggal bersama menjadi satu keluarga 24. Dari sini kita bisa tahu bahwa keluarga dan berkeluarga itu merupakan kehendak Allah. Ide atau inisiatif pembentukan keluarga datangnya dari Allah sendiri, sang Perancang Agung. Kita melihat ada sebuah proses yang menarik dalam pembentukan keluarga, yang pasti hal ini bukan proyek uji coba, sebab Allah sudah merancangNya sejak kekekalan. Allah membentuk manusia Adam - lalu manusia mencari penolong, tetapi tidak menemukan yang sepadan dengan dia 20. Allah memberikan penolong yang sepadan yang dibangun dari tulang rusuk laki-laki. Allah mempersatukan dan memberkati mereka menjadi pasangan suami istri yang sah, yakni seorang laki-laki dan seorang perempuan monogami, pasangan yang sepadan setara, cocok, seimbang, seiman serta berlangsung seumur hidup sampai maut memisahkan. Itu adalah kehendak Allah. 2. KEHENDAK ALLAH AGAR KELUARGA MEMILIKI KUALITAS-KUALITAS ILAHI Allah harus menjadi dasar atau pondasi kedudukan keluarga di bumi ini. Dengan kata lain, keluarga harus berpusat kepada Allah. Allah bukan hanya merancang keluarga, tetapi juga memperlengkapi keluarga dengan kualitas-kualitas ilahi agar dapat hidup sesuai dengan kehendakNya. a. Charateristic Quality Allah membangun keluarga suami dan istri dengan kualitas karakter ilahi. Di dalam keluarga yang ilahi, tercermin karakter rohani, pengetahuan kebenaran maupun sifat-sifat moral seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kebaikan, kesetiaan dan kekudusan. Sebagaimana Allah mencipta manusia sesuai gambar dan rupaNya, maka dalam keluarga otomatis yang muncul adalah karakter-karakter Allah. Adam berkata Inilah Dia, tulang dari tulangku, daging dari dagingku. Satu ungkapan sukacita, penerimaan yang bangga akan istrinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya ay. 23, bahkan demi istrinya, seorang laki-laki harus siap meninggalkan ayah dan ibunya menjadi satu unit sosial yang baru, dan bersatu dengan istrinya menuntut adanya kesetiaan sehingga keduanya menjadi satu daging melebihi atau mengalahkan kesatuan apapun di dunia ini, termasuk kesatuan antara orangtua dan anak. Mereka menjadi satu daging ekhad bassar yang saling mengasihi kesatuan yang saling mendahului dalam kasih, bukan lagi hidup untuk diri sendiri serta hidup dalam persekutuan yang kudus Hubungan suami istri adalah hubungan yang kudus, untuk mengekspresikan hubungan pribadi dan juga tujuan prokreasi beranak cucu sebagaimana janji Tuhan. Dengan memiliki karakter ilahi, maka suami istri makin memahami kehendak Allah. b. Power Quality Power Quality adalah kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh Tuhan kepada pasangan suami-istri ketika mereka dibentuk oleh Tuhan, yakni otoritas ilahi atas seluruh ciptaan lainnya untuk melindungi, memerintah, menguasai serta mengatur segala sesuatu di bumi untuk kemuliaan Allah bnd. Kej. 1 28. Mereka menjadi satu tim kerja yang saling meolong. Namun ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka manusia kehilangan kuasa dan kemuliaan Allah, sehingga harus terbuang dari tanah berkat yang disediakan Allah untuk dikuasai Kej. 3 17-24. Namun kematian Kristus di salib sudah menaklukkan semua dosa, Iblis bahkan maut. Karena itu setiap orang yang percaya kepada Kristus kembali memperoleh kehidupan rohani dan kuasa sebagai anak Allah agar tetap hidup berkemenangan 12. Kita dapat mengalahkan “dunia” menaklukkan, menguasai, mengusahai dan juga “memenangkan” jiwa oleh pertolongan Roh Kudus yang sudah memberi kita kuasa dalam pemberitaan Injil. c. Aesthetic Quality Aesthetic Quality adalah kualitas ilahi keindahan rumah tangga Kristen. Selain diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, pasangan suami istri dalam rumah tangga juga dibentuk oleh Tuhan dengan nilai estetika atau nilai keindahan ilahi tertinggi, sehingga setiap keluarga menjadi indah di mata Tuhan dan manusia. Manusia dibentuk Ibr. Yatsar yang berarti dibentuk secara indah atau mengukir secara rapi. Lalu perempuan dibangun Ibr. Bana artinya dibangun secara baik dan indah. Keduanya dibentuk indah oleh tangan Allah sendiri. Dengan demikian keluarga memiliki nilai abadi dan keindahan klasik bnd. Amsal 3110, Yes. 434. 3. APLIKASI BAGI KELUARGA Dari pembahasan di atas, pelajaran yang boleh kita ambil, ialah dalam membangun keluarga kita harus meyadari bahwa itu bukan semata-mata keinginan manusia melainkan rancangan atau kehendak Allah dalam kekekalan. Tuhan menghendaki adanya pasangan suami istri yang sepadan. Keluarga berlanjut sampai maut memisahkan. Jadi sekalipun ada tantangan “badai” dalam keluarga, harus selalu ingat, keluarga adalah kehendak Allah. Keluarga harus tetap berpusat kepada Tuhan. Allah membentuk keluarga yang memiliki kualitas-kualitas ilahi. Tuhan memberi karakter rohani, memberi kuasa dan memberi nilai estetika yang tinggi. Maka agar semua dapat berjalan dengan baik, ingatlah bahwa keluarga bukan hanya dibentuk, tetapi juga tempat pembentukan bagi seisi anggota keluarga suami ayah, istri ibu dan anak-anak, agar mengenal Kristus dan semakin serupa denganNya. Mari kita ciptakan “iklim rohani” yang sehat di tengah-tengah keluarga, agar tercipta relasi yang baik vertikal dan horizontal. Keluarga Kristen haruslah menjadi teladan rohani yang baik di tengah-tengah lingkungan di manapun berada supaya Tuhan dimuliakan. Baik kita yang sudah menikah, maupun yang rencana menikah, perhatikanlah firman Tuhan ini. Keluarga adalah kehendak Allah dan jika hidup sesuai dengan kehendak Allah, pastilah Tuhan berkenan dan memberkati, agar kemudian menjadi berkat bagi orang lain. Amin.
LangkahLangkah Mencari Kehendak Allah. "Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu." (1 Yohanes 3:19-20) "Hendaklah damai sejahtera Kristus
Pastor Mark Lee Pembaruan Akal Budi 1 PERKARA YANG PALING PENTING DARI SEGALANYA Dalam suatu kesempatan sharing, ada beberapa saudara dan saudari seiman yang mengajukan pertanyaan ini Bagaimana kita bisa tahu kehendak Allah? Saat itu saya memberikan penjelasan yang singkat karena waktu yang terbatas. Ketika saya renungkan lagi pertanyaan ini, saya merasa sangatlah penting bagi saya untuk menjelaskan tentang hal memahami kehendak Allah karena ini adalah pertanyaan yang paling penting di antara segalanya. Jika kita tidak tahu kehendak Allah, tentu saja akan sangat sukar bagi kita untuk bisa melangkah di jalan Allah, dan akibatnya pasti akan sangat berat. Jika saya tidak salah, mungkin ada lebih dari 90% orang percaya yang tidak tahu kehendak Allah, dan mereka juga tidak tahu bagaimana cara memahami kehendak Allah. Ini adalah masalah yang sangat serius dalam kehidupan rohani kita. Saya harap setiap orang di sini bisa melihat dan mempertimbangkan pokok ini dengan serius dan jelas, supaya anda benar-benar bisa memahami uraian yang sedang anda dengarkan. Jika tidak, sangatlah mudah untuk mendengarkan sesuatu tanpa memahaminya. Sekalipun dituliskan dalam beberapa halaman, kita tetap perlu berusaha untuk bisa berpikir dengan serius agar dapat mencerna dan menyerapnya. Seringkali, ada saudara-saudari yang tidak memandang perkara rohani secara serius dan akibatnya, seperti yang sering diingatkan oleh Alkitab, kita perlu sering dibangunkan! Bangkit! Ini terjadi karena kita tidak menjalani keseharian kita dalam kewaspadaan. Sebagai orang percaya, jika kita tidak mengetahui kehendak Allah, pada umumnya kebanyakan orang akan mengandalkan pada kejadian-kejadian ajaib sebagai jaminan dan tanda telah menerima kehendak Allah. Tentu saja, banyak orang yang tidak mengalami mukjizat dan mereka hanya bisa menyerahkan semua hal kepada nasib. Oleh karena anda tidak mengetahui kehendak Allah, dan juga tidak ada petunjuk apa pun, maka anda hanya bisa bertindak lebih dahulu. Ini adalah penyakit rohani yang paling serius yang melanda orang-orang percaya. Tanpa mengetahui kehendak Allah, bagaimana bisa kita mengikut Dia? Bagaimana kita akan melangkah sesuai dengan kehendak-Nya? APAKAH MUKJIZAT MERUPAKAN TANDA KEHENDAK ALLAH? Dulu ketika saya masih muda, ketika saya masih baru menjadi Kristen dan pengalaman saya di dalam Tuhan masih sedikit, ada seorang saudara dan saudari seiman yang berpacaran. Keduanya mengasihi Tuhan dan sedang mempertimbangkan untuk menikah. Saya ingat bagaimana saudara ini menceritakan kepada saya bahwa dia sudah mendoakan hal ini dan mencari pimpinan dari Allah. Setelah berdoa untuk beberapa waktu, terjadi sebuah peristiwa yang sangat khusus. Suatu hari dia naik ke bus umum ke tempat kerja, hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Lalu, dia terkejut ketika melihat ada dua nama tertulis di balik kursi di hadapannya. Kedua nama itu adalah namanya serta nama saudari itu. Peluang hal ini merupakan suatu kebetulan sangatlah kecil. Peristiwa ini terjadi di luar negeri, dan kedua nama itu ditulis dalam bahasa Inggris, dan nama mereka berdua di dalam bahasa Inggris terbilang unik, bukanlah nama yang lazim seperti David atau Mary. Nama Inggris dari saudara ini dia buat dengan memakai terjemahannya sendiri — diambil dari bahasa Chinese — dan di dalam bahasa Inggris, terjemahan nama itu menjadi agak aneh, dan saya juga belum pernah bertemu dengan orang lain yang memakai nama dalam bahasa Inggris yang sama dengan nama kedua orang ini. Jadi, peluang tertulisnya kedua nama itu secara bersamaan di satu tempat sangatlah kecil. Jadi, dia kembali dan bercerita kepada saya bahwa dia menganggap hal itu adalah tanda dari kehendak Allah, yakni dalam memberi dia kesempatan melihat kedua nama itu ada tertulis di sebuah tempat. Benarkah ini kehendak Allah? Kelihatannya mungkin benar, apakah Allah sedang memberi mereka suatu pertanda? Semacam lampu hijau? Tidaklah mudah untuk mengetahui kehendak Allah. Contoh nyata yang lain, yang juga berlangsung di masa lalu, terjadi pada seorang saudari seiman. Ada seorang saudara seiman yang menaksirnya dan berharap untuk bisa masuk ke hubungan yang lebih mendalam dengannya, dan saudara ini sedang menunggu jawabannya. Tentu saja, gadis ini juga mendoakan urusan ini. Saya rasa tidak ada orang Kristen yang tidak berdoa kepada Allah untuk mencari petunjuk dalam urusan pasangan hidup. Dia bertanya apakah dia dan pemuda itu boleh menjalin hubungan. Belakangan, gadis ini menyampaikan kesaksian bahwa dia mengalami pertemuan dengan pemuda itu di jalan sampai berkali-kali, dan hal ini terjadi setelah dia mendoakan urusan ini. Gadis ini bertemu dengannya di sebuah jalan, kemudian ketika dia melalui jalan yang lain, dia bertemu dengan pemuda itu lagi. Rangkaian peristiwa ini membuatnya merasa bahwa ini mungkin merupakan isyarat lampu hijau dari Allah baginya. Bagaimana mungkin hal ini terjadi secara kebetulan? Adalah normal jika kita bertemu seseorang satu kali, tetapi bertemu lagi di jalan yang lain bukanlah hal yang umum terjadi. Tiga kali berturut-turut di tempat yang berbeda? Oleh karena rangkaian peristiwa pertemuan ini terjadi dalam waktu yang cukup singkat, dia lalu menerima lamaran pemuda itu. Jika hal-hal semacam ini terjadi pada diri anda, bagaimana anda akan membedakan apakah ini kehendak Allah atau bukan? Ini adalah pokok yang sangat penting, bukankah demikian? Bagaimana agar kita bisa menerima petunjuk dan arahan-Nya? Jika kita tidak memahami pokok ini dengan jelas, bukankah itu berarti kita harus membuang undi setiap hari di rumah? Angka ganjil berarti boleh dan angka genap berarti larangan? Faktanya adalah banyak orang percaya, bahkan mereka yang sudah percaya sejak lama, tidak tahu bagaimana memahami kehendak Allah. Apa yang bisa kita perbuat kalau kita tidak tahu kehendak Allah? Kita hanya bisa membuat anggapan. Sama seperti dua contoh tadi, kita akan memandang bahwa kejadian-kejadian khusus seperti itu sebagai tanda dan petunjuk akan kehendak Allah. Hal ini hanya hasil dari tebakan anda, dan bisa saja dilandasi oleh pandangan yang sudah condong pada kesimpulan tertentu. Peristiwa ajaib tidak selalu merupakan petunjuk dari Allah. Banyak orang yang mencari kehendak Allah dengan cara menunggu tanda — suatu peristiwa khusus, tanda khusus. Namun tentu saja, jika anda akrab dengan isi Alkitab serta prinsip-prinsip rohani, suatu kejadian tak bisa dijadikan bukti sebagai kehendak Allah. Kejadian khusus adalah suatu hal yang tersendiri, dan kehendak Allah juga merupakan suatu hal yang tersendiri, dan keduanya tidak boleh disama-ratakan. Suatu kejadian khusus tidak selalu menandakan kehendak Allah. Ada orang yang memenangkan hadiah lotere, apakah hal ini juga menandakan kehendak Allah? Apakah sudah menjadi kehendak Allah bahwa dia akan memenangkan hadiah lotere? ALKITAB MENGAJAR BAGAIMANA MEMBEDAKAN KEHENDAK ALLAH Topik hari ini adalah Bagaimana seorang percaya bisa memahami kehendak Allah? Ini juga menjadi suatu peringatan bagi kita semua bahwa urusan ini adalah pokok yang sangat penting. Sebagai seorang percaya, jika kita tidak memahami kehendak Allah, kita tidak akan tahu ke arah mana kita akan menuju, dan akan menjadi mustahil bagi kita untuk melangkah di dalam kehendak Allah. Oleh karenanya, sangatlah penting bagi kita semua untuk bisa memahami bagaimana supaya kita bisa mengerti kehendak Allah! Tentu saja, Alkitab memberi kita ajaran mengenai pokok yang penting ini. Mustahil Alkitab tidak mengajari kita tentang hal ini. Hari ini, saya berencana untuk membahas satu ayat yang sangat penting, ayat yang sangat akrab bagi kebanyakan dari kita, walaupun keakraban dan pemahaman seringkali berbeda jalan. Dalam Roma 122, rasul Paulus berkata, Janganlah menjadi sama dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna. Ayat ini sangat akrab bagi kebanyakan orang percaya. Kita sudah sering membacanya, tetapi apakah kita sudah memahaminya? Setelah membacanya, tahukah anda hal-hal yang harus anda perbuat? Seringkali kita hanya membaca ayat ini, tetapi kita tidak tahu harus berbuat apa sesuai dengan ayat ini, dan kita juga tidak tahu hal apa sebenarnya yang diuraikan oleh ayat ini. Tampaknya kita dapat memahami sebagian dari perkataan dalam ayat ini, tetapi agaknya kita tidak benar-benar memahami makna ayat ini, dan kita tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana melakukannya. Banyak orang Kristen yang seperti ini saat membaca isi Alkitab. Apakah orang-orang ini tidak memiliki pemahaman? Mereka mengerti sebagian dari apa yang mereka baca. Namun, apakah mereka mengerti dengan sepenuhnya? Kenyataannya, mereka tidak tahu bagaimana menerapkan apa yang mereka baca di dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita sederhanakan, ada tiga poin dasar yang terkait dengan ayat ini. Jangan menjadi sama dengan dunia, berarti tidak memakai cara bertindak yang sama, lalu apa yang harus kita perbuat? Ada tiga poin yang berkenaan dengan hal apa yang harus kita perbuat. Pertama, akal budi kita harus diperbarui; kedua, mengalami perubahan; ketiga, membedakan apa yang menjadi kehendak Allah. MEMBEDAKAN APA YANG MENJADI KEHENDAK ALLAH Kita akan membahas dari poin yang ketiga “Membedakan apa yang menjadi kehendak Allah” sebagai titik awal pembahasan. Banyak dari kita yang kurang memahami ungkapan ini. Kita mengira mengenali kehendak Allah berarti itu adalah urusan Allah untuk memberitahu kita apa yang menjadi kehendak-Nya. Mungkin Dia akan menyatakannya melalui mimpi atau berbagai kejadian ajaib, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, lalu kita mengira bahwa itu adalah tanda dari kehendak Allah. Akan tetapi, ini bukanlah hal yang dimaksudkan oleh ayat itu. Dalam ayat ini dipakai kata yang tegasmembedakan’. Kata aslinya dokimazo berarti membuktikan’ atau menguji’. Ini berarti anda harus mencermati, menguji dan membuktikan. Jadi, hal mengenali kehendak Allah menuntut kita untuk melakukan pemeriksaan dan kita perlu membedakan dengan jelas, bukannya melempar dadu dan mengamati angka berapa yang muncul — hal yang tidak ada kaitannya dengan urusan pembuktian. Bukan seperti itu, anda perlu memeriksa kata membedakan’ jelas berkenaan dengan urusan pemeriksaan’, mengenali apakah ini memang kehendak Allah, dan anda perlu tahu bagaimana membedakan kehendak Allah dari hal-hal lainnya. Anda mungkin berkata bahwa tuntutan ini terlalu tinggi, apakah kita harus memeriksa dengan teliti apakah sesuatu hal itu memang merupakan kehendak Allah? Justru karena saya tidak bisa membedakan, bagaimana saya harus membedakan? Jangan mengeluh dulu, saya memulai pembahasan dari poin terakhir, dan kita perlu membahas poin kedua sebelum kita memiliki kemampuan untuk melakukan poin yang ketiga. UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH, KITA HARUS DIUBAHKAN TERLEBIH DULU Bagaimana seseorang bisa membedakan dan membuktikan apa yang menjadi kehendak Allah? Hal penting apa yang kita perlukan terlebih dahulu? Mengalami perubahan! Artinya, segenap hidup kita harus diubah! Oleh karenanya, urusan mengenali kehendak Allah tidak bergantung pada segala macam kursus atau pendidikan Alkitab. Sebaliknya, segenap kehidupan anda harus diubah oleh Allah! Dalam naskah aslinya terdapat kata kamu’, hal yang juga ada dalam naskah bahasa Indonesia dalam bentuk yang disingkat, dan anak kalimat itu berbentuk pasif dalam bahasa aslinya. Ini berarti bahwa kita harus diubah oleh Allah. Saat hidup anda diubah, segenap watak anda berubah. Anda akan memiliki kemampuan untuk menguji dan mengenali kehendak Allah. Ini berarti hal memahami kehendak Allah itu bukan urusan membaca tafsiran Alkitab atau melakukan penelitian. Kemampuan ini muncul karena hidup kita diubah oleh Allah. Jika anda belum diubah oleh Allah, sekalipun anda membaca Alkitab sampai 365 kali, hal itu tidak akan menolong anda dalam memahami kehendak Allah. Jika anda ingin mengetahui kehendak Allah, anda harus diubah sepenuhnya. Masuklah ke dalam perubahan itu dan anda akan mendapat pemahamannya. Jika anda belum mengalami perubahan, anda tidak akan tahu apa-apa. Hanya orang yang sudah diubah hidupnya oleh Allah yang mampu mengenali kehendak Allah. Ini adalah langkah yang kedua. PERUBAHAN TERJADI MELALUI PEMBARUAN AKAL BUDI Bagaimana kita bisa diubah? Itu sebabnya mengapa saya membahas pokok ini secara terbalik. Kita harus mengambil langkah maju ke tahap berikutnya melalui pembaharuan akal budi kita. Hanya dengan melalui pembaharuan akal budi itu anda bisa diubah. Langkah yang pertama ini sangatlah penting. Jika akal budi anda sudah benar-benar diperbarui, anda akan berubah. Apakah anda ingin diubahkan? Saya akan beritahu anda bagaimana caranya mengalami perubahan, tidak akan ada masalah dan anda akan mampu mengenali kehendak Allah. Ini adalah proses tiga tahap yang sederhana. Tampaknya kita harus memusatkan perhatian pada langkah yang pertama, yang paling dasar. Begitu langkah yang pertama ini sudah dijalani, maka kedua langkah berikutnya cenderung terjadi secara otomatis. Langkah yang pertama merupakan kunci bagi kedua langkah berikutnya. Saya ingin menekankan poin ini karena hal ini merupakan poin yang sering diabaikan. Pertama-tama, mari kita lihat makna dari pembaruan akal budi. Pembaruan berarti perubahan, hal ini mudah untuk dipahami. Pembaruan akal budi berarti anda harus memiliki cara berpikir yang baru. Segala sesuatunya menjadi baru, dan semua itu bersumber dari cara berpikir kita. APAKAH KITA MEMERIKSA PIKIRAN KITA? Jika kita amati orang-orang, sangat sedikit — bahkan di kalangan orang percaya — yang memeriksa cara berpikir mereka sendiri. Bagi mayoritas orang — termasuk orang percaya — hal apakah yang menjadi pusat perhatian mereka? Mereka tidak peduli dengan cara berpikir mereka sendiri, mereka tidak memandang penting urusan memeriksa cara berpikir mereka. Yang mereka perhatikan adalah perilaku, apakah ada perbuatan yang salah atau menyimpang. Orang percaya yang lebih dewasa akan memeriksa urusan pemakaian kata-kata, apakah mereka sudah bisa mengendalikan lidah mereka dan apakah mereka sudah mengucapkan hal-hal yang seharusnya tidak mereka ucapkan. Ini adalah hal-hal yang lebih diperhatikan oleh orang-orang percaya Apakah saya sudah melakukan atau mengucapkan hal yang salah? Beritahu saya ada berapa orang percaya yang memeriksa apakah cara berpikir mereka sudah benar atau belum? Sangat sedikit! Sangat sedikit! Sangat sedikit orang yang peduli apakah cara berpikir mereka masih salah. Kapankah anda memeriksa cara berpikir anda? Anda akan memeriksa perilaku anda dan mereka yang sudah lebih maju akan memeriksa ucapan mereka sendiri. Akan tetapi, apakah anda sudah memeriksa isi pikiran anda? Ada begitu banyak hal yang terlintas di pikiran kita setiap harinya. Begitu kita membuka mata di pagi hari, bahkan sebelum kita menggosok gigi, banyak pikiran sudah memasuki benak kita, tetapi sangat sedikit orang yang memeriksa hal-hal yang masuk ke dalam pikiran mereka. Mengapa? Banyak orang mengira bahwa melakukan perbuatan yang salah akan menyakiti orang lain, mengucapkan hal yang salah akan menyakiti orang lain juga, tetapi memiliki pikiran yang salah tidak akan menyakiti orang lain. Selama kita tidak melakukan hal yang salah atau mengucapkan hal yang salah, kita merasa kita akan baik-baik saja. Sebagai contoh, jika anda tidak menyukai seseorang, tetapi anda masih harus terus menyapa orang itu dengan senyum tanpa melupakan sopan santun. Anda tidak merasa telah menyakiti orang itu karena semua pikiran anda hanya ada di dalam otak anda sendiri. Ada sebagian orang yang tidak ingin dikunjungi oleh beberapa orang tertentu pada hari Tahun Baru Imlek, tetapi apa yang akan mereka katakan jika orang-orang tersebut tetap berkunjung? “Senang sekali bisa bertemu anda!” Anda akan menunjukkan sopan santun di sisi luar anda, tetapi bagaimana isi pikiran anda? Anda tidak terlalu peduli isi pikiran anda. Mengapa? Karena tak ada orang lain yang tahu isi pikiran anda. Setelah menghidangkan teh dan kue, anda mungkin berpikir, “Cepatlah pulang, sangat menjemukan!” Namun, anda tidak akan menunjukkannya karena tak ada orang yang tahu, jadi anda tidak akan peduli dengan hal-hal apa yang anda pikirkan saat itu. Akan tetapi, justru di sinilah letak persoalannya. Siapa yang bisa tahu isi pikiran anda? Anda masih bisa menampilkan senyum, dan merasa tidak ada masalah sama sekali. Saya tidak menyinggung perasaan siapa pun dan tidak melakukan perbuatan buruk apa pun. Hal-hal buruk itu cuma ada dalam pikiran, ditambah dengan fakta bahwa pikiran itu berlangsung singkat saja, jadi anda tidak merasa peduli dengan hal itu. Banyak pikiran datang dan pergi dengan cepat di dalam benak kita. Jika kita harus menangani semua itu, kita akan disibukkan dengan urusan pikiran saja. Kebanyakan hal yang berlangsung dalam kehidupan kita terjadi di dalam pikiran, lebih banyak dari tindakan dan ucapan kita. Begitu ada satu pikiran yang muncul, hal itu bisa memicu banyak tindakan dan perubahan. Ada banyak pikiran yang melintas dengan sangat cepat. Seringkali, anda mendapatkan satu pikiran, tetapi kemudian pikiran itu hilang dengan cepat. Oleh karenanya, kita tidak merasa terganggu oleh pikiran kita sendiri. Lagi pula, hal-hal yang terlintas itu mungkin tidak penting, hanya suatu pikiran tentang pertemuan dengan orang yang tidak disukai, tidak ada tindakan atau ucapan yang menyatakan ketidaksukaan itu, jadi tidak ada masalah. Inilah masalah yang pertama Kita tidak peduli dengan isi pikiran kita. PIKIRAN KITA ADALAH DIRI KITA YANG SESUNGGUHNYA Akan tetapi, anda perlu tahu bahwa Allah peduli dengan pikiran anda! Inilah perbedaan antara Allah dengan manusia. Bagaimana Alkitab menggambarkannya? Allah menguji isi hati manusia. Sama seperti kata examine menguji, memeriksa yang saya pakai. Anda harus memeriksa firman Allah untuk mencari tahu hal apakah yang benar dan manakah kehendak Allah. Pada saat yang bersamaan, Allah akan memeriksa anda, dan tebak hal apa yang Allah lihat? Apakah Dia memeriksa perilaku anda? Ucapan anda? Semua itu memang akan Dia perhatikan, tetapi hanya sebagai urusan kedua. Yang lebih penting bagi Allah adalah Dia akan memeriksa hati anda dan melihat apa yang kita pikirkan. Anda tahu apa yang sedang anda pikirkan, tetapi tetangga anda tidak tahu akan hal itu. Namun bagi Allah, Dia tahu persis isi hati dan pikiran anda. Tahukah anda? Itulah wujud sejati kita. Anda bisa terlihat sangat gembira, menyapa orang dengan senyum, tetapi apa yang tersimpan dalam hati anda? Anda mencela dia dalam hati anda. Mana yang asli? Yang gembira atau yang mencela? Tentu saja yang mencela, apa yang tersimpan di dalam itulah yang asli, itulah diri kita sesungguhnya. Jangan mengira bahwa anda akan baik-baik saja dengan mengutamakan sisi luar yang baik, Allah melihat isi hati anda. Artinya, jika anda ingin mengatasi masalah, anda harus memulai dari hati anda, dari pikiran anda karena itu adalah diri anda yang sesungguhnya. Bukan hal yang anda ucapkan, melainkan apa yang anda pikirkan, itulah yang menjadi jati diri anda. Cara anda menilai orang lain atau menilai sesuatu hal, itulah jati diri anda. Namun, kita sering tidak memperhatikan aspek ini dan menutupinya dengan mudah. Kita sangat peduli akan sisi luar kita. Kita merasa perlu untuk berperilaku yang baik. Mengapa? Karena kita takut akan penilaian orang lain, jadi kita perlu bisa berperilaku baik untuk mendapatkan kesan baik dari mereka. Namun, ini adalah kepalsuan, bukan diri kita yang sebenarnya. Jati diri kita bergantung pada isi hati kita, isi pikiran kita, itulah jati diri kita, jadi janganlah kita menipu diri sendiri. Itulah poin yang pertama — yakni agar kita tahu bahwa pikiran adalah hal yang paling penting yang sering kita abaikan. Oleh karena itu, dalam berbagai hal, bukan saja kita jadi tidak mengenal Allah, kita juga tidak memahami diri kita sendiri. Kita bahkan mengira bahwa kita ini orang baik, padahal sebenarnya tidak. Jika kita menyembunyikan kekotoran dalam pikiran kita, dalam hati dan benak kita, percuma saja semua kebaikan yang kita tunjukkan di sisi luar kita. Jangan mengira bahwa semua itu hanya kilasan singkat di dalam otak kita, justru semua kilasan singkat itulah yang menunjukkan jati diri kita. TANPA PEMBARUAN AKAL BUDI, SEGALA UPAYA UNTUK BERUBAH AKAN GAGAL Hal yang perlu saya ungkapkan terkait dengan makna penting dari pikiran di dalam poin kedua adalah Banyak orang percaya, setelah mendengarkan ajaran Alkitab dan belajar beberapa prinsip yang saya maksudkan adalah orang-orang percaya yang memiliki niat baik, sangat bersedia untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh Alkitab, seringkali mereka mendapati bahwa mereka tidak mampu menjalankannya. Alkitab menyuruh mereka melakukan hal ini dan itu, mereka sangat giat berusaha menjalankannya, tetapi mereka tak mampu menjalankannya. Ada juga yang bisa menjalankannya untuk beberapa waktu, tetapi mereka tidak sanggup terus menjalankannya. Ambil contoh urusan membaca Alkitab. Setelah mendengarkan khotbah, mereka jadi sangat rajin membaca Alkitab. Namun, setelah sekitar setahun atau beberapa tahun, mungkin hanya dalam hitungan bulan atau bahkan minggu, mereka dapati bahwa mereka tidak sanggup meneruskannya. Kadang kala, setelah mendengarkan khotbah, mereka merasa perlu melakukan sesuatu hal, mereka tahu bahwa hal itu baik dan mereka bersedia menaatinya, tetapi segera saja mereka dapati bahwa mereka tak berhasil melakukannya dan tidak bisa bertahan meneruskannya. Banyak orang Kristen yang seperti itu, bersemangat tinggi untuk beberapa saat, lalu semangat itu padam. Begitu terjadi sesuatu atau mendapat teguran, mereka terpaksa harus memulai dari awal lagi. Seperti orang yang naik roller-coaster wahana permainan yang meluncur naik dan turun, mereka berputar-putar lalu naik dan turun terus menerus. Terlihat bagus bulan ini, lalu ceritanya berubah di bulan berikutnya. Mengapa? Alasannya sama — anda belum mengalami perubahan di dalam diri anda, yang berubah hanya sisi luarnya. Anda tahu hal baik yang perlu dilakukan, karena itu anda bergegas melakukannya. Namun, karena tidak ada perubahan di sisi dalam anda, hal itu tidak akan bertahan lama, tak peduli sekuat apa pun anda berusaha. Otak merupakan pusat dari pikiran manusia. Otak memegang kendali. Otak tidak mengeluarkan instruksi yang jelas, jadi ada banyak orang yang hidupnya tidak stabil dan mudah goyah, tak peduli seberapa rajin mereka berusaha dan taat pada apa yang diajarkan oleh Alkitab. Mengapa? Ini karena hati dan pikiran anda belum diperbarui. Anda hanya bisa diperbarui melalui pembaruan akal budi. Jika anda lewati tahapan ini, jangan mengira bahwa anda akan bisa diubah hanya dengan membaca Alkitab lebih sering dan lebih giat. Tidak ada gunanya! Tanpa pembaruan akal budi, hal yang bisa anda lakukan hanya bersifat sementara. Dalam ayat ini dijelaskan dengan tegas langkah yang pertama, kedua dan yang ketiga, dan disampaikan dalam urutan yang jelas. Anda tidak boleh melompati urutan yang ada. Inilah hal yang terjadi pada orang yang akal budinya tidak diperbarui. Lalu, mengapa bisa tetap ada perbuatan baik? Hanya mengandalkan disiplin pribadi. Saya ingin membaca Alkitab, lalu kita mendisiplin diri kita untuk membaca Alkitab, berdoa dan melakukan berbagai hal. Kita membuat banyak aturan untuk diri kita sendiri. Kita mewajibkan diri sendiri untuk membaca Alkitab selama 30 menit, lalu berdoa 30 menit, tidak lagi bermain game di HP, dan sebagainya. Kita membuat banyak peraturan lalu berusaha menjalankan semua itu. Dapatkah anda memberitahu saya berapa lama hal semacam ini bisa bertahan? Anda yang sudah pernah mencobanya akan tahu, hal itu tidak akan berlangsung lama. Mengapa? Karena tidak ada perubahan di dalam. Akal budinya belum diperbarui, berapa lama hal semacam itu bisa bertahan hanya dengan mengandalkan tindakan menaati berbagai aturan? Namun, bukan berarti mereka tidak memiliki niat untuk mewujudkannya. Mereka ingin melakukan hal yang baik, tetapi tanpa pembaruan akal budi, usaha itu hanya akan berakhir dengan kegagalan jika anda hanya mengandalkan ketaatan pada aturan, hanya mengejar tindakan. Berapa lama anda bisa bertahan akan berbeda-beda, bisa 6 bulan atau 9 bulan atau setahun, dan sebagainya. Namun, akan tetap berakhir dalam kegagalan. Jadi, urutan langkahnya sangatlah penting. Hidup anda hanya bisa diubah melalui pembaruan akal budi. Selama akal budi anda belum diperbarui, anda masih merupakan manusia lama, bukan manusia baru. Anda boleh berusaha menjalankan perintah Alkitab. Anda berusaha menjalankan saat teduh, berusaha mengasihi sesama manusia, berusaha melakukan ini dan itu. Semua itu hanya aturan buatan anda sendiri yang tidak akan bisa menolong anda. Dengan demikian, anda perlu memperhatikan kata oleh’, oleh pembaruan akal budi, baru perilaku anda bisa berubah, dan hidup anda akan berubah. Saya memakai banyak waktu khotbah ini untuk menekankan arti penting pokok ini kepada anda. Pembaruan akal budi adalah hal yang luar biasa penting! PEMBARUAN AKAL BUDI TIDAK SAMA DENGAN PEMBARUAN PENGETAHUAN Tentu saja, pertanyaan yang berikutnya sudah jelas Bagaimana supaya akal budi kita bisa diperbarui? Inilah inti dari semua persoalannya. Saya juga sudah memberitahukan tadi bahwa pokok ini sangat sukar untuk dipahami. Saya akan mencoba menjelaskannya kepada anda, tetapi tetap saja akan terasa sukar untuk memahaminya. Anda perlu mencernanya dengan perlahan saat sudah pulang nanti agar bisa memahaminya dengan baik. Seringkali, kita mengira bahwa kita sudah mengerti sesuatu hal setelah mendengarkan uraiannya, tetapi jika tidak dicerna dengan baik, pemahaman itu akan hilang dalam waktu sebentar saja. Anda benar-benar perlu untuk mencernanya dengan baik. Jika tidak, apa yang sudah anda dengar akan hilang begitu saja. Apa artinya memiliki pikiran yang baru? Bagaimana mungkin cara berpikir seseorang bisa diperbarui? Ini adalah hal yang perlu kita pahami. Bagaimana cara memahami urusan pembaruan akal budi kita ini? Bagaimana bisa cara berpikir seseorang diperbarui? Di permukaannya, terasa mudah untuk dipahami. Bagaimana cara seorang percaya memperbarui akal budinya? Sekalipun anda belum lama beribadah ke gereja, hal apa yang paling diperlukan? Yang terutama adalah Alkitab, bukan pendetanya. Yang dibutuhkan adalah kebenaran. Kita membaca Alkitab setiap hari. Saya yakin lebih dari separuh dari kita menjalankan hal ini. Ada juga yang tidak setiap hari, mungkin paling tidak sekitar tiga kali seminggu, dan hal ini juga masih cukup baik. Ada yang bahkan bukan sekadar mempelajari Alkitab, mereka sudah aktif mengajar Alkitab di gereja, memimpin PA atau berbagi pengetahuan Alkitab dengan orang lain serta membawa mereka mengenal Allah. Pada dasarnya, orang-orang percaya cukup akrab dengan isi Alkitab dan cukup siap membahas beberapa ayat setiap saat. Saat kita berhadapan dengan masalah, kita juga bisa menangani masalah itu berdasarkan ayat-ayat Alkitab. Namun, hal yang ingin saya tunjukkan adalah pembaruan akal budi berbeda sepenuhnya dengan pembaruan pengetahuan. Perbedaan ini dapat dilakukan hanya oleh sedikit orang. Jika anda benar-benar mencermati masalah ini, anda akan tahu hal yang saya maksudkan. Anda bisa saja sudah banyak belajar isi Alkitab dan sanggup mengutip banyak ayat, bahkan anda mungkin sudah mengajar banyak orang tentang isi Alkitab, tetapi anda perlu waspada mungkin saja semua itu hanya merupakan pengetahuan tentang isi Alkitab. Kitab Roma tidak berbicara tentang pengetahuan. Pengetahuan anda bisa saja bertambah atau diperbarui tanpa menghasilkan manfaat apa-apa. Mengapa menjadi tidak bermanfaat sama sekali? Bukankah pengetahuan masyarakat zaman sekarang sudah bertambah? Tingkat pertumbuhan pengetahuan dalam sepuluh tahun terakhir bisa disamakan dengan pertumbuhan dalam seratus tahun pada abad yang lalu. Namun, apakah umat manusia mengalami perubahan? Tidak. Kita sekarang memiliki banyak sekali pengetahuan, generasi zaman sekarang bisa dikatakan sedang mengalami ledakan pengetahuan. Anda hanya perlu menjelajahi internet, membaca atau menonton berbagai pengetahuan yang disajikan, dan jumlah pengetahuan yang bisa anda kumpulkan bahkan tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah pengetahuan yang tersedia di internet. Sebagai contoh, siapa yang tidak tahu tentang masalah iklim yang semakin ekstrim? Setiap orang tahu. Ada gejala El Nino dan La Nina, perubahan iklim, kekeringan dan banjir, polusi sampah plastik. Manusia memiliki semua pengetahuan yang dimiliki, tetapi apakah kehidupan mengalami perubahan? Tidak. Kehidupan berjalan seperti biasanya. Ledakan pengetahuan tidak berdampak pada cara hidup kita, tak banyak hal yang berbeda dalam kebiasaan makan dan kegiatan kita. Anda tahu bahwa semua hal itu terjadi, tetapi anda tidak mau berubah sama sekali. Mungkin ada beberapa orang yang hidupnya berubah sejalan dengan pengetahuan yang didapatkannya, tetapi bagi kebanyakan orang, yang berubah hanya pengetahuannya dan bukan hidupnya. Itu sebabnya saya tegaskan kepada anda bahwa pembaruan pengetahuan sama sekali tidak ada dampaknya bagi perubahan cara hidup. Masalah ini terjadi di tengah masyarakat dan juga di lingkungan jemaat. Anda beribadah ke gereja untuk menyerap banyak pengetahuan dan anda juga bisa menjelajahi internet untuk belajar Alkitab. Ada yang berkata, “Pak Pendeta, saya sudah membaca isi Perjanjian Baru secara online sampai sepuluh kali.” Percuma, tidak ada gunanya sekalipun anda sudah membacanya sampai 100 kali. Yang diperlukan adalah pembaruan akal budi dan bukannya pembaruan pengetahuan. Anda sudah beribadah di gereja cukup lama, tentu saja pengetahuan anda mengalami peningkatan. Akan tetapi, masalahnya jauh berbeda jika kita berbicara tentang pembaruan akal budi. Pengetahuan tidak bisa mengubah cara berpikir kita. Sebagian orang mengumpulkan begitu banyak pengetahuan, tetapi cara berpikir mereka tetap sama saja. Oleh karenanya, hanya pembaruan akal budi itulah yang penting! Masalahnya sekarang adalah Anda sudah lama beribadah di gereja, tetapi apakah cara berpikir anda — akal budi anda — dan cara anda menilai sesuatu persoalan sudah berubah? Atau apakah anda beribadah ke gereja, lalu mendapat banyak pengetahuan, bisa mengutip banyak ayat, tetapi sudahkah sudut pandang anda berubah? Ini adalah hal yang sangat penting, anda harus melihat apakah cara berpikir anda sudah diperbarui atau belum. Apakah anda sudah memiliki akal budi yang baru, cara pandang yang baru mengenai berbagai hal? BERPIKIR DENGAN CARA PANDANG YANG SANGAT BERLAWANAN Mari kita melihat sebuah ayat untuk memeriksa apakah cara berpikir kita sudah berubah. Ayat ini merupakan inti dari semua uraian dalam surat Roma. Setelah membaca ayat ini, anda tidak membutuhkan penjelasan dari saya lagi. Anda akan tahu seperti apa seseorang yang sudah diperbarui akal budinya. Mari kita lihat Filipi 37 — Akan tetapi, segala sesuatu yang dahulu menguntungkan aku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Inilah makna dari pembaruan akal budi. Hati dan pikiran anda berubah sepenuhnya. Di masa lalu, anda mengira bahwa anda adalah orang baik, dan anda berbangga karenanya — dan mungkin anda bersyukur kepada Allah untuk itu, tetapi apa yang terjadi ketika akal budi anda diperbarui? Tak ada lagi yang berarti, apa semua itu benar-benar baik? Terjadi perubahan! Dulunya anda sangat menyukai sesuatu hal dan memandang hal itu sebagai hal yang sangat berharga, tetapi sekarang, seperti yang dikatakan oleh ayat ini, anda melihat hal itu tak lebih dari sampah, mungkin bahkan sebagai hal yang berbahaya. Dulunya anda sangat tidak menyukai suatu hal dan anda lebih memilih untuk menghindarinya, tetapi ketika akal budi anda diperbarui, apa yang akan terjadi? Anda tidak lagi berusaha menghindari atau lari darinya, anda merangkulnya. Inilah hal yang disebut pembaruan akal budi’, menerima akal budi yang baru. Jika hal itu memang terjadi, anda akan mengenal Allah karena akal budi anda diperbarui. Mengapa anda sampai tidak mengetahui kehendak Allah? Karena akal budi anda belum diperbarui. Pikiran anda dan Allah saling berlawanan. Apapun upaya anda, anda tidak akan bisa menerima pesan dan juga kehendak-Nya karena kedua pihak saling berlawanan. Sama seperti gelombang radio, saya tidak tahu sudah seberapa jauh kemajuan yang dicapai sekarang ini. Di masa lalu, ada satu model alat komunikasi yang disebut HT, yang bisa dibawa ke sana kemari oleh orang-orang. Untuk bisa memakainya, anda tidak sekadar menghidupkan alat itu lalu mulai berbicara. Anda perlu menyetel frekuensi HT tersebut karena setiap HT bisa berada di berbagai frekuensi. Jika anda sudah menyetel frekuensi HT anda, disamakan dengan frekuensi HT orang lain, barulah anda bisa mulai berkomunikasi. Otak kita bekerja dengan cara yang sama. Memahami kehendak Allah berarti kita harus menyesuaikan frekuensi kita mengikuti frekuensi Allah, barulah kita bisa menerima sinyal dari-Nya. Ini berarti bahwa anda harus mengubah frekuensi anda. Jika tidak, anda hanya akan menerima gangguan sinyal dalam bentuk berbagai suara yang tidak jelas. Ini terjadi karena akal budi kita belum berubah dan saluran yang kita pakai tetap sama dengan frekuensi yang itu-itu juga, akibatnya anda tidak menerima sinyal apa-apa. Sebenarnya, kehendak Allah itu tersedia di mana-mana di sekitar kita, sama seperti gelombang radio yang tersebar di sekitar kita, jika anda bisa masuk ke frekuensi yang dimaksudkan. Persoalannya adalah apakah kita sudah menyetel frekuensi HT kita dengan benar. Allah menyampaikan banyak hal kepada kita setiap hari. Dia mengingatkan kita akan berbagai hal dari pagi sampai malam, tetapi kita tidak bisa menerimanya karena pikiran kita masih terbelenggu di saluran yang sama. Oleh karenanya, urusan menyetel frekuensi otak ini sangatlah penting, dan itu berarti bahwa kita harus meninggalkan frekuensi yang lama serta masuk ke dalam frekuensi yang baru. Perlu ada perubahan! Hal yang anda pikir sebagai hal yang bagus di masa lalu, anda harus menjauhinya sekarang dan melihat hal itu sebagai hal yang pada dasarnya tidak baik, itulah yang disebut perubahan. Tentu saja, langkah ini bukanlah suatu lompatan ajaib instan, tetapi anda memang harus memulainya, dan penyesuaian frekuensi ini berlangsung secara perlahan sampai anda akhirnya bisa masuk secara akurat ke dalam frekuensi yang dimaksudkan. Jadi, anda menyetel hati dan pikiran anda secara berangsur-angsur dan melihat perubahan mulai terjadi. Hal-hal yang dulunya sangat anda sukai akan anda lihat seperti sampah sementara berbagai hal yang sangat tidak anda sukai atau bahkan anda takuti sekarang, anda pandang bermanfaat. Secara berangsur-angsur, pembaruan hati dan pikiran menghasilkan pembaruan dalam cara anda menilai dan memandang sesuatu. Saya harap kita semua bisa merenungkan hal-hal yang sudah disampaikan hari ini saat kita semua pulang nanti. Ini agar anda tahu apa makna dari semua uraian tadi dan bagaimana menerapkannya, bagaimana menyetel hati dan pikiran anda. Jika tidak, anda tidak akan pernah mendengarkan suara Allah di sepanjang hidup anda, dan tidak akan mendapatkan bimbingan dari Allah karena frekuensi anda dan Dia bertolak belakang. Akan tetapi, anda bisa mencari tahu tentang frekuensi Allah, hal ini dijelaskan dalam Alkitab. Anda perlu menyetel hati dan pikiran anda mengikuti Alkitab dan selanjutnya anda akan tahu bahwa ini adalah suara dari Allah. CONTOH DARI KEHIDUPAN PRIBADI SAYA Bagian yang terakhir, saya ingin bagikan sebuah contoh kepada anda untuk menunjukkan proses mengenal kehendak Allah, dan saya akan memakai contoh yang sejenis dengan contoh-contoh yang sudah saya sampaikan tadi. Di bagian awal khotbah ini, saya menyampaikan dua kejadian yang terkait dengan masalah hubungan antar muda-mudi. Ketika saya masih muda, di sekitar usia 25 atau 26 tahun, anda akan susah membayangkan seperti apa diri saya puluhan tahun yang lalu. Saya mulai mengenal Tuhan pada waktu itu dan sekitar 2 atau 3 tahun kemudian saya dibaptiskan. Dalam persekutuan doa anak-anak muda, yang dikelola oleh kalangan muda sendiri, saya berkenalan dengan seorang saudari yang bermarga Yuan’, yang menjadi menjadi pimpinan dalam pelayanan saat teduh. Dia orang yang sangat kuat secara rohani dan penuh semangat dalam melayani Allah, jadi kami semua sepakat bahwa dialah orang yang tepat untuk memimpin persekutan kaum muda. Dia adalah orang yang gemar bergaul, mengasihi orang lain, dan sangat peduli pada sesama jemaat. Saya berurusan dengan dia hanya di dalam persekutuan doa ini, tidak banyak urusan di antara kami berdua di luar hal persekutuan doa. Setelah beberapa waktu, saya mulai jatuh hati padanya. Tentu saja, saya berdoa kepada Allah dan bertanya apakah saya perlu menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya. Setelah beberapa bulan, tak ada petunjuk apa pun. Saat itu saya baru saja lulus dan mulai mengajar di sebuah sekolah, jadi saya punya banyak waktu luang selama masa liburan musim panas. Saya ingat kejadian ini berlangsung di bulan Agustus dan saat itu saya tidak punya banyak hal untuk dikerjakan. Mendadak saja saya mendapat pikiran untuk menemui dia kami tidak sering bertemu, hanya dalam kegiatan persekutuan doa saja. Saya tidak tahu di mana dia tinggal karena saya belum pernah berbicara langsung dengannya dalam persekutuan doa itu. Walaupun kami pernah berkomunikasi, urusan yang kami bahas terbatas hal-hal yang terkait dengan persekutuan doa. Jadi, saya hanya tahu sedikit tentang dia. Namun, saya mengetahui dari pembicaraan saya dengan jemaat yang lain bahwa dia bekerja di daerah Kwun Tong. Hanya itu informasi yang saya miliki tentang dia. Kita semua sudah akrab dengan wilayah Kwun Tong, di tempat seluas ini, bagaimana saya bisa menemukan dia? Saya hanya tahu bahwa dia bekerja di daerah Kwun Tong, tetapi saya tidak tahu di lokasi yang mana dia bekerja. Di perusahaan apa? Saya juga tidak tahu. Tidak ada informasi lain sama sekali. Anda semua tahu seluas apa wilayah Kwun Tong ini. Ada beberapa lokasi yang merupakan kompleks industri dengan banyak pabrik yang beroperasi di sana sekarang sudah tidak ada pabrik lagi di sana. Ketika terlintas pikiran tentang dia, yang saya rasakan adalah dorongan kuat untuk segera bertemu. Ketika pikiran ini muncul, saat itu sudah sekitar pukul 4 sore. Dengan dorongan ini, saya segera naik bus ke Kwun Tong, dengan waktu tempuh sekitar setengah jam, tidak terlalu lama. Apakah jam kerjanya berakhir pada pukul 5 atau pukul 6 sore? Saya tidak tahu. Ada perusahaan yang jam kerjanya berakhir pada jam 5 sore dan ada yang jam 6 sore. Pikiran untuk menemui dia muncul sekitar jam 4 sore, jadi saya akan sampai di wilayah Kwun Tong sekitar pukul 5 sore. Bus membawa saya sampai di tengah wilayah Kwun Tong, lokasi ini sudah jauh berbeda keadaannya sekarang. Pada waktu itu, bus tidak berhenti tepat di pusat wilayah Kwun Tong, tempat pemberhentiannya agak jauh ke atas, jadi saat itu saya harus berjalan dari halte bus umum turun ke pusat Kwun Tong. Mereka yang berusia cukup tua tentu bisa membayangkan keadaan saat itu dengan lebih baik. Setelah turun dari bus umum, saya merasa seperti sedang memasuki pasar yang sangat ramai, penuh dipadati oleh banyak orang. Di mana saya harus mencari dia? Tidak ada bayangan sama sekali. Saya memutuskan untuk menelusuri jalan yang paling ramai sambil bergerak ke arah pusat wilayah ini. Saya mulai berjalan turun, jalan yang saya ambil sangat pendek, dan jalan ini dipadati oleh banyak orang di kedua sisinya. Saat itu kondisi jalan begitu padat oleh orang-orang sehingga tidak ada lagi tempat tersisa untuk berjalan di trotoar, sebagian orang harus berjalan kaki di tengah jalan. Demikianlah, bahkan jalur kendaraan yang paling tepi juga dipadati oleh pejalan kaki, ada sekitar 3 atau 4 lapis pejalan kaki yang memenuhi jalur tepi kendaaran itu. Jumlah orang yang pulang kerja memang luar biasa banyaknya, semua bagian jalan tertutup oleh mereka. Saya lalu berjalan kaki bersama mereka ke arah bawah, dengan niat menuju lokasi pusat kompleks industri ini. Jalur yang saya ambil terbilang pendek dan jarak antara kedua jalan yang saya tempuh itu ada sekitar 200 meter saja. Saya memilih untuk berjalan di sisi luar kerumunan agak di tengah jalur kendaraan, dengan demikian saya bisa lebih mudah mengamati orang-orang di sekitar saya. Setelah berjalan sekitar 100 meter, saya melihat dia sedang berjalan di arah yang berlawanan, artinya, saya berjalan ke arah bawah dan dia berjalan ke arah atas. Begitu melihat dia, tentu saja saya langsung melangkah ke arahnya dan menyapa dia. Dia terkejut, “Eh, bagaimana bisa kamu sampai ada di sini?” Saya lupa jawaban apa yang saya berikan saat itu pasti susah menjawab pertanyaan seperti itu. Yang jelas, saat itu saya hanya sempat berbicara sebentar saja dengan dia sebelum kami berpisah. Tentu saja, saya tidak mengungkapkan isi hati saya saat itu, percakapan yang muncul hanya sekadar basa-basi antara orang yang kebetulan bertemu di jalan. Dia lalu melanjutkan pulang ke rumahnya dan saya juga kembali ke rumah saya, karena saya tidak punya tujuan lain saat itu. Seluruh rangkaian kejadian ini, mulai saat saya turun dari bus umum dan berjalan dalam jarak sekitar 100 meter, memakan waktu sekitar dua atau tiga menit. Anda bisa bayangkan bahwa sekalipun anda memiliki janji untuk bertemu seseorang di sebuah tempat, anda tidak akan bisa menemukan orang itu secepat ini. Lebih dari itu, saya bahkan tidak tahu kapan dia pulang kerja, di mana dia bekerja, dan jalan mana yang akan dia ambil untuk pulang kerja. Saya sama sekali tidak tahu semua hal itu. Namun, hanya dalam waktu sesingkat itu, tiga menit, saya langsung bisa bertemu dengannya. Seberapa sukar hal ini bisa dilakukan? Anda boleh mencobanya sendiri. Silakan mencoba untuk mencari seseorang yang tidak anda ketahui di perusahaan mana dia bekerja, kapan dia pulang kerja dan jalan mana yang akan dia ambil untuk pulang. Saya tidak tahu berapa kali usaha ini harus dilakukan sebelum bisa bertemu dengan orang yang dimaksud. Nyaris mustahil! Peluang suksesnya jauh lebih kecil daripada memenangkan lotere. Saya rasa peluang suksesnya bukan lagi 1/1000 atau 1/ tetapi 1/ ! Untuk bisa menemui seseorang dalam kondisi itu dalam waktu 3 menit! Ini adalah hal yang mustahil! Jika anda masih berniat mencobanya, saya tidak tahu, berapa kali anda harus mengulangi upaya itu terus menerus sampai bisa bertemu dengan orang yang dimaksudkan? Mungkin sejuta kali usaha pencarian! Oleh karenanya, saya yakin bahwa ini bukanlah suatu kebetulan, hal semacam ini bukanlah suatu kebetulan saja. Ini bukan peristiwa yang bisa berlangsung secara normal. MUKJIZAT ITU TIDAK BERASAL DARI ALLAH! Akan tetapi, hati saya memiliki cara pandang yang berbeda, cara pikir di dalam hati saya ini sangat spesial! Saya tahu bahwa hal ini tidak lazim dan bisa disebut sebagai suatu mukjizat! Saya juga tahu bahwa ada kuasa yang mengatur supaya hal ini terjadi. Akan tetapi, pikiran saya saya berbicara tentang cara berpikir saya tidak sama dengan kebanyakan orang lain, bahkan jika dibandingkan dengan para penginjil atau pendeta. Kebanyakan orang percaya atau bahkan pendeta akan mengira bahwa kejadian ini adalah hasil dari pimpinan Allah, tetapi ada hal yang berbeda dalam pikiran saya, sama seperti yang disampaikan oleh ayat kita hari ini, yakni bahwa saya memiliki alat navigasi atau pemandu di dalam hati dan pikiran saya dan cara berpikir saya jadi berbeda dengan kebanyakan orang lain, bahkan bisa berlawanan arah. Pemandu di hati saya memberitahu bahwa kejadian ini tidak berasal dari Allah! Bukan dari Allah! Allah tidak akan melakukannya dengan cara seperti itu. Apakah kejadian langka seperti ini berasal dari pimpinan Allah atau bukan? Secara umum, kita bisa berkata bahwa peluangnya 50-50, dan kebanyakan orang percaya akan memandang hal ini berasal dari Allah. Namun, pemandu di hati saya berbeda dan saya bisa merasakan bahwa peristiwa ini tidak digerakkan oleh Allah. Jika anda tanyakan kepada saya mengapa saya sampai bisa tahu bahwa kejadian ini bukan dari Allah, dan ini memang pertanyaan penting, jawabannya adalah karena saya mengenal Allah. Persoalan yang sering terjadi adalah anda tidak mengenal Dia, dan tidak akrab dengan cara Dia mengerjakan sesuatu hal, akibatnya anda jadi tidak tahu apa-apa. Banyak orang Kristen yang tidak tahu cara Allah mengerjakan sesuatu, dan ini membuat saya ragu Allah mana yang anda ikuti. Seorang murid seharusnya tahu cara gurunya menangani sesuatu hal. Tentu saja, anda tidak akan bisa mengetahui segala-galanya, tetapi setidaknya anda mengetahui pola umum cara bertindaknya, dan di sinilah letak perbedaannya. Saat pikiran dalam hati anda diubah, akan ada pemandu yang baru di dalam hati anda, dan anda akan mengetahuinya, dan ini disebut pembaruan akal budi. Saat akal budi berubah, cara kita menilai sesuatu hal jadi berubah. Mengapa? Karena kita mulai diberitahu tentang cara Allah menilai sesuatu hal, dan jalur yang saya jalani sekarang ini adalah jalur Allah. Saya bisa memberitahu anda bahwa cara berpikir saya tidak sama dengan kebanyakan orang percaya, atau bahkan dengan kebanyakan penginjil. Saya tidak menyampaikan hal ini dengan niat menyombongkan diri karena memang tak ada hal yang layak dibanggakan di sini. Ini adalah peristiwa yang paling mendasar dalam kehidupan Kristen. Tak ada hal yang perlu dibanggakan, ini hanya gambaran sederhana tentang kehidupan Kristen, hal yang paling mendasar. Hal ini bisa diibaratkan seperti saya makan nasi karena ini adalah hal yang paling mendasar bagi saya. Jika anda tidak bisa makan nasi, anda mungkin sudah mati sejak dulu. Jika kita tidak mampu membedakan kehendak Allah, kita sudah mati sejak dulu. Tidak ada hal yang perlu dibanggakan dalam urusan yang paling mendasar. Namun, urusan ini ternyata membuat saya jadi berbeda dengan kebanyakan orang percaya dan bahkan kebanyakan hamba Tuhan. Ini bukan karena saya ingin menjadi berbeda dari orang lain. Tentu saja, ada bukti di dalam hati saya dan ini terwujud dengan menjalankan Firman Allah. Ayat ini mengatakan bahwa hati dan pikiran diperbarui oleh Firman Allah, jalan Allah ada di Firman Allah dan hal ini akan membuat perbedaan. Itu sebabnya muncul perbedaan karena terjadi perubahan di dalam batin. TIDAK SEMUA MUKJIZAT BERASAL DARI ALLAH Mari kita bahas tentang perubahan di dalam batin. Pertama-tama, Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa tidak semua mukjizat berasal dari Allah. Anda bisa membaca Ulangan 131-2, yang dengan tegas mengatakan bahwa tidak semua mukjizat berasal dari Allah. Anehnya, walaupun Alkitab menegaskan hal ini, ternyata banyak orang percaya dan bahkan para hamba Tuhan yang tertipu. Banyak yang terjebak dalam urusan ini. Sudah dengan jelas dikatakan bahwa ada juga keajaiban yang dibuat oleh pihak lawan, seperti iblis. Allah bisa membuat mukjizat, dapatkah Iblis membuat mukjizat? Tentu saja, setan bisa membuat mukjizat. Kebanyakan orang percaya dan para penginjil tahu akan hal ini, tetapi mengapa mereka masih bisa tertipu? Seperti yang sudah disampaikan tadi, pengetahuan tidak memberi manfaat apa-apa. Sekalipun anda memiliki pengetahuan, anda tetap bisa tertipu. Jadi, setan tidak takut kalau anda memiliki pengetahuan. Sebagai contoh, tahukah anda ada berapa banyak orang idiot di muka bumi ini? Berapa banyak orang yang merugi karena berspekulasi di bursa emas London? Silakan anda tanya mereka apakah mereka tahu bahwa mereka sedang berurusan dengan penipuan? Mereka semua tahu, tetapi mengapa mereka masih tetap ingin membelinya? Ini karena mereka tak sanggup menolak daya pikat dari tawaran yang ada, dan ini membuktikan bahwa pengetahuan mereka sama sekali tidak ada gunanya. Hal yang sama juga terjadi di bursa saham. Harga saham bergerak turun naik, tetapi orang tetap berbondong-bondong membelinya. Sekalipun mereka sudah babak belur diperas para penipu di bursa, mereka tetap saja mau ditipu lagi. Mengapa? Daya pikat uang. Oleh karenanya, saya beritahu anda, semua persoalan ini tidak terkait dengan masalah pengetahuan. Pengetahuan tidak ada gunanya. Orang percaya berusaha memperdalam pengetahuan Alkitabnya, tetapi hal ini juga tak ada gunanya. Jika hati anda belum berubah, akal budi anda belum diperbarui, pengetahuan tidak akan menolong anda. Jika akal budi anda masih terikat dalam kedagingan, dan anda masih mudah terpikat oleh kedagingan serta memandangnya sebagai hal yang sangat menarik hati, anda akan selalu tertipu! Tak ada gunanya sekalipun anda membaca Alkitab sampai ribuan kali, anda akan tetap tertipu. Oleh karenanya, anda harus mengubah cara berpikir anda, dan jangan mengira bahwa tambahan pengetahuan akan menyelamatkan anda. Pengetahuan bisa menjadi tak berguna sama sekali. Banyak orang yang tertipu seperti itu, bukan karena mereka tidak tahu, tetapi jika terkait dengan hal-hal yang penting bagi mereka, selama akal budi mereka tidak diperbarui, mereka akan selalu terjebak. Sebagian orang mengutamakan hubungan muda-mudi dan pernikahan; yang lain mengutamakan pekerjaan, dan sebagainya. Jika mereka ditawari pekerjaan yang mereka idamkan tanpa harus bekerja lembur, mendapat gaji yang sangat tinggi, mereka akan bersukacita dan biasanya mereka akan mengira bahwa ini berasal dari Allah, ini adalah anugerah Allah. Namun, mengapa anda tidak mau memandang bahwa mungkin saja ini adalah jebakan iblis? Anda tidak akan berpikir seperti itu, bagaimana mungkin hal sebaik ini merupakan jebakan Iblis? Izinkan saya ulangi pokok yang pertama. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Iblis, sang lawan, juga bisa mengerjakan mukjizat, oleh karenanya, mukjizat bukanlah bukti dalam hal apa pun. Mukjizat bisa berasal dari Allah, tetapi juga bisa berasal dari setan. Mengapa orang cenderung memandang bahwa setiap peristiwa langka berasal dari Allah? Tidakkah anda tahu bahwa setan juga bisa mengatur hal semacam itu? Secara umum, kita tidak boleh menyamaratakan semua mukjizat, dan inilah pokok yang pertama. APAKAH ANDA MENGENAL ALLAH? Pokok yang kedua adalah Apakah anda mengenal Allah? Pemahaman tentang cara seseorang menangani suatu urusan bersumber dari seberapa jauh anda mengenal orang itu. Jika anda mengenal dia, anda akan tahu apakah dia akan melakukan hal ini atau itu, dan pengenalan ini adalah pokok yang penting. Kita perlu mengenal Allah yang kita ikuti. Jika anda bahkan tidak tahu bagaimana Dia akan menangani suatu urusan, akan timbul pertanyaan tentang siapa yang sedang anda sembah dan ikuti, dan apa gunanya anda mempelajari Alkitab sampai jauh mendalam. Jika anda tidak tahu cara berpikir Allah, tidak tahu cara bertindak Allah, lalu apa gunanya belajar Alkitab? Saat saya secara ajaib bisa menemui gadis ini, saya tidak memakai kesempatan itu untuk menyatakan isi hati saya. Namun, anggaplah, jika saya berkata, “Allah menyuruh saya untuk datang dan bertemu denganmu.” Jika hal semacam itu yang diucapkan, apa akibat yang mungkin terjadi? Dia mungkin merasa tidak punya pilihan lain karena mengira bahwa itu adalah kehendak Allah, dan bahwa Allah menyuruh saya untuk menikah dengannya, bisakah dia menolaknya? Dapatkah anda memahaminya? Jika saya sampai mengucapkan hal semacam itu, dia pasti tidak punya pilihan lain. Ini bukan cara Allah menangani sesuatu hal! Allah tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada orang lain. Saya mungkin menginginkan gadis itu, tetapi bagaimana dengan dia? Allah pasti juga mempertimbangkan tentang dirinya. Allah tidak akan memakai mukjizat untuk membuat dia tidak mempunyai pilihan. Jika anda mengenal Allah, anda tahu bahwa Allah tidak akan berbuat seperti itu. Oleh karenanya, kita perlu mencerna dengan benar hal-hal yang kita pelajari dari Alkitab. Saya tahu bukan seperti ini cara Allah menangani sesuatu hal. Lalu, bagaimana jika ini bukan cara Allah menangani sesuatu hal? Berarti ini adalah jebakan setan! Oleh karenanya saya tidak mau terjebak di situ. Allah tidak akan melakukan hal-hal yang membuat kita kehilangan kemerdekaan kita, bukan seperti itu cara Dia bertindak. Demikianlah, belajar banyak tentang isi Alkitab tidak ada gunanya, kita perlu menyerap apa yang diajarkan, dan yang terpenting adalah mengalami perubahan dalam sikap hati kita. Selanjutnya kita akan tahu bagaimana cara Allah bertindak dan hanya di dalam jalur itulah ada kebenaran yang sejati. Sebagai tambahan, apakah persoalan yang sering menimpa kaum muda yang sedang jatuh cinta? Ketidaksabaran, ingin serba cepat, selalu terburu nafsu, tidak ada kesabaran. Seringkali, urusan ini hanya dijalani dengan mengendalikan perasaan, tanpa meluangkan waktu untuk saling memahami watak, kebiasaan, kepribadian dan sebagainya. Nah, engkau adalah matahari dan rembulanku! Mereka langsung saja menceburkan diri dan mencurahkan banyak perasaan ke dalam hubungan itu. Sebenarnya, cara ini tidaklah baik. Mereka perlu menjalani urusan ini dengan perlahan. Kalau Allah sudah membuka jalan, mengapa harus perlahan-lahan? Anda mungkin merasa boleh langsung berbicara tentang pernikahan sejak awal bertemu karena merasa bahwa Allah sudah memutuskannya, anda tidak bisa menolaknya. Tentu saja, ini hanya dorongan perasaan anda sendiri, jika anda memakai cara pandang seperti ini. Anda bahkan belum memahami watak orang itu, tetapi anda sudah berbicara tentang pernikahan. Allah tidak akan pernah merancang hal secara itu. Tak ada manfaatnya bagi kedua pihak. Mencurahkan terlalu banyak perasaan dalam waktu singkat, tanpa meneguhkan landasan yang baik dalam hubungan di antara keduanya, langsung terjun jauh ke dalam. Akan terjadi banyak penyesalan di masa depan. Kita memerlukan otak yang baru, pikiran yang baru, bukannya menjalani kehidupan dengan mengandalkan perasaan untuk menyukai hal ini, hal itu dan sebagainya. Semua itu merupakan hasrat anda sendiri, bukan cara berpikir Allah. KESIMPULAN Kita perlu merangkum apa yang sudah kita bahas hari ini. Apakah anda ingin memahami kehendak Allah? Maka anda memerlukan akal budi yang baru, cara berpikir yang baru. Dengan demikian, watak anda yang lama, cara pandang anda terhadap segala sesuatu akan dijungkir-balikkan dan dibuat menjadi baru. Selanjutnya, anda akan memahami kehendak Allah dengan cepat. Ini karena kedua pihak anda dan Allah mendapatkan jalur komunikasi yang jernih, dalam frekuensi yang tepat, dengan demikian anda akan bisa memahami kehendak Allah. Inilah pokok yang paling penting dalam kehidupan rohani kita karena jika frekuensi itu tidak disetel dengan benar, kita akan melangkah di jalur yang salah. Hati anda belum diperbarui, cara berpikir anda masih merupakan cara yang dulu. Kita harus meninggalkan cara berpikir yang lama dan masuk ke dalam cara berpikir yang baru, kita harus memiliki frekuensi yang tepat. Lalu, apa arti menyetel frekuensi? Dulu pikiran anda bergerak secara mendatar, sekarang arah pikiran anda berubah sepenuhnya, hanya bergerak ke atas menatap surga. Menyetel frekuensi anda, sudah seberapa jauh anda melakukan penyetelan itu? Banyak orang yang sudah terbiasa dengan cara berpikir tertentu, dalam penetapan prioritas, dalam berhubungan dengan orang lain, kita semua memiliki cara berpikir yang kita bakukan sendiri. Namun persoalannya, apakah cara berpikir itu sejalan dengan cara berpikir Allah? Apakah anda bersedia untuk mengubah cara berpikir anda agar sejalan dengan cara berpikir Allah? Bahkan cara anda menilai orang lain, anda mungkin sudah punya cara sendiri dalam menilai orang lain, tetapi apakah anda mencari tahu penilaian Allah terhadap orang tersebut? Apakah anda memilih untuk memakai penilaian anda sendiri? Apakah anda memilih untuk ikut cara penilaian Allah? Jika kita bisa mengubahnya, jika kita mau merendahkan diri, meninggalkan frekuensi kita yang lama dan masuk ke dalam frekuensi Allah, maka anda akan bisa berkomunikasi dengan Allah dan anda akan mengerti kehendak-Nya dan mampu melangkah di dalam kehendak-Nya. Jika tidak, maka anda dan Allah tidak akan memiliki hubungan komunikasi, tak peduli seberapa besar upaya anda untuk berdiam diri dan berusaha mendengarkan, tak akan ada pesan yang masuk karena pikiran anda tidak sejalan dengan pikiran-Nya, maka anda tidak akan menerima komunikasi apa-apa. Kita akhiri khotbah kita hari ini sekarang. Saya harap kita semua bisa mencerna isi pesan yang disampaikan dengan baik sampai ke tingkat mampu memahami hal-hal apa yang perlu dilakukan, bagaimana menerapkannya, tahu bagaimana harus berubah dan menjalankannya. Perubahan ini harus terjadi di dalam cara berpikir anda, dan ini bukanlah masalah perilaku. Perilaku akan bergerak mengikuti cara berpikir kita. Berikan Komentar Anda
Jawaban Ada dua kunci untuk mengetahui kehendak Allah dalam segala keadaan. (1) Pastikan bahwa apa yang Saudara minta atau ingin lakukan bukanlah sesuatu yang dilarang Alkitab. (2) Pastikan bahwa apa yang Saudara minta atau ingin lakukan itu dapat memuliakan Allah dan menolong Saudara bertumbuh secara rohani.
. r2jhtolaxz.pages.dev/384r2jhtolaxz.pages.dev/339r2jhtolaxz.pages.dev/790r2jhtolaxz.pages.dev/886r2jhtolaxz.pages.dev/821r2jhtolaxz.pages.dev/225r2jhtolaxz.pages.dev/839r2jhtolaxz.pages.dev/813r2jhtolaxz.pages.dev/947r2jhtolaxz.pages.dev/62r2jhtolaxz.pages.dev/194r2jhtolaxz.pages.dev/169r2jhtolaxz.pages.dev/362r2jhtolaxz.pages.dev/645r2jhtolaxz.pages.dev/8
bagaimanakah keluargamu melakukan kehendak allah secara konkret