Secararesmi SRV didirikan tanggal 1 April 1933.Dengan demikian,SRV lebih dulu mengudara daripada NIROM.Sebeum SRV didirikan,di Solo sudah ada pemancar radio yang dihadiahkan oleh SP.Mangkunegara VII kepada perkumpulan kesenian "Javaansche Kunstkring Mardi Raras Mangkunegaran",untuk menyiarkan klenengan ketoprak dan wayang orang. - “Saya sedang menunggu mendengarkan Hitler berpidato. Saya merasa gembira dan terasa romantis bisa mendengarkan kabar langsung dari Eropa.” Ungkapan itu curahan hati pendengar radio saat krisis di Munich, Jerman, meledak pada September 1938. Pada bulan-bulan itu situasi Eropa bergejolak. Tak berapa lama, selepas September, Hitler memutuskan untuk menaruh penduduk Jerman di wilayah Cekoslovakia, yang kemudian disebut krisis Munich, tercetus nama H. V. Kaltenborn, seorang komentator radio yang mengabarkan perang tersebut. Dari sebuah studio bernama Studio Nine di kota New York, melalui Columbia Broadcasting Company, ia menyiarankan peristiwa-peristiwa seputar krisis Munich itu. Radio dan Pergeseran Konsumsi Berita Pada Perang Dunia II, radio bukanlah media kelewat asing bagi orang-orang Eropa dan Amerika Serikat. Pada akhir 1930-an atau awal Perang Dunia II, radio menjadi media hiburan yang sangat populer bagi pendengar orang Amerika. Dan selepas hanya dimanfaatkan untuk hiburan, radio pun menjelma sebagai saluran penyebaran informasi atau buku berjudul Radio Goes to War The Cultural Politics of Propaganda During World War II, yang ditulis oleh Gerd Horten, sejak awal dekade 1940-an radio telah berubah menjadi sumber berita utama. Perubahan itu memicu stasiun radio menyiarkan program-program berita secara berkala. Pada akhir dekade 1930-an, program berita, bincang politik, dan komentar peristiwa hanya mengisi porsi 5 persen dari keseluruhan program radio. Sementara pada pertengahan 1940-an, jumlahnya meningkat menjadi 20 perubahan radio sebagai pembawa berita tak luput pula mengabarkan kabar-kabar dari medan perang. Horten dalam bukunya menulis setelah Perang Dunia II, ada 60 komentator yang khusus mengabarkan peristiwa peperangan melalui siaran satu pendengar berita-berita perang dunia melalui radio, sebagaimana dikutip Horten, mengungkapkan “Kami menaruh kepercayaan yang besar terhadap siaran radio. Dalam krisis perang ini, radio menjangkau semua orang. Itulah mengapa radio hadir di sini.”Radio dan Revolusi Indonesia Tak cuma mengudara di Amerika Serikat atau negara-negara Eropa, radio pun hadir di Indonesia. Masduki dalam Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar mengungkapkan radio sudah eksis sejak Belanda masih berkuasa di Hindia Belanda. Selain berperan sebagai medium hiburan, melalui NIROM Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij, Pemerintah Belanda menjadikan radio sebagai alat propaganda dan kontrol juga berperan menyebarkan berita. Kabar tentang serangan Jepang terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour bahkan terdengar di Indonesia via radio. Pengarang Pramoedya Ananta Toer adalah salah seorang Indonesia yang mendengarkan informasi pengeboman Pearl Harbour melalui radio. Rudolf Mrazek dalam Engineers of Happy Land Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni menukil ingatan Pramoedya saat bersekolah di sekolah radio di Surabaya. Pada Desember 1941, Pramoedya mengenang “Ketika kami semua duduk di satu deretan kursi di laboratorium besar itu, radio paling kuat di sekolah itu dihidupkan dan dipasang ke pemancar Batavia. Sebuah sinyal masuk, sangat sulit tetapi jelas dan tak terlampau kasar, mengingat kenyataan waktu itu belum ada sistem high-fidelity. Berita dalam bahasa Belanda itu mengabarkan pesawat-pesawat tempur Jepang telah menyerang Pearl Harbour tanpa peringatan di Hawai. Amerika menyatakan perang terhadap Jepang; Inggris juga. Kemudian dibacakan pernyataan Hindia Belanda tentang perang melawan Jepang. Murid-murid itu melesat keluar ruang sekolah, melompat ke sepeda mereka, dan pergi ke rumah. Saya pun demikian.”Selepas masa Belanda, Jepang melakukan cara-cara yang hampir serupa terhadap radio. Rosihan Anwar dalam Sutan Sjahrir Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya mengungkapkan satu di antara hal pertama yang dilakukan Jepang adalah menyegel stasiun radio. Jepang memusatkan komando radio-radio di Indonesia di bawah pengawasan NHK Nippon Hoso Kyokai. Siaran-siaran yang mengudara diawasi secara ketat, sementara siaran dari luar negeri diputus oleh pemerintahan Dai Nippon. Salah satu siaran yang direstui Jepang untuk didengarkan masyarakat Indonesia ialah sandiwara radio. Meski begitu, pemerintahan Jepang telah melakukan sensor dan memasukkan unsur-unsur propaganda dalam siaran sandiwara radio tersebut. Pada 31 Oktober 1943, seperti disinggung Fandy Hutari dalam Sandiwara dan Perang Propaganda di Panggung Sandiwara Modern Zaman Jepang, sebuah program radio bernama "Pantjaran Sastera" memulai sandiwara radio bernama Tjitji Kaeroe Ajahkoe Poelang karya Kikoetji Kwan. Dalam siaran ini, terdengar kalimat “... adalah langkah pertama dari Pantjaran Sastera ke arah perkenalan dan pertalian batin antara Bangsa Nippon dan Indonesia.”Pantjaran Sastera merupakan program radio yang diselenggarakan oleh Keimin Bunka Shindosho yang mengudara pada stasiun Radio terlihat serius melakukan propaganda melalui radio, baik Belanda maupun Jepang tampaknya gagal untuk sepenuhnya menancapkan pengaruh di kepala orang Indonesia. Pasalnya, kepemilikan radio, apalagi oleh penduduk Indonesia, masih terbilang sangat kecil. Karena dinilai masih terlalu kecil, Jepang mendirikan pengeras suara atau menara radio di banyak tempat demikian, akibat pengawasan yang ketat, tak sembarang informasi bisa didapatkan masyarakat. Hanya berita yang telah disetujui Jepang yang boleh didengarkan dan disiarkan. Infografik Propaganda via Udara. Radio Sjahrir dan Proklamasi Kemerdekaan Namun, setidaknya ada satu sosok yang lolos kontrol sensor Jepang saat mendengarkan siaran radio. Sosok itu Sutan Sjahrir. Merujuk buku berjudul Mengenang Sjahrir Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan karya Rosihan Anwar, Sjahrir memiliki satu unit radio berwarna gelap dan tidak tersegel. Artinya, satu unit radio itu ilegal. Dan hal ini tidak disenangi oleh Jepang karena radio macam ini dimungkinkan untuk menangkap siaran radio yang belum disensor oleh Jepang. Risikonya sangat besar memiliki radio secara ilegal seperti itu disembunyikan Sjahrir di kamar tidurnya. Menggunakan radio berwarna gelap tak tersegel itulah, Rosihan mengungkapkan, Sjahrir dapat menangkap siaran-siaran berita luar negeri yang tidak disiarkan Jepang. Termasuk siaran dari radio Brisbane yang dipancarkan Pemerintah Hindia Belanda dalam pembuangan di Australia. Dari siaran itu, Sjahrir bahkan mendengarkan informasi tentang teman-teman di pembuangannya. Sjahrir pula di antara orang pergerakan paling awal yang berhasil mengetahui rentetan kekalahan Jepang dari Sekutu di pelbagai front pertempuran di Pasifik. Pada 10 Agustus 1945, Sjahrir telah mengetahui bahwa Jepang akan menyerah pada Sekutu selepas bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dari siaran radio yang ia dengarkan. Atas informasi yang ia miliki itu, Sjahrir menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mengantarkan informasi tentang kekalahan Jepang kepada Hatta. Hatta saat itu baru saja mendarat dari Dalat, Vietnam. Bersama Sukarno, ia diberikan janji bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan Indonesia. Melalui informasi itulah, Sjahrir hendak memberi peringatan Lupakan janji Jepang karena Jepang sendiri sudah keok dan segeralah nyatakan kemerdekaan tanpa embel-embel Anwar mengungkapkan kegiatan Sjahrir itu semacam “bernapas di bawah tanah” alias underground. Sukarno mengaku kepada penulis biografinya, Cindy Adams, mengenai kegiatan Sjahrir tersebut, kendati dengan intensi meremehkan“Apa, sih, underground Sjahrir itu? Hanya mendengarkan siaran radio luar negeri secara diam-diam,” ungkap dianggap "hanya" oleh Sukarno itu, pada dasarnya, bagian tak terpisahkan dari sejarah kelahiran proklamasi Indonesia. Rentetan kejadiannya, jika diringkas, menjadi begini 1 karena informasi soal kekalahan Jepang itu, para pemuda mendesak Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan selekas-lekasnya, 2 Sukarno-Hatta menolak desakan itu; 3 para pemuda kemudian "menculik" Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok.======Artikel ini tayang pertama kali pada 17 Agustus 2017. Diedit ulang untuk dirilis kembali pada tema laporan mendalam tentang radio. - Teknologi Reporter Ahmad ZaenudinPenulis Ahmad ZaenudinEditor Zen RS
SutanSjahrirjustru dengan berani menjadi pemimpin "gerakan bawah tanah" semasa pendudukan Jepang di lndonesra. Melalui "gerakan bawah tanah" yang ia pimpin, Sutan Sjahrir menggerakkan banyak pemuda Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Melalui gerakan bawah tanah itu pula, Sutan Sjahrir mendengar berita kekalahan Jepang.
Perang Dunia II hampir memasuki babak akhir pada tahun 1945. Pengeboman kota Hiroshima 6 Agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus 1945 menjadi pertanda kian dekatnya kekalahan Jepang. Pasca pengeboman dua kota tersebut, Jepang kemudian mengumumkan kekalahanya melalui siaran radio pada 14 Agustus 1945. Pengumuman kekalahan Jepang, disembunyikan dengan rapat oleh pemerintahan Jepang di Indonesia agar tidak diketahui oleh bangsa Indonesia. Jepang berusaha menyembunyikanya dengan cara melarang penyiaran radio pengumuman kekalahan Jepang dan melarang beredarnya surat kabar di Indonesia. Meski dimkian, berita kekalahan Jepang tetap dapat terdengar oleh seorang pemuda pejuang bawah tanah yang bernama Sutan Syahrir. Ia aktif mencari informasi tentang Jepang, hingga ia akhirnya dapat mengetahui berita kekalahan Jepang melalui siaran radio BBC yang berasal dari London. Syahrir berhasil mengetahui berita kekalahan Jepang melalui siaran radio pada saat itu juga ketika Jepang mengumumkan berita kekalahanya, yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945. Dengan demikian berita kekalahan Jepang didengar oleh tokoh Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945.

Jakarta- . Momen kekalahan Jepang sudah terlihat pada Agustus 1945, saat Perang Pasifik antara pihak sekutu yang dipimpin Amerika Serikat (AS) melawan Jepang sudah mencapai periode puncak. Namun, sebenarnya Jepang menyerah kepada Sekutu tanggal berapa? Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 tentara Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Editor Widi Wahyuning Tyas - Tanggal 15 Agustus 1945, berita mengenai kekalahan Jepang dan penyerahan kekuasaannya pada sekutu beredar luas di berbagai radio di Indonesia. Walaupun pemerintahan Jepang di Indonesia menyita berbagai radio, namun ada beberapa radio yang sempat diamankan oleh para pemuda untuk memantau berita-berita perang pasifik di kancah internasional. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, Soebardjo serta tokoh-tokoh yang semula tidak percaya mengenai berita kekalahan Jepang kali ini mendengarkan sendiri berita tersebut melalui siaran radio. Di tempat terpisah, para pemuda dan mahasiswa pada tanggal 15 Agustus 1945 juga melakukan pertemuan guna membahas persoalan langkah-langkah yang dipersiapkan untuk merespon berita kekalahan Jepang dari Sekutu. Soekarno, Hatta dan Subardjo Kunjungan ke Rumah Laksamana Tadeshi Maeda Sejak diberitahu kabar terkait berita kekalahan Jepang dari Sutan Syahrir pada sehari sebelumnya, pada tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, Subardjo serta tokoh - tokoh lainnya di Indonesia kali ini mengetahuinya sendiri. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, Soekarno kemudian berusaha untuk mengunjungi Gunseikanbu atau Kepala Staf Departemen Urusan Umum. Bersama dengan Mohammad Hatta dan Subardjo, Soekarno mengunjungi kantor Gunseikanbu di Jawa yang beralamat di Gedung Battafsche Petroleum Maatschappij sekarang Gedung Pertamina Pusat, Jl. Perwira. Sesampainya di tempat, ternyata Gunseikan tidak ada di tempat. Mereka bertiga kemudian pergi kantor Laksamana Tadeshi Maeda. Saat bertemu dengan Maeda, Soekarno memberitahu perihal berita kekalahan Jepang. Disini Maeda tidak segera merespon. Ia diam sebentar kemudian menerangkan bahwa dirinya belum menerima pemberitahuan resmi dari Tokyo. Salahsatu radio yang menyiarkan penyerahan Jepang atas sekutu adalah Radio BBC (British Broadcasing Corporation) dari Inggris. Berita tersebut segera tersebar hingga ke pejuang republik. Berita kekalahan Jepang ini awalnya berusaha ditutupi, tetapi berhasil terdengar oleh Sutan Sjahrir, melalui siaran radio yang saat itu dilarang. Selama
BICARABERITA-Kekalahan Jepang tahun 1945 pada pihak sekutu merupakan peristiwa penting dalam pelaksanaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Jatuhnya bom 'Little Boy' dan 'Fat Man' di Hiroshima dan Nagasaki melalui pesawat Amerika Serikat menjadi puncak dari kekalahan Jepang. Selain itu, peristiwa kekalahan Jepang juga merupakan kejadian besar dalam sejarah yang memakan ratusan ribu korban. Sehingga kejadiannya pun disiarkan melalui saluran radio internasional, yang mana kabar tersebut sampai pada seluruh penjuru dunia. Kabar perihal kekalahan Jepang yang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945 disiarkan oleh radio BBC London. Meskipun awalnya kabar mengenai kalahnya pihak Jepang disembunyikan agar tidak sampai beredar di Indonesia. Namun, Informasi mengenai kekalahan Jepang tersebut didengar oleh Sutan Syahrir, salah satu pemuda pejuang bawah tanah yang aktif dalam mencari informasi mengenai Jepang. Hal itu, kemudian ia jadikan peluang untuk mempercepat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Dengan adanya kabar tersebut, para pemuda menekan Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah melalui banyak rencana mulai dari pengamanan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok hingga penjahitan bendera Merah Putih oleh Fatmawati. Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul WIB, akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Yang dihadiri oleh tokoh pemuda dan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu Indonesia Raya. *** Terkini
KekalahanJepang membuat Tojo frustasi dan mencoba untuk bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri dengan sebuah pistol American 38 meski ia diselamatkan oleh seorang dokter Amerika yang memberinya transfusi darah. Ia pun akhirnya tewas setelah dieksekusi atas tuduhan kejahatan perang oleh pengadilan internasional dan dihukum gantung pada
Sekarang memutar Michael Bolton Soul Provider Studio FKM Tones And I Ur So F**kInG cOoL World Hits Radio JA Goldfrapp Ride a White Horse J-side Radio Michael Clifton Solid Ground Radio Shiga Rodrigo y Gabriela Juan Loco Radio Hayama acareimon Future J-side Radio Electric Patrick Wolf Damaris J-side Radio Alternative YU-KA Blueberry Pie J1 HITS The Bloomfields Ikaw Ang Musika ICPRM RADIO Japan flumpool Hoshi Ni Negaiwo J1 Xtra JD Souther Faithless Love Freebird Radio Toby Fox Undertale Hitsujibungaku Step J-Rock Powerplay - pieces J-Pop Sakura 懐かしい King Gnu Vinyl Tactacめ The Koolaid Electric Company Distraction Radio Eigekai Indies CHORUSPICE It's a Miracle World! BOX Weeb Anime Network Betsy Curtis Shiroi Iro Wa Koi Bito No Iro Karaoke J1 Gold Chihiro Onitsuka Natsu No Tsumi J1 HD JAZZ PARADISE Floresta - Moonlight Mile Jazz Sakura - asia DREAM radio

Momentumpenting ini kemudian ditangkap dengan baik oleh para pemuda yang tergabung dalam gerakan "bawah tanah" terutama oleh Sutan Syahrir yang pada tanggal 15 Agustus 1945 berhasil menangkap siaran radio yang menyiarkan berita mengenai kakalahan dan menyerahnya Jepang, tentu kita harus tahu bahwa meski saat itu Jepang yang dalam keadaan

- Berita proklamasi Indonesia 1945 tak bisa menyebar secepat hoaks-hoaks zaman ini. Alat komunikasi di tahun 1945 tentu tak secanggih sekarang. Kala itu hanya sedikit orang yang bisa membaca. Mereka yang tidak bisa membaca hanya bisa diberi tahu dari mulut ke mulut karena tidak semua rumah punya radio. Masalah terbesarnya tentu saja bala tentara fasis Jepang. Semua informasi haruslah selaras dengan kepentingan militer Jepang. Jawa antara 1942 hingga 1945 adalah masa-masa penuh sensor. “Di zaman Jepang berlaku sensor preventif. Sebelum koran memuat berita atau tulisan, kantor sensor Jepang atau Gun Kenetsu Han memeriksanya terlebih dahulu,” tulis Rosihan Anwar dalam Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia - Volume 2 2004 28. Selain itu hanya beberapa surat kabar yang hidup, tentu saja dengan restu dan harus selaras dengan kepentingan politik Jepang. Koran-koran yang bisa hidup antara lain Asia Raya Jakarta, Soeara Asia Surabaya, Tjahaja Bandung, dan lainnya. Setelah proklamasi dibacakan pada 17 Agustus 1945, para jurnalis Indonesia begitu ingin menyebarkannya dengan segera. Beberapa usaha dilakukan. Lewat radio, Joesoef Ronodipoero, yang dapat informasi dari Bachtiar Lubis, ambil risiko menyiarkannya pada pukul Setelah ketahuan militer Jepang, Joesoef dan Bachtiar hampir dihukum mati. Berita proklamasi sekan-akan jadi barang haram untuk diberitakan. Surat kabar Asia Raya pun tak bisa menyiarkan berita proklamasi. Ketika tak ada harapan untuk menyiarkannya lewat koran di Jakarta, maka berita itu tetap diteruskan oleh jurnalis dari Jakarta ke luar Jakarta. Mereka berharap berita itu ditayangkan pada esok harinya, 18 Agustus 1945. Jasa Koran dan Wartawan Pada hari dibacakannya teks proklamasi, Asia Raya 17/8/1945—seperti yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia—masih menjadikan berita-berita perang dari front Pasifik sebagai bagian penting. Di halaman muka bahkan ada berita soal Philippe Pétain, pemimpin negara boneka Vichi NAZI Jerman di Perancis, yang diberi hukuman mati, tapi tak mau minta ampun dan menyesal berdiri di belakang Jerman. Esoknya, meski diharamkan memberitakan proklamasi, Asia Raya 18/8/1945 mengangkat headline berjudul "Pengangkatan Kepala Negara Indonesia Merdeka". Diberitakan bahwa hasil rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI antara lain menetapkan undang-undang dasar UUD 1945, mengangkat Sukarno sebagai presiden dan Hatta sebagai wakil presiden, dan membentuk komite nasional untuk membantu presiden dan wakil presiden. Teks pembukaan UUD 1945 ditampilkan di halaman muka. Tak lupa ada foto Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta di dalamnya. Halaman muka Soeara Asia 18/8/1945 di Surabaya pun tampil seperti yang diinginkan para jurnalis Indonesia pro-kemerdekaan. Koran yang keredaksiannya dipimpin Raden Tukul Surohadiwinoto ini pada hari itu menyiarkan salinan naskah proklamasi. Di bawahnya dimuat pula salinan UUD harinya Asia Raya 19/8/1945 memuat teks batang tubuh UUD 1945 di halaman pertama, dari pasal 1 hingga 37 plus aturan tambahannya. Pada edisi ini ada artikel berjudul "Indonesia Merdeka Memperkenalkan Diri" yang ditulis oleh pimpinan umumnya, Raden Soekardjo Wirjopranoto. Artikel tersebut ditutup dengan kalimat "Hidup Indonesia Merdeka!". Surat kabar Tjahaja 18/8/1945 dengan pimpinan umum Oto Iskandar Di Nata punya berita yang tidak jauh beda dengan Asia Raya di hari yang sama. Surat kabar terbitan Bandung ini memberitakan terpilihnya Sukarno sebagai presiden dan Hatta sebagai wakil presiden. Selain berita itu, Tjahaja juga memberitakan perang Pasifik di mana isi beritanya masih menggambarkan bahwa militer Jepang tetap kuat di Asia Timur Raya. Ini tentu saja berdasarkan kemauan pimpinan militer Jepang. Di mana pun fasis selalu pantang mengaku Tjahaja 19/8/1945, di halaman pertama, memuat naskah pembukaan UUD 1945 ditambah hasil rapat PPKI dan maklumat-maklumat. Ini juga tak jauh berbeda dengan Asia Raya di hari yang 20 Agustus 1945, tepat hari ini 74 tahun lalu, hampir semua surat kabar di Indonesia baru memberitakan tentang proklamasi kemerdekaan. Rakyat di seluruh negeri pun bersiap menyambut bayi republik yang baru lahir. Infografik Mozaik Media Cetak dan Proklamasi 17 Agustus 1945. dicatat David Hill dalam Pers di Masa Orde Baru 2011 23, Asia Raya kemudian diambil alih pemuda-pemuda pewarta dan menjadi harian Merdeka sejak 1 Oktober 1945. Diah menjadi pemimpin umum dan pemimpin redaksinya. Di koran ini ada pula Rosihan Anwar. Setahun kemudian, pada 19 Februari 1946, Merdeka menjadi koran pertama yang memuat foto proklamasi kemerdekaan. Sebelumnya foto itu disembunyikan selama berbulan-bulan. Foto itu hasil jepretan Frans Mendur yang berhasil diamankannya bersama saudaranya, Alex Mendur. Di antara jepretan mereka di Pegangsaan Timur 56, banyak yang disita militer Jepang. Mendur bersaudara, bersama Umbas bersaudara dan kawan-kawan mereka yang lain, belakangan mendirikan Indonesia Press Photo Service IPPHOS yang banyak merekam peristiwa bersejarah terkait negara Indonesia. Setelah bulan Agustus 1945 berlalu, militer Jepang mulai melemah pengaruhnya. Keberanian menjadi pers demi kepentingan kemerdekaan pun makin hari makin tumbuh. Sensor-sensor beserta ancaman keras kepada berita yang tidak selaras dengan militer Jepang pun menghilang di Indonesia. - Sosial Budaya Penulis Petrik MatanasiEditor Ivan Aulia Ahsan Menurutcatatan sejarah, sejarah RRI bermula ketika kekalahan Jepang dari Sekutu sudah diperhitungkan pemimpin-pemimpin dan angkatan muda Indonesia yang selalu mendengarkan radio luar negeri sejak akhir Juli 1945. Pada 14 Agustus 1945, BBC menyiarkan secara pasti pernyataan penyerahan Jepang tanpa syarat oleh Tenno Heika. Namun, pemerintah
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 110021 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d828c5b2bb9b72a • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Jepang tiga biro yang lain ditempatkan di kementerian luar negeri, markas Bagi Jepang, pers dan wartawan militer, dan di Taisei Yomusankai (Pergerakan Nasional Baru). menjadi saluran penting untuk Propaganda disiarkan melalui radio, menyiarkan propagandanya. Karena pers, pamflet dan dilaksanakan oleh organisasi-organisasi propagandis, - Kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya adalah harapan bala tentara fasis Kekaisaran Jepang. Dengan kemenangan, rakyat di Asia akan hormat dan tunduk pada militer Jepang. Namun kenyataan tak seperti harapan mereka. Berhubung kaum fasis pantang mengaku kalah, maka menutupi kekalahan adalah jurus penting. Dunia pers terbilang lesu di Indonesia zaman pendudukan Jepang. Memang masih ada pers, tapi itu haruslah seperti apa yang diharapkan penguasa Jepang. Nyaris tak ditemukan berita buruk soal pemerintah, karena berita soal pemerintah militer haruslah selalu baik. Kaum fasis di belahan dunia mana pun selalu ingin terlihat baik. Militer Jepang memang mati-matian berjuang di Front Pasifik, tapi kemenangan tak selalu bersama mereka. Sudah pasti militer Jepang tahu cara mencitrakan diri sebagai pemenang perang di mata rakyat Indonesia. Termasuk ketika di beberapa pertempuran Front Pasifik Jepang mulai kewalahan melawan Sekutu. Militer Jepang menyita banyak radio dari rakyat, agar kabar kekalahan yang diberitakan radio-radio Inggris atau Australia tidak tertangkap oleh kuping orang-orang Indonesia. Meski menyita radio yang mampu menangkap siaran dari luar negeri, Jepang tetap berusaha agar orang Indonesia mendengar radio. “Jepang membuat jaringan radio yang tetap dengan menempatkan pengeras-suara di setiap desa,” aku Sukarno dalam autobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat 2011. Hanya berita bagus yang menenteramkan rakyat yang disiarkan di radio, termasuk suara Sukarno untuk mengayomi rakyat yang menderita itu. Tidak semua orang Indonesia punya radio untuk menangkap siaran asing. Jika pun mereka punya radio dan mendengar radio asing, belum tentu isi beritanya bisa mereka cerna. Tak semua orang bisa berbahasa Inggris, kecuali mereka yang pernah bersekolah. Fasisme memang mudah tumbuh subur di masyarakat yang kurang terpelajar. Tentu saja tak semua orang Indonesia rela menyerahkan radionya begitu saja. Ada sekelompok orang, seperti Sutan Sjahrir, berani ambil risiko dengan menyembunyikan radionya, dengan maksud menunggu berita kekalahan Jepang. Pada akhir 1944 Jepang sudah tergerus di Indonesia timur. Sekitar Papua, dan pastinya Morotai, sudah berhasil diduduki Sekutu yang makin menguat, baik di bidang peralatan, personel, dan logistik perangnya. Sensor Radio dan Pers Soal kekalahannya, Jepang tidak menyiarkan apapun kepada rakyat Indonesia. Ini tidak sulit, karena semua pers, entah cetak dan radionya, berada dalam kendali petinggi militer Jepang. Pantang bagi fasis untuk terlihat lemah. Apalagi lemah di mata rakyat Indonesia yang telah dirampas padinya, diperkosa perempuannya, dan dianiaya kiainya. Menipu sudah pasti jurus andalan militer fasis. Buku Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh 1977 menyebut sedari beberapa bulan sebelum penyerahan Jepang kepada Sekutu, tentara Jepang telah menyita radio-radio agar penduduk tidak dapat mengetahui tentang berita-berita kekalahan Jepang dan perkembangan kemajuan Sekutu di Front Pasifik hlm. 176. Di bulan Agustus, setelah banyak kota di luar Jawa diduduki Sekutu, orang-orang Jepang tentu jadi tidak nyaman di Indonesia. Mereka tidak mau bicara soal Perang Pasifik. “Berita tentang kekalahan Jepang hanya dapat diduga dari tindak tanduk dan gelagat orang-orang Jepang sendiri,” tulis Laurens Manus dalam Sejarah Revolusi Kemerdekaan, 1945-1949 daerah Sulawesi Utara 1995 53. Kegarangan orang Jepang kepada rakyat Indonesia agak menurun di tahun terakhir Perang Pasifik. “Saya berpikir, kebiasaan ini mereka lakukan untuk menghilangkan ketegangan akibat berita-berita kekalahan Jepang yang mereka hadapi,” aku Komisaris Jenderal Polisi M. Jasin dalam Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang 2013 89. Waktu itu, sepengakuan Jasin, orang-orang Jepang jadi mudah tersinggung. Jepang mau tidak mau harus menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Setelah Nagasaki dan Hirosima dibom pada minggu-minggu sebelumnya. Berita ini tentu saja tak disiarkan kepada rakyat Indonesia. Pada 2 September 1945, tepat hari ini 76 tahun lalu, barulah Jepang benar-benar menyerah secara resmi kepada itu bukan hanya dapat memperloyo moral serdadu Jepang yang garang dan doyan menggagahi saja, tapi bisa membuat rakyat sipil yang dendam kepada Jepang untuk bertindak melawan mereka. Masalah keselamatan dan harga diri kaum fasis kini tergantung dari bagaimana menyimpan berita buruk yang merugikan. “Terlalu lama Jepang menyembunyikan kekalahannya itu, sedangkan penduduk telah membaca surat-surat selebaran yang dijatuhkan dari pesawat terbang Sekutu yang terbang rendah,” kata Ali Hasjmy dalam A. Hasjmy, Aset Sejarah Masa Kini dan Masa Depan 1994 176. Makin lama, rakyat Indonesia pun mengetahui soal loyonya Jepang itu. Infografik Mozaik Jepang Resmi Menyerah. Peran Kelompok Sjahrir Radio yang dimiliki kelompok Sjahrir belakangan sangat penting perannya dalam Revolusi Indonesia. Sukarno, meski berlawanan dengan Sjahrir, dalam autobiografinya mengakui peran Sjahrir di zaman Jepang. Sjahrir mengadakan gerakan bawah tanah dan menyadap berita dari luar mereka mendapatkan beritanya, mereka tak langsung koar-koar. Berita dari radio asing itu dikabarkan diam-diam dulu ke sesama orang gerakan bawah tanah. Memberi berita ke Hatta pun Sjahrir punya cara yang lebih aman para keponakannya dari Bandaneira dikerahkannya. Dalam buku Mengenang Sjahrir 2010, salah seorang keponakan Sjahrir dari Bandaneira, Lily, mengaku, “bergiliran disuruh mengantarkan berita-berita radio itu ke Oom Hatta, antara lain berita tentang kekalahan dan penyerahan Jepang kepada Sekutu.” Berkat siaran radio soal kekalahan Jepang itu pula pemuda-pemuda revolusioner di Jakarta mulai bangkit. Mereka segera mengadakan rapat dan berkumpul untuk merumuskan tindakan selanjutnya. Berita kekalahan Jepang itu pula yang kemudian membuat mereka berani bergerak. Itu tak lepas dari peran Sjahrir. Para pemuda tersebut lalu mendorong kaum tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya.==========Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 25 Mei 2019. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik. - Politik Penulis Petrik MatanasiEditor Ivan Aulia Ahsan KekalahanJepang berarti berakhirnya penjajahan dan penindasan bangsa lain terhadap bangsa Indonesia. Penggunaan siaran gelap ini diketahui oleh Pemimpin Kantor Radio bangsa Jepang. Siaran Suara Indonesia Merdeka inilah yang menyiarkan pidato Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia untuk pertama kalinya pada tanggal 25 Agustus

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Malang19 Juli 2022 0822Jawaban yang tepat harusnya adalah Radio BBC. Tahun 1945 menjadi babak akhir akan berakhirnya perang dunia II. Kekalahan Jepang di tandai semakin dekat akibat adanya pebgeboman di kota Hiroshima dan Nagasaki. Akibat pengorbanan tersebut, Jepang kemudian mengumumnkan bahwa ia mengaku kalah melalui siaran radio pada 14 Agustus 1945. Bangsa Indonesia tidak mengetahui bahwa pihak Jepang sudah kalah, karena berita ini di sembunyikan dengan rapat oleh pihak-pihak Jepang. Jepang menyembunyikan dengan cara melarang seluruh radio menyiarkan pengumuman kekalahan Jepang dan melarang beredarnya surat kabar di Indonesia. Berita kekalahan Jepang akhirnya terdengar oleh seorang pemuda asal Indonesia bernama Sutan Syahrir. Sultan Syahrir giat mencari Informasi terkait kekalahan Jepang, hingga akhirnya Sultan Syahrir mendengar kekalahan Jepang dari radio BBC. Syahrir berhasil mengetahui berita kekalahan Jepang melalui siaran radio pada saat itu juga ketika Jepang mengumumkan berita kekalahanya, yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945 . Jadi, radio yang menyiarkan kekalahan Jepang yang membuat rakyat Indonesia mengetahui kekalahan Jepang yaitu radio BBC.

.
  • r2jhtolaxz.pages.dev/801
  • r2jhtolaxz.pages.dev/712
  • r2jhtolaxz.pages.dev/138
  • r2jhtolaxz.pages.dev/522
  • r2jhtolaxz.pages.dev/443
  • r2jhtolaxz.pages.dev/6
  • r2jhtolaxz.pages.dev/280
  • r2jhtolaxz.pages.dev/138
  • r2jhtolaxz.pages.dev/863
  • r2jhtolaxz.pages.dev/938
  • r2jhtolaxz.pages.dev/502
  • r2jhtolaxz.pages.dev/868
  • r2jhtolaxz.pages.dev/617
  • r2jhtolaxz.pages.dev/818
  • r2jhtolaxz.pages.dev/724
  • radio yang menyiarkan kekalahan jepang