ResensiNovel Dua Garis Biru. Oktober 06, 2019. DUA GARIS BIRU Judul: Dua Garis Biru Pengarang: Lucia Priandarini dan Gina S. Noer Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun: 2019 Jumlah: 208 halaman Via @gramediadigital Novel ini diadaptasi dari naskah skenario yang ditulis oleh Gina S. Noer dan difilmkan dengan judul yang sama. Jakarta - Dalam film Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula petaka mereka berdua dan hamil. Kemesraan yang biasanya ditunjukkan sehari-hari di sekolah perlahan pudar. Dua sejoli ini masih menyembunyikan hal tersebut sampai akhirnya, rahasia tak bisa lagi dikubur. Kekagetan dan kekecewaan luar biasa hadir dari orang tua keduanya. Dara, lahir dari keluarga cukup berada. Ibunya, Rika Lulu Tobing wanita karier yang begitu perfeksionis dan sudah menyiapkan segala hal bagi anaknya serta seorang ayah pebisnis. Lain dengan Bima yang berasal dari keluarga sederhana. Ibunya penjual pecel Cut Mini, bapaknya pensiunan, mereka tinggal di perkampungan yang jauh dari gedung-gedung tinggi di para orang tua menghadapi masalah ini pun berbeda. Keluarga Bima boleh dibilang cukup religius. Perbuatan yang dilakukan Bima disebut sebagai dosa. Cukup butuh waktu bagi sang ibu untuk akhirnya bisa lebih tenang dan memahami, apa yang terjadi pada anak bungsunya itu tetap saja ada kesalahan dari bagaimana ia berkomunikasi dengan anaknya. Setidaknya dialog-dialog itu hadir dan menghangatkan. Sebuah kontemplasi, bukan diisi khotbah dan pertobatan dengan pihak keluarga Dara. Mengetahui putri sulungnya yang cerdas dengan sejuta mimpi itu hamil, seketika bayangan itu runtuh lantaran membayangkan kehamilan sontak merusak masa perbedaan kelas ini pula muncul bagaimana penentuan keputusan hadir. Bagaimana satu persatu keputusan yang diambil bermula dari luapan emosi, perlahan digiring untuk membuka pintu dialog yang lebih lebar dan Dara dan Bima mengingatkan kita pada Juno 2007, gadis SMA pecinta musik rock yang positif hamil. Juno juga bukan remaja yang sembarangan dalam bergaul. Namun, tentu saja Dara dan Juno dua remaja berbeda mengingat banyak unsur yang melekat dalam kultur keduanya. Tapi bagaimana Dara dan Juno mencoba menerima perubahan fisik, menghadapi segala persoalan dalam kondisi hamil, tanpa keluhan adalah luar Dara mempertahankan kehamilannya membuat dirinya harus berhenti dari sekolah. Kritik ini pun disampaikan Gina lewat pernyataan keras Rika kepada pihak sekolah mengapa hanya putrinya yang bisa dapat sangsi sedangkan anak laki-laki masih bisa melanjutkan sekolah. Dalam film ini tak begitu ditunjukkan bagaimana kehamilan seorang remaja mengundang sinis atau perbincangan miring di lingkungan mengemas kisah Dara dan Bima bukan sebagai tragedi. Drama keluarga ini diramu kental dengan nuansa keseharian. Kritik-kritik sosial pun diluncurkan demikian halus dari berbagai dialog juga adegan-adegan, serta beberapa analogi. Kepolosan dan cara Dara serta Bima mencoba lebih dewasa dengan naifnya menghadapi masalah mereka terasa natural—sebagaimana cara berpikir anak SMA. Bima yang dasarnya tak terlalu pandai—berkebaikan dari Dara—juga kerap menunjukkan kenaifannya di depan banyak orang. Termasuk soal penafsirannya terhadap makna dua garis sinilah Ginatri S. Noer atau Gina S. Noer menyajikan sebuah cerita. Gina menyodorkan sebuah masalah dan juga menawarkan cara. Betapa anak remaja melakukan kesalahan yang cukup fatal, orang tua tetap punya peran penting. Bukan lantas menyalahkan dan merutuki bencana. Gina menjalin cerita yang begitu solid hingga yang sudah kuat tersampaikan dengan baik lewat peran para aktor muda dan senior yang luar biasa. Sebut saja Adhisty Zara, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Rachel Amanda, dan Maisha Kanna. Dua Garis Biru adalah debut Gina sebagai sutradara. Selama ini namanya sudah malang melintang di banyak film sebagai penulis cerita. Dua Garis Biru menjadi sebuah film remaja-keluarga yang menggedor orang tua untuk tak menutup pintu dari masalah anak-anak Garis BiruSutradara Gina S. NoerProduksi Wahana Kreator, StarvisionPenulis Gina S. NoerPemain Adhisty Zara Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Maisha Kanna, Rachel Amanda, Asri WelasDurasi 113 menitKlasifikasi LSF 13+Rilis di bioskop 11 Juli 2019 Dalamfilm Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula petaka mereka berdua dan keluarganya. Dara []
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 112124 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d82ab279e3e0a4f • Your IP • Performance & security by Cloudflare
ResensiNovel Dua Garis Biru. Dua garis biru menceritakan pentingnya pendidikan seks terutama bahaya akan seks bebas. Noer dan dibintangi oleh zara jkt48, angga yunanda, cut mini, lulu tobing, dwi sasono, rachel amanda dan arswendy beningswara ini. Ulasan novel dua garis biru. Sekilas mirip sama film juno 2007 ya. Dalam film yang dirilis
Jakarta Judul Dua Garis Biru Penulis Lucia Priandarini dari Skenario Film Karya Gina S. Noer Cover PT Kharisma Star Vision Cetakan ketiga Oktober 2019 Penerbit Gramedia Pustaka Utama Dara, gadis pintar kesayangan guru, dan Bima, murid santai yang cenderung masa bodoh, menyadari bahwa mereka bukan pasangan sempurna. Tetapi perbedaan justru membuat keduanya bahagia menciptakan dunia mereka sendiri. Dunia tidak sempurna tempat mereka bisa saling mentertawakan kebodohan dan menerbangkan mimpi. Namun suatu waktu, kenyamanan membuat mereka melanggar batas. Satu kesalahan dengan konsekuensi besar yang baru disadari kemudian. Kesalahan yang selamanya akan mengubah hidup mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Di usia 17, mereka harus memilih memperjuangkan masa depan atau kehidupan lain yang tiba-tiba hadir. Cinta sederhana saja ternyata tak cukup. Kenyataan dan harapan keluarga membuat Bima dan Dara semakin terdesak ke persimpangan, siap menjalani bersama atau melangkah pergi ke dua arah berbeda. *** Sudah nonton film Dua Garis Biru? Bagi yang belum sempat nonton filmnya, coba deh baca novel yang ditulis Lucia Priandarini berdasarkan skenario film karya Gina S. Noer. Bagi yang sudah nonton filmnya pun, tak ada salahnya membaca novelnya karena ada pengalaman berbeda yang bisa kita dapat. Bima dan Dara, di usianya yang masih sangat belia harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Sebuah kesalahan yang besar membuat kehidupan mereka tak lagi sama. Masa depan mereka pun dipertaruhkan. Hamil muda di luar nikah, Dara menghadapi banyak dilema. Dia bingung dengan bagaimana caranya dia bisa menghadapi orangtuanya. Khawatir dengan impiannya untuk kuliah di Korea yang mungkin tak akan terwujud. Menghadapi teman-teman sekolahnya. Serta tentu saja soal bagaimana ia menyikapi hubungannya dengan Bima. Bima yang cenderung cuek dan bersikap masa bodoh, mau tak mau harus ikut memikirkan masa depannya dan masa depan Dara. Terlepas dari usianya yang masih muda, dia akan menjadi seorang ayah. Namun, tentu saja menghadapi kenyataan dan menanggung konsekuensi yang ada tidaklah mudah. "Sesuka apa pun, jangan biarkan cowok mengendalikan masa depan kamu." Dua Garis Biru, hlm. 115 Saat kita menonton film, kita bisa langsung menikmati sebuah cerita dari tampilan visual yang ada. Saat membaca novel, kita menikmati sebuah cerita dengan menciptakan tampilan visual sendiri di dalam kepala kita. Membaca novel Dua Garis Biru ini, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh dari karakter utamanya. Bisa lebih menyelami emosi yang ada dengan membaca deskripsi dan narasi yang dipaparkan di novel ini. Gaya penulisan di novel ini juga sangat nyaman diikuti. Setiap deskripsi ditampilkan dengan rinci menggunakan bahasa yang begitu mudah dipahami. Yang paling berkesan adalah kita diajak untuk berempati dan menyelami perasaan Dara, Bima, hingga kedua orangtuanya lebih dalam lagi. "Ia merasa seperti hamster gendut dalam kandang. Berputar dalam kincir, tapi tidak bergerak ke mana-mana." Dua Garis Biru, hlm. 142 Dari kisah Dara dan Bima, kita akan diingatkan oleh sejumlah penting. Mulai dari pentingnya edukasi seks sejak dini hingga besarnya peran dan tanggung jawab yang dimiliki orangtua. Ada yang bilang masa remaja adalah masa yang paling indah. Namun, pada masa itu seseorang bisa rentan dan bertindak tanpa berpikir panjang. Ada yang sedikit berbeda dari akhir cerita yang disampaikan di novel ini dari versi filmnya. Beberapa detail kecil yang tidak ada di filmnya pun bisa ditemukan di versi novelnya. Kalau penasaran, langsung saja baca sendiri ya. Sekali baca rasanya nggak mau berhenti sampai benar-benar sampai akhir cerita. DuaGaris Biru book. Read 39 reviews from the world's largest community for readers. Dara, gadis pintar kesayangan guru, dan Bima, murid santai yang cend ResensiBuku: Dua Garis Biru. Republika.co.id. REPUBLIKA.ID. Ihram. RepJabar.co.id. RepJogja. Retizen. Judul: Dua Garis Biru Pengarang: Lucia Priandarini dan Gina S. Noer Tahun 2019 ia berkolaborasi dengan Gina untuk menulis novel adaptasi film â Dua Garis Biruâ . Buku ini membawa sebuah cerita tentang bagaimana jika sebuah hubungan

DuaGaris Biru menceritakan pentingnya pendidikan seks terutama bahaya akan seks bebas. Dalam film yang dirilis pada 2019 lalu ini juga menjelaskan realitas pernikahan dini yang masih dianggap tabu sebagian kalangan masyarakat Indonesia. Pemain film Dua Garis Biru Angga Yunanda, Zara JKT 48, dan Rachel Amanda berpose saat berkunjung di kantor

Fimelacom, Jakarta Judul: Dua Garis BiruPenulis: Lucia Priandarini dari Skenario Film Karya Gina S. NoerCover: PT Kharisma Star VisionCetakan ketiga: Oktober 2019Penerbit: Gramedia Pustaka UtamaDara, gadis pintar kesayangan guru, dan Bima, murid santai yang cenderung masa bodoh, menyadari bahwa mereka bukan pasangan sempurna. Tetapi perbedaan justru membuat keduanya bahagia menciptakan dunia
Berikutbeberapa nilai-nilai moral yang dapat kita ambil dari film Dua Garis Biru : Advertisement. 1. Sebaik apapun citra sebuah keluarga dan sebaik apapun didikan orang tua terhadap anaknya, bukan jaminan anak untuk tidak melakukan seks di luar nikah. citra keluarga yang baik belum tentu anaknya mengikuti via https://www.hipwee.com.

TranslatePDF. RESENSI FILM DUA GARIS BIRU Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pembimbing : Dr. Elvi Susanti, M.Pd Disusun Oleh : Nama : Riris Mustika Ali NIM : 11190162000067 Kelas : Pendidikan Kimia 2C PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

.
  • r2jhtolaxz.pages.dev/73
  • r2jhtolaxz.pages.dev/893
  • r2jhtolaxz.pages.dev/273
  • r2jhtolaxz.pages.dev/167
  • r2jhtolaxz.pages.dev/351
  • r2jhtolaxz.pages.dev/209
  • r2jhtolaxz.pages.dev/376
  • r2jhtolaxz.pages.dev/779
  • r2jhtolaxz.pages.dev/960
  • r2jhtolaxz.pages.dev/740
  • r2jhtolaxz.pages.dev/915
  • r2jhtolaxz.pages.dev/68
  • r2jhtolaxz.pages.dev/126
  • r2jhtolaxz.pages.dev/8
  • r2jhtolaxz.pages.dev/477
  • resensi novel dua garis biru