JurusanTafsir Hadits Oleh: BAROKATUS SHOLIKHAH NIM: 134211021 FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2018 . "Waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia yang akan memotongmu" vi . TRANSLITERASI ARAB-LATIN BANYAK orang-orang jurusan dunia yang berkata bahwa waktu adalah uang, hal ini menunjukkan bahwa waktu itu benar-benar berharga. Apalagi di dalam Islam, maka hal itu lebih berharga lagi dan sangat berharga. Bahkan ulama pun ada yang berkata bahwa waktu adalah pedang, dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya imam Ibnul Qayim rahimahullahu disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata, BACA JUGA 4 Sunnah di Waktu Maghrib “Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” Hal ini menunjukkan bahwa kita harus mengolah waktu ke hal-hal yang positif dan bermanfaat. Dan janganlah sekali-kali menggunakannya untuk hal-hal yang sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” Muttafaqun alaih Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Bathal. Beliau mengatakan “makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya yang sehat. Barang siapa yang mendapatkan seperti ini maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan-Nya. Dan diantara bentuk bersyukur ialah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya, dan barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini maka dialah orang yang telah tertipu.” Dan seperti yang telah kita saksikan sekarang, banyak manusia yang telah terjerumus ke lubang kelalaian banyak yang telah terbuai dengan waktu luang dan jasad yang sehat, padahal Allah Ta’ala akan menanyakan atas setiap nikmat yang telah diberikan padanya. Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu bermegah-megahan di dunia itu.” QS. At-Takatsur 8 Syaikh Abdul Malik Al-Qasim berkata, Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi setiap muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar benar merugi. Dan waktu yang berlalu tidak mungkin bisa kembali selamanya.” Risalah Al-Waqtu Anfus laa Ta’ud, hal. 3. Seharusnya kita sadar dan menyadari bahwa waktu itu sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba, sangat amat disayangkan jika waktu itu berlalu saja tanpa ada selipan ketaatan di dalamnya. Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata, “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam ajalku berkurang, namun amalku tidak bertambah.” Dan tanda Allah menelantarkan hamba ialah salah satunya Allah jadikan ia sibuk dalam hal-hal yang sia-sia. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.” Al Bahrur Ra’iq, hal. 70. Dan ketahuilah bahwa kematian lebih layak bagi orang yang menyia-nyiakan waktu. Seperti yang dikatakan imam Ibnul Qayyim rahimahullahu “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat hawa nafsu, berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya Al Jawaabul Kaafi, 109. Dan janganlah menyia-nyiakan waktumu selain untuk mengingat Allah. Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya, lalu dia berkata pada kami Bertasbihlah sampai sampai di pohon itu’, lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang ia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami,’Bertakbirlah sampai di pohon itu’. Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami Az-Zuhdu li Ahmad bin Hambal. Dari penggalan cerita di atas terdapat beberapa faedah, yaitu Waktu yang berkah adalah waktu yang digunakan untuk ketaatan dan sibuk dengan menambah amal. Hendaknya orang tua mengajarkan kepada anaknya sedini mungkin tentang pentingnya waktu. Kehidupan para ulama tak lepas dari menambah dan memperkuat ketaatan. Setelah kita mengetahui bahwa waktu itu adalah hal yang sangat berharga, maka selanjutnya ialah bagaimana kita mengatur waktu itu sendiri, di antaranya ialah Pertama Usahakan untuk membuat batasan waktu untuk setiap aktifitas kita. Misal dari awal bangun tidur sampai jam berapa waktu untuk bersih-bersih lalu berapa jam untuk belajar, menulis, meringkas, menghafal dan lain-lain. Kedua Meninggalkan suatu hal yang sia-sia atau hal mubah yang berlebihan seperti makan, ngobrol tidur dan lain-lain. Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu dari Rasulullah SAW beliau bersabda, “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” HR. Tirmidzi no2317 Ibnu Majah no 3976, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Ketiga Jangan punya kebiasaan menunda-nunda. Keempat Memanfaatkan setiap detiknya untuk hal kebaikan dan beribadah. Kelima Membuat jadwal belajar dan waktu mengulang pelajaran. Di dalam surah Al-Ashr Allah bersumpah dengan waktu. Dan ini menunjukkan pentingnya masa waktu. Di dalam masa terdapat keajaiban-keajaiban, di dalam masa terjadi kesenangan, kesusahan, sehat sakit, kekayaan, dan kemiskinan. Dan sesungguhnya masa merupakan anugerah Allah Ta’ala, tidak ada cela padanya, manusialah yang tercela ketika tidak memanfaatkannya. Dan manusia tak tahu kapan berakhir waktunya, maka dari itu Allah Ta’ala banyak memerintahkan untuk segera berlomba-lomba dalam ketaatan. Rasulullah SAW pun memerintahkan umatnya untuk bersegera melakukan amalan-amalan shalih. Al-Hasan rahimahullah berkata “Wahai anak Adam janganlah engkau menunda-nunda amalan-amalan karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engku tidak bertemu esok hari engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini.” Taqribuz Zuhd, 1/28 BACA JUGA Korupsi Waktu dalam Pekerjaan Maka dari itu sobat perlu kita ingat lagi bahwa waktu itu adalah nikmat yang luar biasa yang kita miliki. Waktu tak bisa dinilai dengan materi dan kekayaan. Waktu berjalan dengan cepat dan tidak terasa, waktu yang berjalan tak akan bisa terulang kembali. Waktu adalah kehidupan, jika waktu habis maka habislah kehidupan, bersyukurlah saat ini kita masih diberi waktu, terkhusus waktu untuk memperbaiki dan memperkuat ketaatan kita pada-Nya. [] SUMBER MUSLIMAH
1 Jangan Menyia-nyiakan Waktu. Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya dengan baik, maka ia akan memanfaatkanmu. HR. Muslim. Bermain-main dengan waktu barangkali menjadi hal yang sepatutnya tidak Anda lakukan. Pasalnya, Anda tidak bisa menghentikan ataupun mengulang waktu jika ingin memperbaiki suatu kesalahan.
Di zaman ini, kita melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya dengan sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan maksiat, lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw“Dua hal yang banyak orang tertipu di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari sahabat Ibnu Abbas ra. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’, no. 6778.Padahal kehidupan di dunia ini sangat singkat dan kita bukanlah makhluk yang kekal, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu yang telah Allah kami rangkum 7 Pentingnya Menjaga Waktu sesuai dengan perkataan ulama yang Insha Allah dapat menjadi renungan bagi kita agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan Sia-siakan Waktumu Selain untuk Mengingat AllahDari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.” Dari hal ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh sia-siakan waktu dan selalu mengingat Berlalu Sangat CepatIbnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan mendung.Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan WaktuLalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat hawa nafsu, berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan baca kesia-siaan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”Ketahuilah bahwa Engkau Seperti Hari-harimuHasan Al Bashri mengatakan,ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”Waktu Pasti akan Berlalu, Beramal Selama KehidupanmuJa’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.“Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu baca mati sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.”Waktu Bagaikan PedangImam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك“Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya memanfaatkannya, maka dia akan memotongmu.”Jika Tidak Tersibukkan dengan Kebaikan, Pasti akan Terjatuh pada Perkara yang Sia-siaKemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lainونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطلJika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik haq, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia batil.”Ya Allah, mudahkanlah kami selaku hamba-Mu untuk memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya dalam ketaatan dan dijauhkan dari kelalaian. JugaHukum Membuang Waktu Dalam Islam Tips Manajemen Waktu Dalam Islam
Artinya 'Diutusnya aku dan hari Kiamat bagaikan dua 'jari' ini.' [HR. Bukhari] Penjelasan Hadits. Al Qodhi mengatakan dalam syarh Muslim bahwa hadits ini menunjukkan sangat dekatnya waktu terjadinya kiamat dengan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mutiara Man Jadda WajadaWAKTU LAKSANA PEDANGالوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك“Al-waqtu ka as-saifi in lam taqtha’hu qatha’aka " Al-MahfudzatWaktu itu seperti pedang, jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotongmu PepatahArabWaktu akan terus berjalan, apapun yang terjadi, apapun yang kita lakukan. Matahari akan terus bersinar di pagi hari, tenggelam di sore hari digantikan bulan, lalu terbit lagi di pagi harinya. Begitulah waktu akan terus waktu tidak bisa diputar, pun tidak bisa ditunda. Kita hidup sebagai manusia, tugas kita adalah memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Karena kita tidak tidak pernah tahu kapan nikmat waktu akan dicabut dari diri kita, saat kita harus menghadap Yang Maha saatnya kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, berkarya sebanyak-banyaknya, berprestasi setinggi-tingginya, beribadah sekhusyu-khusyu’nya, beramal seikhlas-ikhlasnya, bekerja sekeras-kerasnya, berdoa tiada putusnya. Kalau itu tidak kita lakukan, waktu akan “memotong” kita karena kita telah itu selalu datang di saat akhir. Waktu akan terus berjalan. Singsingkan baju lebih tinggi, kuatkan tekad lebih dalam, niatkan lebih ikhlas, hari ini kita akan menjadi PRIBADI BARU, dengan sikap dan kebiasaan baru yang lebih positif, dengan target-target hidup yang lebih terukur, agar hidup menjadi lebih bermanfaat dan جد وجدSalam Man Jadda WajadaSukses. Bermanfaat. BerkahFollow me on TWITTER akbarzainudin Lihat Pendidikan Selengkapnya
Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya" - (HR. Bukhori-Muslim) Allah senantiasa menolong hambaNya, selama hambaNya suka menolong saudaranya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Waktu Bagaikan PedangRamadhan segera berkemas untuk tinggalkan kita. Waktu begitu cepat berlalu. Dan tanpa terasa kita tinggal beberapa hari lagi bersamai bulan yang mulia ini. Sungguh akan merugi jika kita tidak memanfaatkan waktu yang kita miliki. Terkadang kita sebagai manusia lupa akan 2 nikmat yang Allah berikan. Yang pertama nikmat sehat dan nikmat waktu luang. Berapa banyak waktu kita terbuang begitu saja tanpa melakukan kegiatan apapun. Nikmat sehat yang kita miliki terkadang kita sia-siakan. Tak menyadari bahwa banyak di luar sana yang mau bediri saja susah, mau makan tidak enak dan merasakan tubuhnya lemas tak berdaya. Sedangkan kita yang sehat. Justru hanya berdiam diri tidak memaksimalkan ibadah dan sibuk dengan urusan dunia yang sementara. Astaghfirullahal Adzhiim. Yang kedua nikmat waktu luang. Waktu bagaikan dua mata pedang, jika kita tidak memanfaatkan dengan baik maka kita justru akan rugi. Pedang akan menebas kita itu pandai-pandailah memanfaatkan nikmat sehat dan nikmat waktu/ sempat. Ramadhan yang tinggal bebera hari lagi. Mari kita maximalkan ibadah kita. NMalam 25 semoga kita mendapatkan malam lailatul Qodar malam yang lebih baik dari seribun. Makam itu tidak serta merta datang dan kita jumpai. Namun perlu tindakan dan usaha untuk kita bisa berjumpa dengannya. Berdoa dan berdzikir kepada Allah. Melakukan kebaikan- kebaikan dengan infaq atau sodaqoh. Berbagi rezeki yang kita dapatkan kepada orang lain. Ingat ada hak mereka di dalam rezeki yang kita terima. Ayo berlomba-lomba untuk mendapatkan kemenangan. Masih ada sedikit waktu, jangan kita sia-siakan sedikit waktu yang ada kita sehat tetap semangat dan terus berkarya. Gunungkidul, 15 April 2023 Lihat Diary Selengkapnya
Perintahmenghargai waktu lainnya adalah tersirat dalam waktu-waktu shalat yang telah Allah SWT tentukan. Selain merupakan bentuk kewajiban paling asasi, shalat dapat pula menjadi media pembelajaran bagi umat Muslim untuk menghargai dan menepatinya. Pepatah Arab mengatakan, "Waktu bagaikan pedang yang apabila kita tidak menggunakannya
Sahabat, pernah mendengar istilah waktu bagaikan pedang? Sebagai manusia yang telah Allah SWT perintahkan sebagai seorang khalifah di muka bumi. Sudah selayaknya sahabat memanfaatkan waktu dengan sebaik baiknya. Sehingga diri tidak lupa mengenai status yang Allah SWT amanahkan. Terdapat dua tipe manusia pada muka Bumi ini, antara lain 1. Manusia pengolah waktu yaitu manusia yang bisa mengisi waktunya dengan baik. Sehingga selalu bisa menjalankan kewajibannya dengan sempurna dan tidak ada waktu yang terbuang untuk hal yang tidak bermanfaat. 2. Orang yang terolah waktu yaitu orang yang membiarkan waktu terbuang sia-sia. Ia menganggap esok masih ada waktu, ini merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu, padahal waktu dan kesempatan tidak pernah datang untuk kedua kalinya. Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua nikmat, yang mana banyak manusia tertipu karenanya, yakni kesehatan dan kesempatan.” HR Bukhori. Inilah bahayanya golongan orang yang kedua, karena orang ini merupakan orang yang suka menunda. Ia akan kehabisan waktu sehingga apa yang ia inginkan tidak akan pernah berhasil dan hanya berhenti pada angan angan, dan inilah kemenangan iblis. Dan Masa sendiri terbagi menjadi tiga,yaitu masa yang telah lalu, masa yang sekarang dan masa yang akan datang. Masa lalu kita sudah tidak dapat menggantinya karena ia bagaikan air yang mengalir dan sekali mengalir maka tidak bisa kembali lagi, masa sekarang. Kerugian Tidak Memanfaatkan Waktu dengan Baik Kerugian saat tidak memanfaatkan waktu dengan baik antara lain 1. Tidak mampu menghitung nikmat Allah SWT Sungguh telah banyak nikmat yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Jika kita mencoba untuk menghitung nikmat tersebut niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari ni’mat Allah.” QS Ibrahim [14] 34 Dalam Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh As Sa’di mengatakan, “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya” maka lebih-lebih lagi untuk mensyukuri nikmat tersebut. “Sungguh manusia benar-benar zholim dan kufur”. Itulah tabiat manusia di mana 1 dia zholim dengan melakukan maksiat, 2 kurang dalam menunaikan hak Rabbnya, dan 3 kufur terhadap nikmat Allah Ta’ala. Dia tidak mensyukurinya, tidak pula mengakui nikmat tersebut kecuali bagi siapa yang diberi hidayah oleh Allah untuk mensyukuri nikmat tersebut dan mengakui hak Rabbnya serta menegakkan hak tersebut.” 2. Kenikmatan yg terlupa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu antara dua kenikmatan yang telah Allah Ta’ala berikan kepada manusia. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. Muttafaqun alaih Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, ialah yang tertipu.” Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu terperdaya. Itulah manusia. Banyak yang telah terbuai dengan kenikmatan ini. Padahal setiap nikmat yang telah Allah berikan akan ditanyakan. Allah Ta’ala berfirman, ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ “Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu bermegah-megahan di dunia itu”. QS At Takaatsur [102] 8 3. Waktu yang berlalu tak bisa terulang kembali Penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu adalah penyesalan yang tinggal penyesalan. Ingatlah, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi. الوقت أنفاس لا تعود “Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.” Syaikh Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat. Namun bisa berbuah kebaikan maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3 Hendaknya kita sadar bahwa waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba. Sungguh disayangkan jika waktu belalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada Allah Ta’ala yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita. 4. Waktu Laksana Pedang Jika kita tidak pandai menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri kita sendiri. Demikian juga waktu yang telah Allah Ta’ala berikan. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim, beliau menyebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Nasehat tersebut berisikan pada dua inti berikut الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan kamu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” Saudaraku, senantiasalah engkau meminta pada Allah kebaikan pada hari ini dan hari besok. Hanya orang yang mendapatkan taufik dan pertolongan Allah Ta’alalah yang dapat selamat dari tebasan pedang waktu. Ibnu Mas’ud berkata, ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ. “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” Al Hasan Al Bashri berkata, ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.” Pergunakan Waktu dengan Baik Inilah masa yg harus kita pergunakan sebaik kedepannya nanti tidak menjadi beban yang memberatkan kita di hadapan pengadilanNya Dzat yg maha Adil. Untuk itu marilah kita memanfaatkan waktu dan kesempatan yang kita miliki. Memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif. Kita tidak pernah tahu sisa waktu yang kita miliki. Mulailah semuanya dari sekarang untuk selalu berbuat kemanfaatan. Wallahualam bishowab. Semoga bermanfaat sahabat. Patahkanlahanak panah kalian dan potonglah tali busur kalian, serta tancapkanlah pedang kalian di bebatuan. Jika ada seseorang yang masuk pada salah seorang dari kalian (untuk membunuh), maka berlakulah seperti sebaik-baik dari kedua anak Adam (Qabil dan Habil)." ☝️ Salin kutipan hadits diatas

Benarlah kata orang, waktu laksana pedang. Jika kita tidak mampu memanfaatkannnya, waktu sendiri yang akan menebas kita. Semangatlah dalam memanfaatkan waktu luang Anda dalam kebaikan, bukan dalam maksiat. Karena jika kita tidak disibukkan dalam kebaikan, tentu kita akan beralih pada hal-hal yang sia-sia yang tidak ada manfaat. Tidak Mampu Menghitung Nikmat Allah Sungguh telah banyak nikmat yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Jika kita mencoba untuk menghitung nikmat tersebut niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari ni’mat Allah.” QS Ibrahim [14] 34 Dalam Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh As Sa’di mengatakan, “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya” maka lebih-lebih lagi untuk mensyukuri nikmat tersebut. “Sungguh manusia benar-benar zholim dan kufur”. Itulah tabiat manusia di mana 1 dia zholim dengan melakukan maksiat, 2 kurang dalam menunaikan hak Rabbnya, dan 3 kufur terhadap nikmat Allah Ta’ala. Dia tidak mensyukurinya, tidak pula mengakui nikmat tersebut kecuali bagi siapa yang diberi hidayah oleh Allah untuk mensyukuri nikmat tersebut dan mengakui hak Rabbnya serta menegakkan hak tersebut.” Kenikmatan yang Terlupakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. Muttafaqun alaih Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.” Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu terperdaya. Itulah manusia. Banyak yang telah terbuai dengan kenikmatan ini. Padahal setiap nikmat yang telah Allah berikan akan ditanyakan. Allah Ta’ala berfirman, ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ “Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu bermegah-megahan di dunia itu”. QS At Takaatsur [102] 8 Waktu yang Telah Berlalu Tak Mungkin Kembali Lagi Penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu adalah penyesalan yang tinggal penyesalan. Ingatlah, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi. الوقت أنفاس لا تعود “Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.” Syaikh Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3 Hendaknya kita sadar bahwa waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba. Sungguh disayangkan jika waktu belalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada Allah Ta’ala yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita. Jika kita tidak pandai menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri kita sendiri. Demikian juga waktu yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasehat tersebut terdiri dari dua penggalan kalimat berikut الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” Saudaraku, senantiasalah engkau meminta pada Allah kebaikan pada hari ini dan hari besok karena hanya orang yang mendapatkan taufik dan pertolongan Allah Ta’ala yang dapat selamat dari tebasan pedang waktu. Ibnu Mas’ud berkata, ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ. “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” Al Hasan Al Bashri berkata, ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ “Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.” Semoga dengan nasehat sederhana ini membuat kita semakin sadar akan memanfaatkan waktu dalam kebaikan. Wallahu waliyyut taufiq. Tulisan lawas di Jogja dan dipoles ulang Sakan 27, KSU, Riyadh KSA, 16 Syawal 1433 H Baca Juga Petuah Ulama, Pentingnya Menjaga Waktu Ampuhnya Do’a Ibarat Tajamnya Pedang

IbnuAbi Jamrah berkata dalam kitabnya "Bahjatu An Nufus" "potonglah waktu dengan perbuatanmu agar dia (waktu) tidak memotongmu". Jadi jika kita tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik baiknya, maka kita akan binasa sebagaimana binasanya seseorang yang terkena sabetan pedang jika dia tidak segera menghindar dan melawannya maka dia (pedang) akan memotong dan menghancurkannya, karena
“ الوَقْتُ كَالسَّيْفِ ” Waktu muda, bagi sebagian orang adalah waktu untuk bersantai, masa untuk bersenang-senang dan menikmati hidup. Bahkan ada sebuah ungkapan yang mengatakan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Benarkah? Bahkan tanpa amalan sholeh? Sungguh hal ini dapat kita katakan “sangatlah mustahil”. Sebab, jalan menuju segala impian adalah usaha yang keras serta do’a yang SWT. Berfirmanوَءَاتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّار Artinya Dan Dia Allah telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari nikmat Allah. Ibrahim 34 Namun, seperti dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata Rosulullah SAW Bersabda ”dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. HR. Bukhari dan Ibnu Majah Dikatakan dalam sebuah Syair Arab, الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَب waktu itu lebih berharga daripada emas. Sebegitu pentingnya kita diperintahkan untuk menghargai waktu hingga Allah mengatakannya berkali-kali, termasuk dalam QS. Al-Ashr1-3 “Demi Massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.” Di akhirat, harta tak lagi berlaku dan teman takkan ada yang membantu, melainkan mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing selama masa hidupnya, dan setiap amal akan mendapatkan balasannya meskipun sekecil biji sawi. “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.” QS. Al-Qiyamah14-15. ”Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” QS an-Nuur24. Sekarang, bagaimana langkah yang kita ambil untuk mengumpulkan bekal yang cukup? Sungguh, telah tersedia di hadapan kita sebanyak-banyak peluang yang dapat kita gali informasinya untuk dipelajari. Ada berbagai ladang, Contohnya Bermacam buku yang dapat kita baca, koneksi Internet yang tak terbatas, para guru tempat bertanya, majelis-majelis ilmu, serta teman-teman yang akan membantu kita selamat dunia dan akhirat. Ingat, kendali pemanfaatan waktu ada di tangan kita. Apabila kita tidak bijaksana dalam memanfaatkannya, kita akan binasa karena penyesalan atas waktu yang tersia-siakan. Seperti kata sebuah pepatah الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia akan memotongmu. Sedangkan masih ada akhirat yang menanti di depan kita dengan dua pilihan Surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai atau neraka yang panasnya 7x lipat api di dunia.
Kelima: Maknanya adalah singkatnya waktu, cepat secara hakiki, hal itu terjadi di akhir zaman. Peristiwa ini belum terjadi sampai sekarang, hal itu diperkuat oleh riwayat yang menjelaskan bahwa hari-hari ketika Dajjal datang terasa lama, sehingga satu hari bagaikan satu tahun, bagaikan satu bulan dan bagaikan satu pekan.
Ada pepatah Arab yang mengatakan waktu laksana pedang. Jika kita tidak mampu memanfaatkannnya, waktu sendiri yang akan menebas kita. Semangatlah dalam memanfaatkan waktu luang Anda dalam kebaikan, bukan dalam maksiat. Karena jika kita tidak disibukkan dalam kebaikan, tentu kita akan beralih pada hal-hal yang sia-sia yang tidak ada Laksana PedangJika kita tidak pandai menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri kita sendiri. Demikian juga waktu yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasehat tersebut terdiri dari dua penggalan kalimat berikut“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”Semoga kita bukan orang yang menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak perlu.
\n \n\n\nhadits waktu bagaikan pedang
Disusunoleh Ustadz. Muhammad Abduh Tuasikal, ST Inilah nasehat berharga dari para ulama kita. Sungguh di zaman ini, kita akan melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya dengan sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan maksiat, lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat [] .
  • r2jhtolaxz.pages.dev/11
  • r2jhtolaxz.pages.dev/521
  • r2jhtolaxz.pages.dev/794
  • r2jhtolaxz.pages.dev/591
  • r2jhtolaxz.pages.dev/467
  • r2jhtolaxz.pages.dev/123
  • r2jhtolaxz.pages.dev/722
  • r2jhtolaxz.pages.dev/570
  • r2jhtolaxz.pages.dev/555
  • r2jhtolaxz.pages.dev/987
  • r2jhtolaxz.pages.dev/985
  • r2jhtolaxz.pages.dev/292
  • r2jhtolaxz.pages.dev/410
  • r2jhtolaxz.pages.dev/129
  • r2jhtolaxz.pages.dev/89
  • hadits waktu bagaikan pedang