Kebudayaanadalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang untuk memahami dan menginterpretasi segala tingkah laku manusia. Kebudayaan tidak bisa lepas dari manusia, karena segala tingkah laku manusia merupakan kebudayaan kali ini kita akan mengenal Kebudayaan Papua . 1. Letak geografis. 2. Mengenal Sistem upacara keagamaan. 3.
Peta Papua Papua Indonesia adalah pulau dengan iklim tropik basah atau tropical rain forest. Meski secara umum Papua memiliki dua musim, yakni kemarau dan hujan, namun sukar untuk membedakan keduanya. Meski dalam musim kemarau pun, Papua memiliki curah hujan yang tinggi yakni hingga mm. Kondisi iklim dan geografis di Papua membuat persebaran tidak merata. Masyarakat Papua tersebar di seluruh pulau tersebut. Selain kondisi iklim dan geografisnya, topografi dari pulau pulau Papua menjadi sebabnya. Kelembaban di sana relatif tinggi yakni 80 sampai 89 persen. Suhunya pun beragam, yakni 19 hingga 28 derajat celcius. Bayangkan, Papua terdiri dari perpaduan antara pegunungan, lembah, sungai, hingga pantai. Dari Puncak Jaya sebagai titik tertinggi Indonesia, hingga Kota Merauke sebagai kota terendah dengan ketinggian 40-60 di atas permukaan laut. Paru-paru Dunia Menjadi salah satu paru-paru dunia, Indonesia memiliki luas keseluruhan hutan mencapai hektare. Tak ayal ia menyandang nama tersebut. Papua menjadi wilayah yang memiliki luas hutan terbesar dalam khazanah ekologi Indonesia dengan luas hutan mencapai hektare. Dunia menyebutnya sebagai paru-paru dunia, suaka flora dan fauna, hingga serpihan surga yang jatuh ke bumi. Adalah Papua, negeri dengan keanekaragaman budaya yang hidup rukun serta damai. Papua adalah raja dari hutan di Indonesia. Suburnya Tanah Papua tidak lepas dari letak geografisnya yang berada pada pada garis khatulistiwa. Pulau seluas 786 km persegi itu berbatasan dengan laut pasifik di sebelah utara, laut Arafuru dan Pulau Maluku di selatan, berbatasan dengan Papua Nugini di timur, dan lautan pasifik di sebelah barat. Jika dipetakan secara astronomis, Pulau Papua memiliki posisi 0º 20′ Lintang Selatan LS sampai 10º 42′ LS dan membentang dari 131º Bujur Timur BT hingga 151º BT. Letak astronomis tersebut mempengaruhi iklim di Papua. Arti Nama Papua Tak kenal, maka tak sayang. Begitulah kata peribahasa. Hingga saat ini, mungkin banyak dari warga Indonesia yang belum mengetahui makna dari Papua itu sendiri. Hari Suroto, seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua, adalah sosok yang pernah menjelaskannya. Dalam artikel yang dimuat oleh detik, Hari Suroto mengatakan setidaknya Papua dapat dimaknai dari bahasa Melayu, Biak, Belanda dan Indonesia. “Papua berasal dari bahasa Melayu yang artinya keriting. Arsip Portugis dan Spanyol abad ke-16, nama Papua mereka gunakan untuk menyebut orang dan tempat di Kepulauan Raja Ampat dan pesisir barat Papua,” jelasnya. Ingin tahu lebih banyak ? Baca juga Inilah Penjelasan Arti Nama Papua dari Berbagai Bahasa Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan sebutan Papua Niew Guinea. Mereka menyebut pulau tersebut sebagai satu kesatuan di mana Papua Nugini termasuk di dalamnya. Dalam bahasa lokal, kata Papua punya sejumlah makna. Menurut Hari orang Biak memaknainya sebagai tanah di bawah matahari tenggelam. Berbeda kala Indonesia menyebutnya dengan nama Irian. Presiden RI Pertama, Soekarno, merupakan orang yang mempopulerkan nama Irian. Ia menyebut Irian sebagai singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland’. Irian pun punya makna dalam bahasa Biak dan Merauke. Dalam bahasa Biak, Irian berarti panas. Sedang dalam bahasa Merauke, Irian artinya tanah air. Pada tahun 2004, Presiden RI ke-4 merubah nama Irian kembali menjadi Papua hingga saat ini. Sebagaimana kita ketahui dalam teori migrasi, masyarakat nusantara terdiri dari dua ras, yakni Mongoloid dan Australomelanesid. Keturunan Australomelanesid adalah leluhur tertua di nusantara. Mereka mendiami wilaya timur Indoneisa. Harry Widianto, kepala riset Balai Arkeologi Yogyakarta, menyebutkan bahwa nenek moyang manusia nusantara berasal dari Afrika. Bukti paleoantropologis menyebut bahwa migrasi orang Afrika sejak tahun lalu bermuara di timur Indonesia. Mereka menyusuri pantai Afrika hingga kawasan Asia Tenggara. Masuk ke Nusantara melalui jembatan darat, yakni Sumatera, Kalimantan, Jawa, Halmahera, hingga akhirnya ke Papua. Baca juga Sejarah Papua Dari Masa Ke Masa Ras Melanesia merupakan manusia purba yang masuk dalam migrasi pertama yang masuk nusantara. Lantas, bagaimana dengan nenek moyang orang papua? Ras Melanesia memiliki keturunan yang hingga kini dipegang oleh orang Papua, yakni memiliki rambut merah dan keriting. Ras Melanesia yang semula bermukim di daerah sekitar Nugini ini mulai melakukan penjelajahan. Mulai dari Kepulauan Bismarck, Samudra Pasifik, hingga Australia. Populasi yang migrasi ke Australia kemudian hidup hingga tahun yang lalu. Dari sana, mereka baru bermigrasi ke Nusantara, seperti Nusa Tenggara, Jawa, dan Kalimantan pada tahun yang lalu. Mereka disebut sebagai ras Australomelanesid. Ras Australomelanesid ini yang menjadi nenek moyang orang-orang Papua. Harry menyebutkan bahwa orang Papua merupakan keturunan dari Australomelanesid, atau manusia modern yang masuk ke Nusantara tahun yang lalu. Boleh dibilang, mereka adalah Melanesia yang memiliki keturunan Australomelanesid. Masa Sebelum Papua Bernama Papua 200 M – 1500 M Tahukah Anda bahwa dahulu Papua memiliki nama lain? Papua sempat disebut dengan Labadios pada sekitar tahun 200 masehi. Klaudius Ptolomeus, seorang ahli geografi inilah yang memberi nama demikian. Selah 4 abad, buku Kertagama 1365 mengungkapkan 2 nama lain dari Pulau Labadios ini. Buku itu menyebutkan bahwa sekitar tahun 500 masehi, bangsa Tiongkok sempat menyebut pulau itu dengan nama Tungki. Menurut catatan kerajaan Sriwijaya tersebut, nama pulau itu adalah Janggi. Perbedaan ini nilai sebuah kesalahan eja saja. Pada tahun 700 masehi, pedagang asal Persia dan Gujarat mulai menyambangi pulai ini. Mereka pun memiliki sebutan lain untuk pulau seribu budaya itu. Pedagang asal Timur Tengah ini menyebut pulau tersebut dengan dua sebutan, yakni Dwi Panta dan Samudranta. Kedua nama itu memiliki makna yang mirip. Dwi Panta artinya ujung samudra dan Samudranta berarti ujung lautan. Hingga pada tahun 1300 masehi, Papua masih berganti-ganti nama. Misalnya, pada tahun tersebut Kerajaan Majapahit menyebutnya dengan sebutan wanin dan sram. Dua nama itu merujuk pada Pulau Onin dan Pulau Seram yang ada di Maluku. Masa Penemuan Papua hingga Kolonial 1500 M – 1700 M Kerajaan Tidore memiliki sejarah yang lekat dengan Papua. Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Tidore-lah memberikan nama Papua di pulau tersebut. Terdapat beberapa perbedaan pendapat soal kapan tepatnya nama itu melekat. Namun, sejak tahun 1500-an masehi, bangsa Portugis sudah menyebut pulau itu dengan sebutan Papua. Antonio Figafetta, merupakan orang pertama yang menyebut pulau di timur Indonesia itu dengan sebutan Papua. Menurutnya, ia mendapatkan nama itu kala ia menyambangi pulau Tidore. Dari sana, diketahui bahwa Tidore telah memberikan nama tersebut sekitar awal tahun 1500 masehi. Berdasarkan Kerajaan Tidore, berasal dari kata Papa-Ua yang artinya tidak bergabung. Maksud dari Kerajaan Tidore merujuk pada masyarakatnya yang tidak memiliki raja yang memerintah. Diketahui kemudian, bahwa Kerajaan Tidore Timur yang menguasai Papua. Wilayah kekuasaannya mencakup wilayah Kepulauan Raja Ampat. Sejarah menyebutkan bahwa bangsa kolonial Eropa masuk ke Papua pada tahun 1500 masehi. Semua itu bermula saat Alvaro de Savedra, seorang pelancong asal Spanyol menyebut Papua sebagai pulau emas pada tahun 1528 masehi. Isla Del Oro yang artinya pulau emas merupakan nama yang berhasil menggaet bangsa Eropa lainnya untuk bertandang ke Papua. Nama Guinea Pertama kali Papua memiliki nama Guinea berasal dari pelaut bernama Inigo Ortiz de Rete. Pada tahun 1545, ia menyematkan nama Nueva Guinea atau Gova Guinea yang artinya Pulau Guinea Baru. Sebutan itu yang kemudian memiliki kaitan dengan penjajahan Belanda. Nama Niew Guinea digunakan oleh Belanda sebagai terjemahan dari Nueva Guinea atau yang berasal dari bahasa Spanyol. Nama itu mereka gunakan untuk memperkuat kekuasaan mereka pada tahun 1770. Sebelumnya, Belanda berhasil mengusir Spanyol pada tahun 1663 sejak pertama kali mendarat pada tahun 1606. Belanda kemudian mengunggah nama Niew Guinea pada peta Internasional dan mencetaknya. Itu merupakan awal mula dunia mengenai pulau di timur Nusantara itu sebagai Niew Guinea. Kontestasi Kekuasaan di Papua 1500 M – 1900 M Inggris pula hendak menancapkan jangkarnya di Niew Guinea. Pada tahun 1774, mereka berhasil mengusir Belanda. Mereka bergerak cepat dalam mengakuisisi bagian Barat Papua itu. Mulai dari menguasai Teluk Doreri di Manokwari pada tahun 1793 hingga membagi garis pulau dengan mendirikan Benteng Coronation di sana. Aksi ini mengundang amarah Kamaludin Syah, Sultan Tidore. Kesultanan Tidore berhasil memukul mundur Inggris pada tahun 1814. Namun, itu tidak lama. Selang 14 tahun setelahnya, giliran Belanda yang hendak unjuk gigi. Mereka mendirikan Benteng Fort Du Bus di Teluk Triton oleh van Delden atas nama Raja Willem I. Ini merupakan sinyal dari Belanda atas itikadnya menduduki Papua. Namun, strategi Belanda cukup efektif. Mereka melakukan kerja sama dengan 3 raja lokal, yakni Raja Namatote, Raja Lokaijhia dan Lutu. Dari perjanjian itu, ketiga orang pilihan Belanda tersebut mendapat pengakuan sebagai kepala dari 28 daerah yang mereka miliki. Tahun 1884, Inggris kembali datang. Mereka berhasil menduduki Papua Barat yang kala itu disebut sebagai Irian Barat. Di tahun yang sama, Jerman berhasil menguasai Timur Laut Irian Barat. Kejelasan soal kekuasaan ini baru menemui titik temunya kala Perjanjian Den Haag pada tahun 1895 dilakukan. Hasil dari perjanjian tersebut adalah pembagian kekuasaan antara Inggris dan Belanda. Irian Barat jatuh ke tangan Belanda dan Irian Timur atau Papua Nugini menjadi milik Inggris. Berdirinya Papua Tahun 1900 merupakan masa kebangkitan masyarakat Papua. Hal ini ditandai dengan pengakuan Perserikatan Bangsa-bangsa PBB dengan memberikan act of free choice bagi masyarakat Papua pada tahun 1969 untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun sebelum masa itu datang, Belanda terlebih dahulu memberi pengaruh pada masyarakat lokal. Baca juga Papua Dalam Catatan Masa Lalu Nusantara Berdirinya sekolah Bestuur oleh Residen JP Van Eechoud pada tahun 1956 menjadi awal dari hal tersebut. Sekolah tersebut bertujuan untuk membangun pendidikan masyarakat Papua. Sekolah itu mencetak cendekiawan muda Papua, salah satunya adalah Frans Kaisiepo, seorang tokoh nasional Indonesia. Soegoro Atmoprasodjo selaku Direktur Sekolah Bestuur sekolah tersebut mendirikan dewan suku untuk mengkaji sejarah Papua. Dari sana, dewan suku merumuskan nama untuk tanah kelahirannya itu yang diambil dari bahasa lokal, yakni Irian. Perubahan nama itu tidak hanya simbolis, namun juga politis. Irian, selain berarti bangsa’ dalam bahasa Merauke, juga memiliki makna Ikut Republik Indonesia Anti Nederland’ yang disingkat menjadi IRIAN. Konferensi di Malino-Ujung Pandang pada tahun 1946 merupakan siaran pertama yang menyebut Irian resmi sebagai nama Papua. Saat Indonesia merdeka pada tahun 1945, Papua masih di bawah kekuasaan Belanda. Ini yang mengawali perhatian PBB terhadap bangsa di Indonesia Timur itu. PBB mendirikan United Nations Temporary Executive Authority UNTEA sebagai badan khusus yang menyiapkan act free choice Penentuan Pendapat Rakyat Pepera. Pepera merupakan media untuk menunjukkan pendapat masyarakat untuk memilih nasib mereka. Antara menjadi wilayah Belanda atau Indonesia. Hasilnya Indonesia memenangkan Pepera. Ragam Alam Bumi Papua Menurut sejarah geologi, gejala pengangkatan dan penurunan kulit bumi di Papua membuatnya memiliki topografi yang kompleks. Ini menjelaskan bagaimana Papua kaya akan keindahan alam. 1. Dataran Rendah Mangrove menjadi primadona di dataran rendah Papua. Mangrove tak hanya sekadar rumah bagi keanekaragaman hayati, namun juga berfungsi sebagai penangkal abrasi. Selain mangrove, Papua juga memiliki sungai dan lembah yang tersebar hingga ujung Papua. Sebut saja Mamberamo. Salah satu sungai terkenal yang bermuara di laut Pasifik. Ahli geografi mengena sungai tersebut sebagai depresi Mamberamo-Bawani. Beralih ke bagian selatan, terdapat sungai Agats, Breza, Lourenz dan Digul. Bagian selatan Papua merupakan wilayah sabana relatif lebih rendah dari wilayah bagian lain. Daerah itu menjadi tempat Kota Merauke berdiri. Pada wilayah kepala burung, terdapat sejumlah dataran seperti Ransiki, Momi, Oransbari, Warmare dan Prafi. Termasuk pula di sana terdapat dataran Kebar yang terletak di antara zona utara dan zona tengah. Secara umum, Papua memiliki lima dataran rendah, yakni Dataran rendah Pesisir bagian selatan Papua, Pesisir Arafura, Pesisir Trans-Fly, Pesisir Teluk Papua, dan Pesisir barat laut Papua. Mereka kaya akan sumber daya alamnya, baik kandungan minyak bumi dan gas, maupun hasil lautnya seperti ikan, udang dan kepiting. Salah satu sorotan dunia di bagian barat Papua adalah Teluk Bintuni. Dunia menyebutnya sebagai pemilik dari Sungai Amazon kedua di dunia. Teluk Bintuni memiliki luas hutan mangrove mencapai hektare. Itu sama dengan 52 persen dari total keseluruhan hutan bakau di Papua Barat. 2. Dataran Tinggi Sudah menjadi rahasia dunia bahwa Papua memiliki gunung tertinggi di Asia Tenggara, yakni Puncak Jaya. Dengan ketinggian meter, ia bahkan mengalahkan Gunung Fuji di Jepang. Selain puncak jaya, pulau ini memiliki sejumlah pegunungan lainnya yang tak kalah terkenal. Sebutlah Puncak Mandala, Puncak Trikora, Puncak Ngga Pilimsit, Puncak Yamin, Gunung Ulawun, Gunung Karewa, Gunung Korang, dan Gunung Yelia. Papua memiliki deretan pegunungan yang melingkari daerah pusat. Deretan itu menyambung antara satu dengan lainnya mulai dari Tog Warmari, Pegunungan Lina dan Gunung Genting. Deretan ini masih menyambung hingga deretan gunung yang ada di Papua Nugini, yakni pegunungan Bewani, Torriceli, dan Prince Alexander. Pada bagian selatan, terdapat deretan pegunungan serupa yakni Pegunungan Kobowre Tijo, dataran tinggi danau Wissel, Lembah Baliem, Pegunungan Bintang, dan bersambung ke Owen Stanlet di Papua Nugini. Pegunungan ini termasuk ke dalam circum Australian mountain system yang artinya pegunungan ini bersambung hingga timur benua Australia. Kebudayaan Papua Berbicara soal budaya di Papua tidak akan pernah habis. Bayangkan, untuk bahasa saja, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat 384 bahasa yang berbeda di Papua pada tahun 2017. Dengan bahasa yang beragam, bagaimana dengan kebudayaannya? Kondisi topografi pulau di timur Indonesia ini memiliki andil dari banyaknya jumlah kebudayaan di sana. Klamer dan Ewing, peneliti dari Leiden University, menyebutkan bahwa hutan, bukit, dan gunung yang tinggi memaksa masyarakat lokal menyebar ke seluruh penjuru pulau. Hasilnya, mereka membentuk kebiasaan dan artefak sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Tentu, saat berbicara kebudayaan, kita tak hanya berbicara soal bahasa. Kebudayaan juga mencakup pakaian adat, rumah adat, tari-tarian tradisional, senjata tradisional, makanan khas Papua, musik tradisional, kerajinan tangan hingga kebiasaan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa kebudayaan populer Papua. Pakaian Adat Papua Beserta Maknanya Salah satu ciri khas dari pakaian adat Papua adalah kesederhanaannya. Mereka terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperoleh dari alam. Dikenal sederhana, bahkan hingga saat ini masih ada sejumlah suku yang mengenakannya. Sebutlah salah satunya yang paling terkenal adalah koteka. Baca selengkapnya Pakaian Adat Papua Beserta Gambar dan Penjelasannya Namun, pakaian adat Papua bukan sekadar koteka. Beberapa di antaranya adalah sali, yokal, dan rumbai. Meski sederhana, pakaian adat ini menggambarkan kegagahan dan keanggunan pemakainya. Pakaian Adat Koteka Pakaian koteka, misalnya. Melansir dari historia, Ibiroma, seorang pelajar adat dan budaya di Jayapura, menyampaikan makna koteka. Secara umum, koteka melambangkan status sosial dari penggunanya. Terdapat 3 jenis koteka, yakni pelindung kemaluan yang berbentuk melengkung ke depan, melengkung ke samping, dan tegak lurus. Masing-masing koteka menggambarkan status sosial penggunanya. Koteka yang miring ke depan digunakan oleh ketua klan, sedangkan yang melengkung ke samping digunakan oleh tabib dan pemimpin adat. Masyarakat umum biasanya menggunakan koteka yang tegak lurus. Koteka memiliki nama lain yakni holim. Pakaian Adat Sali Pakaian sali juga menjelaskan status dari penggunaanya yang dikenakan oleh perempuan suku Dani. Pembuatan pakaian ini dari kulit kayu yang biasa dikenakan oleh perempuan yang masih lajang. Pakaian Adat Yokal Berbeda dengan sali, yokal adalah pakaian adat Papua yang digunakan oleh perempuan yang sudah menikah. Pakaian ini berasal dari masyarakat Papua Barat. Bentuknya menyerupai rok atau kain yang terbuat dari kayu wam yang dipintal dengan rapi. Pakaian ini biasa digunakan sebagai rok dan bagian penutup dada. Rumbai merupakan pakaian yang paling lazim dikenal. Rumbai adalah rok yang terbuat susunan daun sagu kering. Tak hanya perempuan yang memakai rumbai, namun juga laki-laki. Penjelasan Serta Filosofi Pakaian Adat Papua Papua kaya akan tradisinya. Mereka dikenal sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas yang kuat antar sesama juga dengan alamnya. Beberapa semangat masyarakatnya yang dikenal antara lain anu beta tubat, iki palek, brapen, hingga ukiran asmat. Tak ayal jika kearifan ini menjadi magnet wisatawan mancanegara. Semangat gotong royong dapat dipelajari dari Suku Maybrat di Papua Barat. Anu beta tubat merupakan semangat yang dilandaskan pada asas gotong royong. Semangat itu mendorong masyarakatnya untuk memanggul beban hidup bersama. Hingga tahun 2017, kebudayaan ini dicatat sebagai kebudayaan tak benda. Contoh populer kebudayaan ini adalah membayar mas kawin sama-sama dan membayarkan anak sekolah. Beralih ke Suku Dani, terdapat sebuah rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang bagi sebagian orang berada di luar nalar. Iki palek, sebutannya. Menjadi tradisi Suku Dani untuk memotong salah satu jari mereka ketika mereka kehilangan anggota keluarga. Bagi mereka, keluarga adalah segala-galanya. Selanjutnya adalah brapen atau tradisi bakar batu. Sebuah tradisi yang dikenal hingga mancanegara lantaran kerap tampil saat festival Lembah Baliem. Brapen merupakan tradisi makan bersama dengan cara masak komunal menggunakan alat tradisional, yakni batu. Acara ini melibatkan seluruh anggota masyarakat, mulai dari laki-laki yang berburu dan perempuan yang memasak. Brapen adalah simbol persaudaraan antaran masyarakat bahkan luar komunitas. Satu lagi adat yang mendunia adalah ukiran Suku Asmat. Ukiran itu bukan sekadar dekorasi, melainkan cara masyarakat Asmat berkomunikasi dan mengagungkan leluhur. Ukiran biasa mengikuti aktivitas masyarakat Asmat atau menggambarkan sosok agung dari leluhur. Bagi mereka, mengukir patung sama saja dengan mengukir peradaban dan budaya. Makna Tarian Tradisional Papua Tari merupakan salah satu warisan budaya masyarakat yang menjadi sorotan warga dunia. Bukan hanya harmoni dari musik dan gerakannya saja, namun juga makna gerakan tersebut. Sebagian besar masyarakat tahu bahwa tarian masyarakat Papua mempunyai arti sebagai tarian perang. Meski terdapat sebagian tarian masyarakat Papua adalah tarian perang, namun tidak semuanya seperti itu. Beberapa tarian seperti yospan, wor, tumbutana, dan wutukala memiliki makna yang luar biasa. Tari Wor Wor merupakan tari tradisional asal masyarakat Biak, Papua. Dahulu, masyarakat Suku Biak melakukan tarian wor sebagai bentuk upacara religi. Tarian itu menggambarkan siklus kehidupan manusia mulai dari kelahiran hingga akhirnya mati. Dari tarian itu, akhirnya kenal sebuah pepatah asal Papua yang berbunyi Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar yang artinya, tanpa upacara atau pesta maka adat akan layu. Pepatah itu menjadi salah satu semangat munculnya tarian yospan atau yosim. Pada tahun 1960, terdapat sebuah tarian kontemporer yang merupakan gabungan dari tari pancar dari Biak dan tari yosim dari Serui. Tari Yospan Baca selengkapnya Tari Yospan, Tari Persahabatan Rakyat Papua Senada dengan wor, yospan merupakan tarian pelindung budaya. Bedanya, gerakan dalam tarian yospan lebih luwes dan lincah. Pesertanya pun kebanyakan anak muda sebagai simbol menjaga budayanya. Tari Tumbutana Selanjutnya adalah tarian tumbutana sebagai bentuk resolusi ini dimulai dari Suku Kimaam yang ada di ujung pulau Papua. Tumbutana merupakan tarian yang terdapat dalam sebuah tradisi yang disebut ndambu. Masyarakat Kimaam mengartikan ndambu sebagai sebuah kompetisi asal klan untuk menunjukkan kebolehan kelompoknya. Kompetisi ini adalah kompetisi yang sehat. Mereka berlomba dalam hasil bumi. Di akhir acara, mereka melakukan pesta panen hasil bumi dengan melakukan tarian tumbutana. Tarian itu bermakna persaudaraan di mana seusai kompetisi, tidak ada yang lebih indah dari persatuan. Tari Wutukala Daro Suku Moy di Sorong, terdapat tarian wutukala sebagai bentuk syukur mereka. Sebagian besar masyarakat Suku Moy adalah nelayan. Kala mereka mendapatkan hasil yang melimpah, mereka bersyukur dengan melakukan tarian tersebut di pantai.
KeragamanBudaya Indonesia, Manfaat, Gambar Beserta Penjelasannya. Rumah adat yogyakarta lengkap, gambar dan penjelasannya Banyaknya penduduk di pulau jawa membuat pemerintah sempat melakukan program transmigrasi ke luar pulau jawa sebagai bentuk program untuk pemerataan penduduk. Nah, itulah 6 senjata tradisional jawa tengah beserta gambar dan
Rumah adat Papua memiliki desain arsitek yang unik dan indah serta dipadukan dengan lingkungan yang masih asri sehingga menyajikan daya tarik tersendiri. Papua memiliki luas wilayah yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Dengan wilayahnya yang luas memunculkan keberagaman suku dengan berbagai adat istiadat yang berbeda yang masih dijunjung tinggi hingga saat ini. selain adat istiadat yang masih kental, hingga saat ini masyarakat Papua masih melestarikan berbagai kebudayaan yang ada, seperti rumah adat. Di Papua, terdapat setidaknya lima jenis rumah adat yang memiliki filosofi dan bentuk yang berbeda-beda. Untuk melihat perbedaan tersebut, berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang rumah adat di Papua. Rumah Adat Papua 1. Rumah Rumah Honai2. Rumah Rumah Rumah adat Rumah adat Rumah Rumsram Rumah Adat Papua Tanah Papua merupakan daerah dengan keaneraganaman budaya, salah satu yang menarik adalah rumah tradisional Papua. Berikut ini ringkasan 5 Rumah adat yang 1. Rumah Honai. Rumah adat Honai merupakan rumah adat yang dimiliki oleh masyarakat suku Dani yang letaknya terletak di Lembah pegunungan provinsi Papua. Nama Honai berasal dari kata Husn yang berarti laki-laki dan ai yang berarti rumah. sesuai dengan arti tersebut honai berarti rumah adat yang banyak dihuni oleh laki-laki. Bangunan rumah ini didominasi oleh bahan-bahan dari kayu sedangkan untuk bagian atap terbuat dari jemari yang dibentuk kerucut. Rumah adat ini tergolong sempit dan tidak dilengkapi dengan jendela guna menahan suhu dingin di pegunungan. Selain itu, pada bagian tengah ruangan ini dilengkapi dengan ruangan berbentuk lingkaran sebagai tempat menghangatkan badan. Jika ingin menghangatkan badan, maka lingkaran api tersebut dinyalakan dengan menggunakan sedikit kayu bakar. Bangunan rumah adat ini memiliki ukuran tinggi sekitar 2,5 meter dan lebar 2,5 meter pula. Dengan ketinggian tersebut maka bangunan rumah ini tergolong cukup rendah. Adapun filosofi dari rendahnya bangunan tersebut adalah untuk menahan udara dingin dari luar agar tidak sepenuhnya masuk ke dalam rumah. Apalagi dengan bangunan rumah yang berada di sekeliling lembah dan pegunungan sehingga memiliki suhu yang sangat dingin di sekitar Puncak Jayawijaya. Ketinggian gunung tersebut bahkan mencapai meter di atas permukaan laut. Filosofi Rumah Honai Adapun filosofi dari dibuatnya bangunan dengan satu pintu tanpa jendela adalah untuk melindungi diri dari binatang buas. Sedangkan untuk bagian atap yang dibuat kerucut adalah untuk melindungi permukaan dinding dari air hujan. Selain itu hal itu juga bertujuan untuk mengurangi udara dingin yang masuk ke dalam rumah. Ruangan rumah Honai termasuk bangunan yang sederhana yang terdiri dari 2 lantai. Untuk lantai pertama digunakan sebagai tempat tidur, sedangkan lantai kedua digunakan sebagai ruang istirahat, ruang makan serta ruang berkumpul bersama keluarga. Seperti pada umumnya, rumah adat honai berfungsi sebagai tempat tinggal, namun pada zaman dahulu rumah ini banyak digunakan sebagai tempat mengatur strategi atau menyimpan alat perang. Selain itu, keunikan dari rumah honai ini hanya dikhususkan sebagai tempat tinggal laki-laki. 2. Rumah Ebai. Jika rumah honai dikhususkan untuk kaum laki-laki, maka rumah adat ebai dikhususkan bagi ibu-ibu dan anak-anak gadisnya. Anak laki-laki yang diperbolehkan tinggal di rumah ebai hanya mereka yang belum beranjak dewasa. Istilah ebai berasal dari kata yang bermakna tubuh, dan kata ai yang bermakna rumah. dengan kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa rumah ebai berarti rumah bagi kehidupan. Di Rumah tersebut anak-anak perempuan akan diajarkan tentang berbagai ilmu kehidupan terlebih kehidupan setelah pernikahan. Beberapa ilmu yang akan diajarkan dalam rumah tersebut diantaranya adalah merawat anak, memasak, melayani suami dan lain sebagainya. Berbeda dengan bangunan-bangunan rumah adat di Jawa atau Sumatra, rumah adat ebai memiliki bentuk yang sangat unik. Rumah adat ini memiliki bentuk dan atap setengah lingkaran. Dilihat dari bangunannya, rumah ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan rumah honai. Dapat dikatakan bangunan ini berada di samping kanan atau kiri dari bangunan honai. Selain itu pintu rumah ebai berada tidak sejajar dengan pintu utama rumah honai. 3. Rumah Wamai. Rumah wamai juga tergolong dalam rumah adat Papua. Rumah adat ini difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan hewan peliharaan seperti anjing, babi, ayam, kambing dan lain sebagainya. berbeda dengan ukuran rumah adat honai dan ebai yang tergolong kecil, ukuran rumah wamai sangat fleksibel sesuai dengan jumlah peliharaan yang dimiliki. Selain itu ukuran ini juga disesuaikan dengan ukuran hewan peliharaan. Untuk bentuk bangunannya, rumah ini dibangun dengan bentuk atap kerucut yang terbuat dari bahan jerami. Jika dilihat dari luar, rumah ini hampir sama dengan bentuk bangunan rumah honai dan ebai. Hanya saja, rumah ini difungsikan sebagai tempat tinggal hewan peliharaan. Adapun bentuk rumah ini dibangun dengan bentuk kerucut untuk mengurangi angin dan suhu dingin yang khas di pegunungan. Hal itu bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi masing-masing hewan peliharaan agar terhindar dari berbagai penyakit. 4. Rumah adat Kariwari. Rumah adat kariwari adalah rumah adat yang dihuni dan dilestarikan oleh suku Tobati-enggros yang terletak di sekitar tepi Danau Sentani di Kabupaten Jayapura Papua. Seperti bangunan rumah adat sebelumnya yang dikhususkan bagi golongan tertentu, rumah ini juga dikhususkan bagi anak laki-laki yang berumur 12 tahun. Pengkhususan golongan laki-laki ini adalah untuk mendidik laki-laki agar mengenal kehidupan untuk mencapai penghidupan. Dengan begitu diharapkan saat beranjak dewasa, laki-laki dapat menjadi pribadi yang kuat, pintar dan terampil. Berbagai pembelajaran yang diterapkan di rumah tersebut diantaranya adalah cara belajar memahat, membuat perahu dan lain sebagainya. Adapun bentuk bangunan rumah kariwari menyerupai limas segi delapan dengan atap yang berbentuk kerucut. Pada umumnya bangunan ini memiliki tinggi sekitar 20 meter hingga 30 meter. Sedangkan pada bagian diameter lingkaran bangunan dapat mencapai 8 hingga 12 meter. Dengan ukuran tersebut, bangunan ini sangat kokoh dan kuat untuk menahan angin yang cukup kencang dari berbagai arah. Filosofi Rumah adat Kariwari Bentuk bangunan tersebut memiliki filosofi yang sangat berkaitan dengan kepercayaan masyarakat sebagai media mendekatkan diri kepada roh leluhur. Adapun bangunan yang digunakan untuk mendirikan bangunan tersebut adalah bambu yang dibelah menjadi dua. Sedangkan pada bagian lantai menggunakan kulit kayu yang tersusun rapi pada bagian lantai dan daun sagu untuk membuat bagian atap. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu besi, sedangkan pada bagian kayu yang masih utuh berfungsi untuk menjaga keseimbangan bangunan serta menahan bangunan agar tidak terlepas. Selain itu, rumah ini juga memiliki ruangan di bawah batang kayu yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil kerajinan dan alat perang. Rumah kariwari memiliki 3 bagian ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Pada bagian ruangan bawah digunakan sebagai media pembelajaran, ruang tengah sebagai tempat tidur atau pertemuan dengan ketua suku. Sedangkan untuk ruang yang paling atas berfungsi sebagai tempat mediasi dan beribadah untuk berdoa, menambah daya juang dan lain sebagainya. Lihat juga Pakaian Adat Papua dan Keunikannya 5. Rumah adat Rumsram. Rumah adat Papua yang terakhir adalah rumsram yang dijunjung oleh suku biak Numfor. Suku tersebut berada di daerah pantai utara Papua. Seperti rumah adat Papua pada umumnya rumah ini juga dikhususkan bagi golongan tertentu. Rumah ini dikhususkan bagi kaum laki-laki, dan ada larangan bahwa wanita dilarang mendekati bangunan tersebut. Untuk fungsi rumah adat ini hampir sama dengan rumah adat kariwari yaitu sebagai tempat belajar serta mengembangkan bakat laki-laki untuk mencari bakatnya. Para laki-laki akan diajari tentang berbagai keahlian seperti memahat, membuat perahu, membuat perisai dan berbagai hal bermanfaat lainnya. Adapun Keunikan yang dimiliki oleh rumah adat ini adalah memiliki bentuk seperti perahu yang sedang terbalik. Tidak berbeda dengan rumah adat sebelumnya, bentuk rumah tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang menggunakan perahu saat mencari ikan. Bangunan tersebut dibuat dengan menggunakan berbagai sumber daya alam seperti kulit pada kayu, daun sagu, bambu air bahan alam lainnya. Seperti bangunan pada rumah kariwari, rumah ini juga menggunakan dinding dari bambu dan lantainya yang menggunakan kulit kayu. Untuk memperindah bangunan tersebut juga dilengkapi dengan atap yang tersusun rapi dari daun sagu. Selain itu, rumah ini juga memiliki dua pintu pada bagian depan dan belakang serta sudah dilengkapi dengan beberapa jendela. Bangunan ini memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan bangunan-bangunan rumah adat Papua lainnya. Rumah adat rumsram memiliki ketinggian hingga 8 meter dengan 2 ruang di dalamnya. Untuk ruangan pertama tidak terdapat adanya dinding dan hanya kolom bangunan saja yang terlihat. Dari beberapa ragam rumah adat Papua yang telah disebutkan, rumah Honai memiliki keunikan tersendiri. Jika dibahas secara detail dan rinci, rumah adat ebai dan wamai juga termasuk dalam jenis rumah honai. Selain itu, rumah honai juga memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bahkan hingga saat ini filosofi dari rumah honai masih sangat dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Keunikan Rumah Rumsram Dengan bangunan rumah yang berbentuk lingkaran menjadi simbol kesatuan dan persatuan sesama suku. Selain itu, lingkaran juga menunjukkan sikap mempertahankan dan merawat kebudayaan yang sudah diwariskan oleh para leluhurnya. Menjadi simbol kekompakan dengan hidup dalam satu atap dan juga sebagai simbol kepribadian, harga diri, serta martabat suku Papua yang harus dilestarikan. Selain keistimewaan tersebut, rumah honai juga memiliki beberapa aturan tersendiri yang harus dipatuhi oleh masyarakat suku tersebut. rumah honai ini hanya boleh dibangun oleh kaum laki-laki agar dapat terhindar dari cuaca dan ancaman bencana alam saat proses pembangunan. Selain itu, penempatan pintu rumah ini juga memiliki konsep yang harus dipatuhi. Penempatan pintu rumah adat ini harus bertemu dengan arah matahari saat terbit dan tenggelam. Penempatan tersebut berfungsi agar penghuni rumah honai dapat lebih siaga jika terjadi kebakaran atau terdapat serangan musuh. Sedangkan untuk bangunan rumah adat rumsram dan kariwari terlihat sudah lebih modern dan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan jenis rumah honai. Namun secara konsep fungsinya, hampir sama dengan rumah adat yang lainnya. Selain itu, sisi menarik lain dari rumah adat Papua adalah masih menggunakan berbagai sumber daya alam yang mudah ditemui di lingkungan tersebut serta memanfaatkan berbagai bahan yang ada. Baca juga Macam Macam Tarian Adat Papua dan Gambarnya Rumah adat Papua masih banyak dijumpai hingga saat ini, sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat suku masing-masing masih menjaga dengan baik warisan budaya dari nenek moyang dan leluhur mereka. Dengan begitu, sudah sebaiknya kita juga menjadi warisan budaya Indonesia dengan cara menghormati perbedaan dan adat istiadat yang dibawa oleh masing-masing daerah.
Kebudayaanmenurut seorang antropolog yang bernama E.B. Teylor mengatakan kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusasteraan, hokum, adat istiadat serta kesangaupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Selanjunya juga menurut Ralp Linton bahwa
Rumah Adat Papua – Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman adat istiadat dan budaya. Pada tiap daerahnya memiliki ciri khas yang berbeda, salah satunya adalah Papua. Di pulau Irian tersebut terdapat rumah adat Papua yang unik dan bentuknya memiliki pilosofi atau makna tersendiri dari setiap suku nya. Untuk lebih lengkapnya lagi simaklah pembahasan kami mengenai Materi Rumah Adat Papua meliputi Nama, Ciri Khas, Gambar beserta Penjelasannya di bawah ini. Rumah Adat Papua1. Honai2. Ebei3. Wamai4. Kariwari5. RumsramShare thisRelated posts Wilayah Papua menjadi wilayah yang paling luas diantara Provinsi lainnya. Papua memiliki etnik budaya yang sangat beragam dari tiap sukunya. Masyarakat Papua sampai saat ini masih menjunjung tinggi adat istiadat suku mereka. Hal tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari hari oleh masyarakatnya. Adat tersebut tetap mereka lestarikan dengan tujuan salah satunya adalah agar kebudayaan suku mereka tetap lestari. Walaupun sedikit berbeda dengan wilayah Indonesia yang lain, namun penduduk Papua sangat menghargai perbedaan antar sesama. Rumah adat Papua memiliki bentuk dan filosofis atau makn masing masing, material yang digunakan dalam membangun rumah adat pun tidak sama. Hal inilah yang menjadikan Papua semakin eksotik. Beriku ini adalah Nama nama rumah adat Papua beserta penjelasannya 1. Honai Honai adalah rumah adat Papua yang menjadi tempat tinggal bagi suku Dani. Honai ini sendiri menjadi tempat yang dihuni oleh laki-laki dewasa. Honai berasal dari kata “hun” atau laki-laki dan “ai” yang berarti rumah jadi Honai adalah rumah untuk laki-laki. Biasanya Honai bisa kita jumpai di lembah dan pegunungan. Dinding rumah ini terbuat dari kayu dengan atap yang menggunakan jerami yang berbentuk kerucut, jika kita lihat sekilas bentuknnya menyerupai jamur. Bentuk atap yang memang sengaja di rancang seperti jamur tersebut bertujuan untuk melindungi permukaan dinding dari air hujan, juga mengurangi hawa dingin dari lingkungan sekitar. Honai adalah rumah yang tidak memiliki jendela, hanya terdapat satu buah pintu. Rumah ini memiliki tinggi 2,5 meter dengan ruangan yang sempit yaitu sekitar 5 meter. Hal tersebut bertujuan untuk menahan suhu yang dingin. Di bagian tengahnya dibuat lingkaran yang menjadi tempat membuat api untuk menghangatkan badan sekaligus penerangan. 2. Ebei Ebai diambil dari kata “ebe” yaitu tubuh dan “ai” yang berarti rumah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah Ebai merupakan rumah bagi sebuah kehidupan. Ebai menjadi tempat bagi anak anak perempuan dan biasa digunakan untuk melakukan proses pendidikan bagi anak perempuan mengenai kehidupan khususnya kehidupan setelah menikah. Selain itu, Ebai juga menjadi tempat tinggal bagi ibu-ibu, anak perempuan dan anak laki-laki. Namun anak laki-laki yang telah dewasa akan pindah ke Honai. Rumah Ebai tidak jauh berbeda dengan honai, perbedaannya hanya terletak pada ukurannya saja, ukuran yang lebih pendek dan kecil. Berada di samping kanan atau kiri honai serta pintunya tidak sejajar dengan pintu utama. Ciri khas dari ebei ini, Rumah ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan rumah Honai. Biasanya berada di samping kanan atau kirinya. Pintu rumah Ebai ini tidak sejajar dengan pintu utama rumah Honai. 3. Wamai Wamai adalah rumah yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hewan peliharaan, seperti babi, kambing, ayam, anjing dan masih banyak lagi. Bentuk dan ukuran rumah wamai ini memiliki banyak sekali ukuran yang berbeda tergantung besar dan banyaknya jumlah hewan peliharaan yang dimiliki oleh masing-masing keluarga. Ciri khas rumah ini adalah memiliki atap kerucut yang terbuat dari bahan jerami. Bahkan hampir mirip sama dengan bentuk rumah honai maupun Ebai. Hanya saja rumah ini diperuntukkan untuk hewan peliharaan. Bentuk rumah ini dirancang dalam bentuk kerucut yang bertujuan untuk mengurangi angin dan suhu dingin di daerah tersebut karena banyak pegunungan. 4. Kariwari Kariwari adalah rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros yang tinggal di tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah ini menjadi rumah khusus bagi laki-laki yang sudah menginjak umur sekitar 12 tahun. Rumah ini digunakan untuk mendidik anak-anak tersebut mengenai apa yang harus dilakukan oleh laki-laki seperti pengalaman hidup dan mencari nafkah setelah menikah. Di rumah itu mereka diajarkan untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan berani serta kuat. Pelajaran yang didapatkan misalnya membuat perahu, cara berperang, membuat senjata, memahat dan masih banyak lagi. Ciri khas dari rumah ini adalah memiliki bentuk segi delapan yang menyerupai limas. Bentuk tersebut dirancang dengan tujuan untuk menahan hembusan angin yang kuat. Sedangkan atapnya berbentuk kerucut. Menurut kepercayaan masyarakat disana untuk mendekatkan diri kepada para leluhur. Tinggi rumahnya pun berbeda-beda, dari 20-30 meter. Terdiri dari 3 lantai yang masing masing lanta tersebut memiliki fungsinya masing masing. 5. Rumsram Rumsram adalah rumah adat Papua dari suku Biak Numfor yang terletak di pulau-pulau. Rumah ini menjadi tempat untuk laki-laki. Seperti kariwari, rumah ini digunakan untuk mendidik anak remaja laki-laki dalam pencarian pengalaman hidup, serta cara untuk menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggungjawab sebagai kepala keluarga kelak. Ciri khas dari Rumsram ini adalah memiliki bentuk persegi seperti rumah panggung, dengan beberapa ukiran pada beberapa bagiannya dan atapnya seperti perahu terbalik yang menandakan mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Tinggi Rumsram kurang lebih sekitar 6 sampai 8 meter. Terdiri dari 2 tingkat. Lantai pertama bersifat terbuka, memiliki dinding. Yang menjadi tempat pendidikan bagi laki-laki misalnya membuat perahu, memahat, membuat alat berperang dan lain-lain. Seperti Kariwari, bangunan rumah rumsram pada bagian lantainya terbuat dari kulit kayu yang dindingnya terbuat dari pohon bambu yang di cacah. Memiliki 2 buah pintu pada bagian depan dan belakang serta beberapa buah jendela, dan atapnya terbuat dari daun sagu. Demikianlah pembahasan kami mengenai Materi Rumah Adat Suku Papua. Semoga bermanfaat. Artikel lainnya Rumah Adat Sulawesi Selatan – Nama, Gambar, dan Penjelasan Rumah Adat Jawa Barat Gambar dan Pengertiannya Rumah Adat Jawa Tengah Sejarah, Bentuk, Bagian dan Ciri Khas
SenjataTradisional Papua ini disampaikan lengkap karena disertai dengan gambar dan penjelasannya. Hal ini dilakukan demi kepuasan pembaca untuk menguasai informasi yang kami sajikan terkait budaya di tanah Papua. Memiliki ciri khas dan keunikan sendiri jika kita belajar untuk mengetahui senjata di Papua, ada yang sama dengan daerah lain
8 Budaya dan Tradisi Papua yang Paling Unik dan Menarik Sudah bukan hal aneh jika Indonesia kaya akan budaya dan bahasa yang tersebar dari ujung Sabang hingga ujung Merauke, dari barat Indonesia hingga timur Indonesia. Meskipun demikian, berbeda-beda namun tetap satu, Satu Indonesia. Bisa dikatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki berjuta-juta budaya. Budaya pada setiap daerah pun berbeda-beda, mulai dari bahasa, pakaian, hingga rumah adat. Salah satu daerah yang memiliki banyak budaya adalah Papua. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, Papua juga terkenal sebagai daerah yang memiliki jumlah suku terbanyak di Indonesia. Setiap suku di papua memiliki budaya dan tradisi yang berbeda-beda. Tradisi-tradisi yang ada di suku Papua juga memiliki makna yang dalam di setiap upacara pelaksanaanya. Dan biasanya selalu menyimbolkan segala hal yang berkaitan dengan alam. Penasaran dengan tradisi unik yang dimiliki Papua? Yuk, langsung simak ulasannya berikut ini. 1. Tradisi Bakar Batu * Tradisi Bakar Batu adalah sebuah tradisi yang penting bagi seluruh penduduk asli Papua. Tradisi Bakar Batu bermakna sebagai bentuk rasa syukur dan ajang silaturahmi antar warga sekampung. Acara Bakar Batu biasanya diadakan pada saat ada kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku, dan pengumpulan prajurit perang. Tradisi Bakar Batu biasanya dilakukan oleh suku asli Papua yang tinggal di pedalaman, seperti di Lembah Baliem, Panaiai, Nabire Pegunungan Bintang, dan lain-lain. Nama dari pesta adat ini berbeda-beda di setiap daerahnya. Di suku Paniai, tradisi Bakar Batu disebut dengan Gapiia, di Wamena disebut dengan Kit Oba Isogoa, sedangkan di Jayawijaya disebut dengan Barapen. Disebut dengan tradisi Bakar Batu karena memang benar-benar batu dibakar hingga panas. Fungsi batu yang panas adalah untuk mematangkan daging, ubi, dan sayur-sayuran beralaskan daun pisang yang akan menjadi santapan seluruh warga pada acara yang sedang berlangsung. Makanan sengaja dimasak dengan cara seperti ini agar semua masakan dapat langsung dimasak secara bersamaan dan matang di saat yang bersamaan pula. Terlihat sangat seru dan akrab banget, ya? 2. Tradisi Potong Jari * Tradisi Potong jari adalah tradisi yang dilakukan oleh suku Dani di Papua. Suku Dani adalah suku yang mendiami Lembah Baliem. Tradisi potong jari pada suku Dani sudah ada sejak zaman dahulu dan masih dilaksanakan hingga sekarang. Tradisi potong jari menyimbolkan suatu kerukunan, kesatuan, dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seorang manusia maupun di dalam sebuah keluarga. Keluarga adalah tumpuan paling berharga yang dimiliki oleh seorang manusia, jari dipercaya menyimbolkan keberadaan dan fungsi dari sebuah keluarga itu sendiri. Tradisi potong jari dilakukan ketika seseorang kehilangan salah satu anggota keluarga atau sanak saudara seperti suami, istri, anak, adik, dan kakak untuk selama-lamanya. Pada suku Dani, kesedihan dan rasa duka cita akibat kemalangan juga kehilangan salah satu anggota keluarga tidak hanya di apresiasikan dengan menangis, namun juga memotong jari. Suku Dani beranggapan bahwa memotong jari adalah simbol dari rasa sedih dan rasa sakit kehilangan salah satu anggota keluarga. Tradisi potong jari juga dianggap sebagai cara untuk mencegah terjadinya kembali malapetaka yang merenggut nyawa seorang anggota keluarga yang sedang beduka. 3. Tradisi Ararem Suku Biak * Ararem adalah tradisi khas suku Biak, tradisi ini biasanya diadakan di acara perkawinan. Ararem adalah arak-arakan keluarga besar mempelai pria dari pengantin yang menghantar sang calon suami beserta dengan mas kawin untuk calon mempelai wanita. Pengantaran mas kawin dilakukan dengan berjalan kaki dari kediaman mempelai pria menuju kediaman mempelai wanita, masing-masing anggota keluarga memegang mas kawin yang berupa piring-piring adat, guci, dan lain sebagainya. Uniknya, rombongan arak-arakan calon mempelai pria, selain membawa seserahan pernikahan, mereka juga membawa bendera merah putih yang berkibar bersama mereka. Belum diketahui dengan jelas alasan mengenai penggunaan bendera merah putih saat berlangsungnya arak-arakkan. Mungkin bendera merah putih digunakan untuk menunjukan bahwa mereka adalah bangsa Indonesia, dan Ararem adalah budaya milik Indonesia. 4. Tradisi Tato *
Senjatatradisional Papua Panah dan Tombak. Senjata yang sering digunakan oleh masyarakat suku Papua adalah tombak untuk memburu hewan. senjata ini digunakan untuk melakukan serangan kepada hewan dari jarak yang jauh. tombak Papua ini terbuat dari kayu dan batu yang ujungnya sangat tajam, selain itu terkadang ujung tajam ini menggunakan tulang.
Tarianadat daerah Papua merupakan aset bangsa dalam bidang kesenian nusantara. Melalui seni tari, Papua mengeskpresikan emosi dan budaya lokalnya. Bisa dibilang tari tradisional Papua adalah cerminan jati diri yang harus dipahami oleh semua orang, khususn ya warga Indonesia, bukan hanya warga yang tinggal di wilayah Papua saja.
. r2jhtolaxz.pages.dev/453r2jhtolaxz.pages.dev/277r2jhtolaxz.pages.dev/26r2jhtolaxz.pages.dev/153r2jhtolaxz.pages.dev/111r2jhtolaxz.pages.dev/705r2jhtolaxz.pages.dev/457r2jhtolaxz.pages.dev/517r2jhtolaxz.pages.dev/340r2jhtolaxz.pages.dev/707r2jhtolaxz.pages.dev/220r2jhtolaxz.pages.dev/182r2jhtolaxz.pages.dev/584r2jhtolaxz.pages.dev/996r2jhtolaxz.pages.dev/581
kebudayaan papua lengkap beserta gambar dan penjelasannya